Keesokan harinya, setelah menghabiskan waktu istirahat dikantin, Fely dkk memutuskan untuk kembali kekelas mereka. Mereka segera keluar dari kantin. Saat berjalan dikoridor, Fely dkk tidak sengaja bertemu dengan Barra dkk yang sepertinya baru selesai bermain basket di lapangan indoor dengan menggunakan baju seragam mereka.
Langkah kelima gadis itu terhenti karna Barra dkk benar-benar menghabiskan lebarnya koridor sekolah. Belum lagi mereka yang berbicara dengan suara yang cukup keras. Memang biang kerusuhan dikelas mereka ini.
"Widih, rezeki banget ketemu Fely disini" ucap Kamal saat melihat gadis yang ditaksirnya itu kini berada tepat didepan Barra yang sedang dirangkul oleh Luthfi.
"Fely yang sial ketemu sama lo" ceplos Kai yang langsung mendapatkan gelak tawa dari semuanya yang ada disini.
"Anjir mulut lo Kaila" ucap Kamal yang kesal.
"Tapi bener tau kata si Kaila, Fely ketemu lo itu musibah" tambah Ansell. Kamal semakin cemberut sekarang. Apa lagi saat tawa teman-temannya semakin keras saja.
"Muka lo udah jelek, jangan makin dijelekin nanti Fely makin ga suka sama lo" ucap Nizam pada Kamal.
"Udah ah ayok" ajak Fely pada teman-temannya agar segera masuk kedalam kelas saja karna bel sudah berbunyi.
"Kemana sih buru-buru amat?" tanya Vino pada sahabatnya itu.
"Tau lo Fel, bolos sekali ga akan buat kalian ga naik kelas" timpal Haykal dengan santainya pada kelima gadis didepannya ini.
"Eh, kita itu anak baik ga badung kaya kalian" jawab Clarin yang tidak terima atas perkataan dari Haykal.
Fely dkk bukan siswa yang pintar dikelas, tidak juga bodoh. Otak mereka terlalu pas-pasan untuk bolos jam pelajaran. Ditambah dengan mereka yang selalu minta dispensasi untuk latihan. Jadi, sebisa mungkin mereka tidak melalukan hal tersebut, yang akan membuat mereka semakin tidak mengerti saja saat berada didalam kelas.
"Eh, badung-badung gini kita famoush ya" jawab Luthfi.
"Hilih, difikir kalian aja yang famoush apa?" tanya Febri.
"Aduh, gue kesini buat sekolah. Lo semua mendingan minggir aja. Kalo mau bolos juga jangan ajakin orang lain!" Fely kembali bersuara.
"Udah, kasih jalan" ucap Barra yang selalu akan dituruti oleh teman-temannya. Karna Barra memang yang paling disegani disini.
Setelah diberi jalan, Fely dkk segera berjalan menuju kelasnya, sedangkan Barra dkk memilih untuk kekantin karna mereka yang sudah lapar dan haus. Memang salah sendiri, jam istirahat bukannya dipakai istirahat tapi malah dipakai olahraga.
***
Sementara dikantin, Barra memainkan hp nya sembari menunggu makanan dan minumannya yang belum datang. Sedangkan yang lainnya ada yang nyanyi-nyanyi tidak jelas, ada yang bermain hp juga.
"Heh, lo ga bales dm gue" ucap Kamal pada Barra.
Memang Kamal mengomentari insta story milik Barra dan juga Fely tentunya. Walaupun dengan background yang sedikit berbeda, tapi caption keduanya hampir sama. Kamal curiga jika Barra dan Fely memiliki hubungan, Tapi, bisa jadi juga tidak selama Barra tidak menclaim Fely sebagai pasangannya.
Barra menoleh pada Kamal yang duduk bersebrangan dengannya. Hanya ada meja saja diantara mereka. Bahkan, pertanyaan dari Kamal juga membuat teman-teman Barra yang lain ikut penasaran akan sosok wanita yang Barra tutupi wajahnya itu.
"Apa?" tanya Barra.
"Cewek yang lo post di snap gram itu siapa?" tanya Kamal.
"Tau lo, so misterius banget gila" timpal Nizam.
"Kalo lo pada tau nanti shock" ucap Barra.
