Part 29

2115 Words
Barra menghampiri Fely yang sedang berada dikamar. Niatnya Barra mengajak Fely untuk makan soto yang ia beli dijalan saat hendak pulang kerumah. "Fel, lo belum makan kan?" tanya Barra yang sedang menyimpan ransel sekolahnya. "Belum". "Gue beli soto, ayo makan" ajak Barra yang kini duduk didepan Fely. Fely menganggukan kepalanya. "Lo ga mau ganti baju dulu?" tanya Fely saat Barra beranjak dari duduknya. "Cucian ini, ga papa ya?" tanya Barra. Karna memang ia selalu meminta izin dari Fely dulu sekarang jika tidak ingin mengganti seragam sekolah. Fely tersenyum lalu menganggukan kepalanya. Lalu Barra meraih tangannya untuk digenggam sampai ke meja makan. *** Fely mengambil satu dua mangkuk nasi hangat yang sudah Bi Inah buat di rice cooker, lalu dibawa nya ke meja makan dimana sudah ada Barra disana. Semangkuk soto ayam langganan Barra pun sudah dituangkannya pada mangkuk cukup besar, karna Barra memang membeli dua porsi, untuknya dan juga Fely. Tentu saja Fely menyiapkan makan siang untuk Barra kali ini. Fely memberikan beberapa sendok besar soto ayam pada mangkuk Barra. Setelah itu, untuknya sendiri. "Ga mau nawarin yang lain?" tanya Fely. Karna posisi meja makan memang cukup berdekatan dengan ruang keluarga, dimana kakak dan adik sepupu Barra ada disana. "Pada ga mau ya??" tanya Barra pada Adam, Bian dan juga Diandra. Disana juga ada Haura yang sedang bermain degan ibunya. Sedangkan Gavin ikut ke kantor bersama Heru dan juga Luki. Sementara, Oma Ratu, Lita dan Tamara memilih untuk jalan-jalan saja. "Nawarinnya juga ga mau" ucap Bian yang kesal pada Barra. Barra tidak menghiraukannya, ia menyuruh Fely untuk segera memakannya saja sekarang. Karna kalau sudah dingin, rasa sotonya menjadi kurang nikmat. Fely mencari cabai yang biasanya diberikan saat membeli soto didalam kresek yang dibawa Barra tadi. Makan soto tanpa pedas rasanya tidak akan enak. Maka dari itu Fely mencari cabainya. "Nyari apa?" tanya Barra. "Cabenya mana Bar? Lo minta ga?". "Biasain kalo mau makan pedes minta izin ke gue Felysia" jawab Barra dengan ketus. Barra kesal dengan Fely yang selalu saja makan makanan pedas. Padahal, Barra sudah memberinya jadwal. Bahkan hari ini saja Barra tahu jika Fely memakan makanan pedas. Karna saat Fely keluar dari kantin, Barra melihat mangkuk cilok kuah Fely sangat merah sekali. "Boleh ya gue makan pedes?" izin Fely. "Ga boleh". "Gimana sih, katanya izin dulu. Udah izin juga masih ga dibolehin". "Tadi berapa sendok cabe nya dikuah cilok lo?" tanya Barra. "Ng...ngga itu punya si Nindi". alibi Fely. "Jangan boong Felysia Inez Gianina". "Barra kejam amat sama gue, dikit aja sumpah deh sekarang ya?" Barra menghela nafasnya. "Boleh, tapi gue yang tuanginnya". Fely hanya bisa mengangguk pasrah. Diizinkan memakai cabai saja ia sudah alhamdulillah. Jadi, ia tidak akan protes untuk kali ini. Barra memang sengaja menyembunyikan cabai yang diberikan oleh penjual soto. Jika bukan karna Fely yang sudah makan pedas hari ini, Barra mungkin tidak akan melakukan hal seperti ini. Barra merobek ujung plastik untuk menuangkan cabai dimangkuk soto Fely. Tapi, jangan berharap jika Barra akan memberikan Fely pedas yang banyak. Fely hanya menghela nafasnya pasrah saat Barra menaruh secuil cabai dimangkuk sotonya. Meminta lagipun tidak Barra dengar. Akhirnya Fely memilih untuk memakan soto seadanya saja. Karna Barra juga sudah menatapnya dengan sinis. *** Hari sudah semakin sore. Fely merasa bosan sekali sekarang. Karna tidak ada kegiatan apapun bagi dirinya selain menemani Barra yang sedang asyik dengan game nya. Fely memilih untuk merebahkan dirinya dengan paha Barra yang menjadi bantalannya. Karna keduanya sedang berada disofa. "Barra gue bosen" ucap Fely. "Bentar, satu game aja" jawab Barra yang mendapat dengusan kesal dari Fely. "Widih, sama cewek lagi tuh" terdengar suara Luthfi disana. karna memang Barra sedang main bersama Luthfi dan juga Ansell. "Iya biasalah, pengen dimanja dia" jawab Barra. "Si Jihan gimana tuh, ko dari suaranya bukan suara dia?" tanya Ansell. Mendengar nama Jihan, membuat Fely tidak segab mencubit perut Barra dengan sangat kencang. Rupanya masih saja Barra dijodoh-jodohkan dengan Jihan. "Aww, sakit gila" ringis Barra. "Biarin. Abis lo diem aja sih dibilangin gitu" jawab Fely yang kini menenggelamkan wajahnya pada perut Barra. "Gue ga ada apa-apa sama si Jihan ya ampun" jawab Barra yang pasti terdenngar oleh kedua temannya ini. "Tapi gue liat dia suka sama lo" ucap Luthfi. "Bacot lo, ini betina deket gue ngamuk. Mendingan fokus game aja gila" jawab Barra. Baru lah mereka kembali fokus dengan game nya lagi. Sedangkan Fely masih merajuk sampai Barra menyelesaikan game nya itu. Barra menaruh hp nya diatas meja kecil yang berada didekat sofa. Tepat disebelah foto pernikahannya dengan Fely yang berukuran 4R yang diberi bingkai tentunya. "Jangan marah dong Fel, kan gue diem aja" bujuk Barra. sambil mencolek pipi Fely. "Ish siapa yang marah, gue bosen" jawab Fely. "Ya udah, mau kemana? Lo mau jalan?" tanya Barra. Fely kini membenarkan posisinya. Wajahnya sudah menghadap wajah Barra. Tentu saja mata keduanya bertemu. Ntah sejak kapan, Barra dan Fely merasakan ketenangan disana. Saat mata keduanya bertemu, sebuah rasa tenang dan nyaman selalu muncul pada mereka. "Gue mau jalan ke taman, nyari ice cream sama Gavin sama Haura kayanya seru" ucap Fely. Barra berfikir sejenak. "Mau latihan jadi orang tua dua anak gitu maksudnya?" tanya Barra sambil terkekeh. "Iya, biar ga shock nanti kalo tiba-tiba gue hamil dan lahirin anak lo hahaha" keduanya kini tertawa membayangkan jika mereka benar-benar diberi momongan. *** Fely dan Barra sedang memantau Gavin yang kini bermain perosotan ditaman. Sedangkan Haura sedang asyik dipangkuan Fely dengan satu kotak s*su ditangannya. Memang Haura tidak diperbolehkan untuk memakan ice cream oleh kedua orang tuanya. Karna usianya masih sangat kecil untuk memakan ice cream terlalu banyak. "Om Bala, Gavin mau beli s*su kaya Haula" pinta Gavin setelah ia sudah meluncur diperosotan dan segera menghampiri Barra yang sedang berdiri didekat Fely. "Boleh, tapi minta izin juga sama tante Fely" jawab Barra yang kini berjongkok untuk menyetarakan ketinggiannya dengan bocah 5 tahun itu. "Tante Fely, boleh ga Gavin beli s*su kaya Haula?" tanya Gavin yang menurut pada Barra. Fely terlihat berfikir untuk menegrjai Gavin. "Boleh ga ya?" tanya Fely. "Boleh ya tante" pinta Gavin lagi dengan ekspresi yang sangat menggemaskan sekali. "Boleh, belinya sama om Barra ya" ucap Fely pada akhirnya. Gavin terlihat sangat senang sekali saat ini. Ia juga segera menarik tangan Barra untuk membawa om nya itu kewarung yang ada didekat taman. Tidak lupa, Fely memberikan uang pecahan 20 ribu pada Barra. Karna sekarang jika keluar bersama Barra selalu memeberikan uangnya pada Fely, sedangkan