Setidaknya sekarang teman-temannya tidak membahas Jihan lagi. Jadi, Barra bisa terbebas dari semua tuduhan Fely tentang dirinya yang mempunyai hubungan dengan Jihan.
"Sekolah disini juga?" tanya Haykal. Barra menganggukan kepalanya.
Beberapa menit kemudian, pesanan mereka juga sudah datang. Barra lebih memilih untuk menyantap makanannya saja dari pada harus menjawab semua kekepoan teman-temannya tentang siapa yang Barra upload disosial medianya.
:Tapi, caption lo juga sama kaya story nya si Fely" ucap Kamal yang berhasil membuat Barra tersedak saat sedang menyeruput minuman dinginnya itu.
"Uhuk.. uhuk" Barra segera merampas air mineral milik Vino yang berada dekat dengannya. Sedangkan Vino melongo saat melihat Barra yang seenak jidatnya mengambil air mineralnya itu.
"Minuman gue gila" ucap Vino saat melihat botol minumnya yang kini tinggal tersisa setengah saja.
"Gue ganti, lo beli lagi aja ntar gue yang bayar" ucap Barra.
"Kenapa sih lo? Emang bener ya yang dibilangin sama si Kamal?" tanya Ansell penasaran.
"Kebetulan aja kali itu" alibi Barra. Tidak mungkin Barra berkata sejujurnya pada teman-temannya sekarang. Selama Fely belum mau mengatakan yang sebenarnya, maka Barra juga harus merahasiakan pernikahan mereka.
"Iya juga ya, ko bisa sama gitu captionnya?" tanya Ansell yang baru menyadari tentang foto yang diunggah Fely dan Barra memiliki satu kesamaan.
Kamal menatap Barra seolah Barra adalah tersangka yang melakukan kejahatan. Barra yang ditatap seperti itu sontak menegur Kamal. Karna Barra merasa risih jadinya.
"Apa sih lo Mal?" tanya Barra.
"Itu ceweknya Fely atau bukan?" tanya Kamal lagi.
"Bukan elah".
Kamal mencari kebohongan dimaata Barra. Melihat Kamal yang sangat memperhatikan dirinya membuat Barra menjadi sedikit risih sekali saat ini. Akhirnya ia memutuskan untuk segera menandaskan makanan dan juga minumannya lalu ia segera keluar dari kantin. Walaupun bukan kelas tujuan Barra sekarang.
"Bisa stop liatin gue ga?" tanya Barra sebelum ia kembali menyantap makanannya. Barulah Kamal berhenti mengamati Barra.
***
Dikelas, Fely sama halnya dengan Barra. Ia kini diterori beberapa pertanyaan dari temannya perihal insta story nya yang memperlihatkan seorang lelaki yang sedang menemani anak kecil jajan itu. Tapi, bukan Fely namanya jika tidak mempunyai banyak alasan untuk menutupi samua rahasianya.
"Lo jujur aja napa, siapa itu cowok lo?" tanya Febri yang duduk diatas meja Fely. Memang kebetulan sekarang jam kosong. Jadi, Fely dkk memilih untuk mengintrogasi salah satu diantara mereka saja.
"Nanti juga tau elah" jawab Fely sambil memainkan hp nya.
"Lo ga asyik anying, biasanya juga ngasih tau kita" ucap Nindi yang duduk didepan Fely.
"Ntar kalian pada naksir hahaha".
"Gila aja masa suka sama cowok temen sendiri!" jawab Clarin. Fely terkekeh mendengarnya.
"Lo kasih tau atau kita yang cari tau?" tanya Kai lebih ke nada ancaman. Tapi, Fely tidak takut sama sekali. Ia dan Barra kan sudah banyak menyiapkan rencana agar pernikahan rahasia mereka tidak akan pernah terbongkar telebih dahulu.
"Nanti gue kasih tau" ucap Fely.
"Tibang kasih tau nama sama kelasnya aja" ucap Nindi yang geram karna Fely masih tidak mau mengaku juga.
Ditengah pertanyaan-pertanyaan yang teman-temannya lontarkan, ada notifikasi whats apps di hp Fely. Fely segera membaca pesan singkat yang ternyata dikirim oleh suaminya.
B
Lo ada guru ga?
Cia
Ngga jamkos gue
B
Ke rooftop dong
Cia
Mau ngapain
B
Gue bosen
Cia
Masih bolos lo
B
Gue tunggu di rooftop, sampe ga ada liat aja nanti dirumah
Fely mendengus kesal. Tidakkah bisa membiarkannya untuk diam saja dikelas sebentar?. Mau tidak mau, Fely menemui Barra di rooftop, walau banyak sekali pertanyaan dari teman-temannya yang menuduh Fely akan bertemu sosok laki-laki yang gadis itu posting.
"Mau kemana lo?" tanya Kai saat melihat Fely bangkit berdiri.
"Ada urusan".
"Uruan mulu, paling ketemu cowoknya" ucap Nindi.
"Udah ah bye" Setelah berkata seperti itu, Fely segera keluar dari kelas dan menuju rooftop. Ia bisa jamin jika Barra sudah berada disana.
***
Fely kembali menutup pintu rooftop dan tidak lupa untuk menguncinya sebelum ia menghampiri Barra yang sudah berdiri didepan tembok pembatas yang menghadap jalan raya. Melihat hiruk pikuk jalanan Jakarta siang ini yang tidak panas ataupun tidak mendung.
Fely berdiri disamping suaminya tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya. Namun, dilihatnya Barra yang sedang memegangi dua cup minuman kesukaannya. Benar saja minuman itu untuk Fely.
"Nih minum" Barra menyodorkan satu cup es boba pada Fely, dan diterimanya dengan baik oleh istrinya itu.
"Widih, thanks loh" jawab Fely.
"Mau nonton ga?" Tanya Barra langsung. Sejujurnya ia tidak tahu harus berakat apa selalin itu. Karna ia mengajak Fely kesini hanya untuk menemaninya bolos saja. Barra sudah jengah dengan pertanyaan-pertanyaan dari teman-temannya soal hubungan yang sedang Barra jalani.
Fely menoleh dengan heran. Ini bukan malam minggu, lantas kenapa Barra mengajaknya untuk keluar? Dirumah juga masih ada keluarganya yang berasal dari Bandung.
"Ini bukan malem minggu loh. Lo ga lupa kan?" Tanya Fely memastikan.
"Emang, kalo jalan sama istri itu harus nunggu malem minggu ya?" Tanya Barra balik.
"Ya, ngga sih".
"Ya terus apa?" Tanya Barra lagi. Fely menggelengkan kepalanya.
"Balik sekolah, lo ke halte aja. Biar mobil lo Bian yang ambil" lanjut Barra.
Barra kembali diam. Ia bingung harus memulai percakapan dari mana lagi dengan Fely. Ia kembali menatap kedepan. Begitu juga dengan Fely.
"Lo ngajakin gue kesini buat itu doang?" Tanya Fely. Barra kembali menoleh pada gadis disampingnya.
"Ya, emang kenapa?"
"Kan lo bisa WA gue" jawab Fely.
"Gue ga tau harus lari kemana. Tadi dikantin, anak-anak malah nanyain foto lo yang gue upload di insta story".
"Enak ya punya bini? Ada tempat buat lo lari?" Tanya Fely.
Yang Fely katakan memang benar adanya. Jujur saja, setelah menikah, Barra merasa mempunyai tempat untuk pulang. Kalau sedang ingin ditempat sunyi, Barra tinggal meminta Fely saja untuk menemaninya.
Bersama Fely, Barra merasakan ada yang berbeda dengan hubungan-hubungan yang sebelumnya. Ia baru merasakan yang arti 'rumah' dari pasangan. Mungkin, karna status yang mereka miliki juga sebagai pendorongnya.
"Lo keberatan?" Tanya Barra.
"Ngga. Ngapain? Bagus dong kalo gue jadi orang pertama yang selalu lo butuhin" jawab Fely.
"Ngomong-ngomong soal foto gue, si Jihan gimana?" Tanya Fely yang penasaran reaksi wanita itu saat melihat Barra memposting foto seorang wanita di akun Instagramnya.
"Bisa ga Fel jangan bawa-bawa orang lain?" Tanya Barra. Padahal, Barra pernah berkata untuk Fely tidak membawa-bawa nama Jihan lagi. Tapi, istrinya itu tidak mau menuruti perkataannya yang satu ini.