Barra memilih untuk tidak memegang uang sama sekali. Diam-diam Fely memotokan Barra yang sedang menemani Gavin. Ia juga meninsta storykan foto suaminya itu, tentu saja wajah Barra Fely tutupi dengan sticker. Jangan tanya notifikasi hp Fely sekarang. Setelah mengunggah foto Barra dengan caption "Belajar jadi ayah yang baik" di insta storynya, banyak sekali dm masuk dari teman-temannya. Bahkan dari fans nya sekalipun. Fely tidak ada niatan membalas satu-persatu dm yang masuk ke akun instagramnya. Ia memilih untuk kembali memasukan hp nya kedalam tas tenteng yang ia bawa untuk menaruh hp nya dan juga Barra serta beberapa lembar uang untuk mereka jajan disini. Beberapa menit kemudian, Barra kembali menghampiri Fely yang sedang duduk dikursi taman dengan Haura yang duduk disebelah gadis itu. Barra juga menyodorkan sebotol minuman teh dingin pada Fely yang langsung diterimanya oleh Fely. "Nih, takut cape gendong Haura terus" ucap Barra. "Pinjem hp gue dong" ucapnya lagi saat Fely sudah selesai dengan minumnya. Fely juga menyerahkan hp Barra. Barra membuka akun instagramnya, dan ia segera membuka snap gram milik Fely. Ya, mereka sudah saling follow saat ini. Tidak peduli ada yang menyadari jika keduanya sudah berteman di inst*gram atau tidak, karna namanya dunia maya pasti sah sah saja jika mereka berteman. Senyum Barra terukir saat melihat foto dirinya terpampang disana. Istrinya itu memang suka mengabadikan momen ketika bersamanya dengan wajah dirinya yang selalu ditutupi tentunya. Tidak ingin kalah, dan agar Fely tidak marah-marah lagi saat Barra harus bersama Jihan, Barra juga mempotret Fely saat gadis itu sekarang sedang bermain ayunan bersama Haura dipangkuannya. Sedangkan Gavin berada di ayunan satu lagi dengan Barra yang berada didekat keponakannya itu. "Belajar momong anak" itulah satu caption yang Barra tulis di insta storynya yang memposting foto Fely yang dimana wajah Fely sudah ia tutupi dengan stiker pula. Sama halnya dengan Fely, hp nya sekarang dipenuhi banyak sekali dm yang mengomentari postingannya. Barra memilih untuk menaruh hp nya kembali kedalam tas milik Fely yang sekarang sudah berada pada dirinya, karna Fely yang menitipkannya sebeleum Fely bermain ayunan bersama kedua keponakannya itu. *** "Mama, mama, aku mau main lagi sama om Bala sama tante Fely ya?" izin Gavin pada ibunya saat mereka sudah selesai makan malam dan menunaikan ibadah sholat isya berjamaah. Keluarga dari Bandung memang sedang berkumpul diruang keluarga sambil menonton acara televisi. "Gavin ajakin om sama tantenya dong" jawab Diandra. Barra yang sedang rebahan dengan menggunakan paha Fely sebagai bantalannya. Barra juga meminta Fely untuk mengelus rambutnya dengan perlahan. Fely hanya menurutinya saja. "Sini Gavin sama om" Barra memanjangkan tangannya untuk meraih Gavin yang sedang berada dipangkuan Diandra. Tentu saja Gavin mau menghampiri Barra, dan duduk diatas perut Barra dengan kaki Barra yang menjadi sandarannya. Karna Barra yang menekuk kakinya itu. Jika digambarkan, sudah seperti keluarga kecil saja Barra dan Fely yang sudah diberi keturunan. "Udah cocok Barr punya anak" komentar Adam. "Tuh Fel, udah cocok katanya" ucap Barra. "Barra, sekolah dulu" tegur Lita. Ia memang menginginkan anaknya itu menikah, tapi bukan berarti Lita akan meminta momongan dari Barra dan Fely saat ini juga. "Ngadon mah boleh meureun" ucap Adam dengan nada bercanda dan tentu saja