"Sorry, sorry. Gue cuman penasaran aja reaksi dia gimana".
Fely kini menandaskan minumannya. Ia hendak membuang sampah itu kebawah. Tapi, Barra menahannya dengan alasan takut mengenai kepala seseorang yang mungkin saja berjalan disana.
"Buang sampah itu ketempatnya. Kalo kena kepala orang berabe Fely". Tegur Barra.
Fely hanya mendengus saat Barra menegurnya. Memang benar apa yang dikatakan Barra barusan. Tapi, ia malas saja jika harus membawa sampah ini kebawah.
"Lo dirumah aja rapi, bersih. Buang sampah segitu aja males" lanjut Barra.
"Iya, iya" jawab Fely dengan malas. Karna jika Fely tidak menjawab, sudah dapat dipastikan Barra akan kembali bersuara untuk menasehatinya.
***
Sepulang sekolah, Fely menghentikan mobilnya tepat disamping Mobil Barra yang terparkir rapi disebelah halte pertama sekolah mereka. Setelah memastikan semuanya aman, Fely segera keluar dari mobilnya dan masuk kedalam mobil Barra, karna Barra sudah menunggunya didalam.
Beruntung, Fely selalu menstok pakaian bebas dilokernya untuk dirinya latihan dance. Jadi, ia sempat berganti pakaian terlebih dahulu sebelum ia pergi sekarang.
"Lo mau nonton atau ditontonin orang banyak?" Tanya Barra dengan ketus. Karna, lagi dan lagi, Fely memakai hotpants nya yang sangat pendek. Dipadukan dengan kemben yang menutupi kedua dadanya dan juga kemeja oversize bermotif kotak-kotak besar berwarna abu. Sangat cocok sekali dengan kembennya yang berwarna hitam. Apalagi didukung dengan kulit perut Fely yang putih.
"Ya kenapa sih Bar?" Tanya Fely.
"Ga jadi aja nontonnya" ucap Barra yang tentu saja membuat Fely sangat kesal sekali sekarang. Pasalnya, Fely sudah membeli dua tiket film untuknya dan juga Barra disitus online. Karna Frely paling anti untuk mengatri diteller.
"Gue udah pesenin tiketnya Barra".
"Kalo lo mau pergi, ganti baju dulu sama yang bener" jawab Barra.
Fely sekarang baru ingat jika Barra pernah menegurnya saat memakai pakaian yang sangat terbuka sekali. Wajar saja jika Barra sekarang begitu marah padanya.
"Gue bawa baju yang ada diloker Bar" jawab Fely.
"Seragam lo mana?"
"Di mobil".
"Ganti seragam aja".
"Masa pake seragam?" Tanya Fely yang tidak terima.
"Gue ada jaket dibagasi. Lo tutupin seragamnya pake itu aja. Ga papa kalo roknya ga ketutup juga" jawab Barra. Fely mendengus sebal.
Jika mendengar perintah Barra, memang sepadan dengan apa yang Barra pakai sekarang. Barra masih mengenakan seragam dengan ditutupi dengan jaket importnya.
Walau kesal pada suaminya, Fely tetap menuruti apa yang Barra katakan padanya. Fely kembali turun untuk mengambil seragam nya. Beruntung, Bian belum sampai untuk memgambil mobilnya pulang.
"Ganti bajunya disini aja. Takut ada si Bian nanti dia liat badan lo yang bugil lagi" ucap Barra sebelum Fely benar-benar keluar.
Tidak perlu waktu yang lama, Fely sudah kembali kedalam mobil Barra dengan seragam sekolah yang sudah ada ditangannya. Beruntung, kaca mobil Barra berwarna hitam. Jadi, saat Fely berganti pakaianpun tidak akan tembus pandang.
Fely juga mengambil jaket Barra yang berada dibelakang tempat duduknya sekarang dan segera memakainya. Setelah itu, Fely membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan Karna ia yang baru saja selesai berganti pakaian. Tidak lupa, Fely mentouch up riasannya, terutama dibagian bibirnya yang dirasa Fely terlalu pucat sekarang.
Setelah itu, Barra mulai melajukan mobilnya. Karna ia dan Fely memburu jam tayang film yang akan mereka tonton kali ini.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part