ditanggapi oleh Barra. "Boleh atuh Bang" jawab Barra dengan diakhiri gelak tawa. "Fel, gimana rasanya keringet si Barra?" tanya Adam. "Eh dia mah ketagihan Bang, ga tau aja kalo main suka sampe tengah mhhfft" Fely dengan cepat membekap mulut Barra agar tidak membocorkan rahasia mereka jika sudah berada dikamar. "Tante Fely, kasian om Bala nya" ucap Gavin yang menegur Fely saat melihat om nya kesulitan berbicara. Fely akhirnya melepaskan bekapannya pada mulut Barra. Sedangkan Lita malah menegur Barra yang asal bicara saja didepan semua orang. "Kamu sih Bar, kalo ngomong tuh dijaga" ucap Lita. "Iya ma iya. Lagian kan ga papa lah, kan udah halal ini" jawab Barra. "Tetep aja Barra. Itu ga boleh dikasih tau sama siapapun walau kalian sudah sah" Timpal Oma Ratu. "Gavin, mau dede dari perut tante Fely ga?" tanya Barra pada Gavin, karna ia sudah jengah mendengar nasihat dari ibu dan neneknya itu. "Mau om, dede nya cowok kan?" tanya Gavin dengan polosnya. "Iya minta sama tante Fely gih" suruh Barra pada Gavin. Benar saja Gavin kini memintanya pada Fely. Semua orang dibuat heran oleh Barra. Barra memang bisa memberi pengaruh buruk untuk Gavin kelak. *** "Fel" Barra mencolek-colek pipi Fely yang sedang asyik dengan hp nya. Fely sedang asyik chattingan di grup wa nya bersama teman-temannya. "Apa Bar?" tanya Fely yang kesal karna Barra selalu saja mengganggunya. "Mau ga bikinin dede buat si Gavin?" Fely menatap tajam Barra yang kini sudah menyenderkan kepalanya dibahu Fely. "Mulut lo Barra!" "Hahaha, gue kira lo udah siap jadi ibu". "Gue ga mau putus sekolah" jawab Fely dengan ketus. "Lagian, lo candu banget ya sama gue? Gimana, mendingan gue kemana-manakan dari pada si Jihan itu?? Gue mah bisa bikin lo puas, ga nambah dosa yang ada nambah pahala". Barra menarik nafasnya pelan. Lagi dan lagi Fely membahas Jihan disini. Sebegitu tidak suka kah Fely pada Jihan?. Sepertinya memang Barra harus perlahan-lahan menghindari setiap apapun iteraksi dengan Jihan. Capek juga rasanya jika Fely terus membahas Jihan disetiap perbincangannya dengan Barra. "Bisa ga sih, kalo misalnya berdua tuh jangan bahas orang lain?". "Bisa ga sehari aja disekolah jangan ada si Jihan mulu diantara temen-temen lo?" tanya Fely balik. "Fel, ya dia nyamperin sendiri. Gue ga pernah ajak dia. Lagian yang selalu ngeiya in anak-anak, bukan gue" jawab Barra. "Tapi lo selalu deket sama dia duduknya". Barra menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal itu. Jujur saja ia bingung harus menjelaskan seperti apa lagi pada Fely jika dirinya tidak pernah berusaha untuk mendekati Jihan. Tapi Jihan lah yang selalu berusaha untuk masuk kedalam pertemanan Barra. "Gue ngantuk Bar" Fely merebahkan tubuhnya, ia juga kini membelakagi Barra lalu berusaha memejamkan mata. Barra yang tidak ingin ambil pusing pun memilih untuk merebahkan tubuhnya juga. Tidak lupa Barra memeluk Fely dari belakang, agar tidurnya bisa nyenyak malam ini. Sepertinya, malam ini Barra harus mengubur keinginannya untuk mendapatkan jatah dari Fely. Barra juga menenggelamkan wajahnya diceruk leher Fely. Wangi tubuh istrinya itu memang sudah menjadi candu untuk Barra. Rasa kantukpun kini sudah datang padanya. Hanya dalam hitungan menit, Barra sudah terbang kealam mimpi, sama seperti Fely yang sepertinya sudah terlelap juga. Karna Fely tidak memberi tanda jika dirinya masih terjaga. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD