Part 22

2074 Words
Subuh ini Fely dan Barra terbangun karna adanya ketukan pintu dari Bian yang mengajak mereka untuk sholat berjamaah dimushola yang ada dirumah Barra. Rumah Barra memang dilengkapi dengan mushola. Hanya saja jarang Barra dan Fely pakai. Karna mereka seringnya sholat berjamaah berdua saja dikamar. "Siapa?" tanya Fely yang kesadarannya belum penuh. "Bian". Fely tidak mungkin menemui Bian sekarang. Karna Fely masih belum memakai pakaian. Ia juga tidak mungkin menyuruh Barra. Karna Barra juga sama dengannya. "Fel, disuruh Oma buat sholat subuh berjamaah dimushola" ucap Bian sedikit berteriak. "Iya Bian, nanti kita turun, Barra masih tidur" jawab Fely dengan sedikit berteriak juga. Karna ia belum beranjak dari ranjangnya. Fely mendengar langkah kaki Bian yang terderngar melangkah menjauhi kamarnya. Baru ia membangunkan Barra. Tentu saja mereka berdua harus mandi terlebih dahulu sebelum turun kebawah. *** Semua mata tertuju pada Fely dan Barra yang baru saja datang kurang lebih 15 menit setelah Bian datang kekamar mereka. Fely dan Barra saling tatap satu sama lain karna merasa heran atas tatapan dari keluarga mereka ini. "Om Bala sama tante fely kelamas ya?" tanya Gavin dengan polosnya. Sedangkan yang sudah dewasa menahan senyum mereka. Ntah kenapa, jadi mereka yang malu sekarang. "Rajin amat Bar keramas jam segini" goda Adam yang mengerti apa yang sudah adik sepupunya itu lakukan. "Udah-udah yu sholat. Udah telat kita ini" ujar Lita. Ibadah sholat subuhpun dilakukan dengan Luki yang menjadi imamnya. Selesai sholat tidak lupa yang lebih muda menyalami tangan yang lebih tua. Kini, Barra menengok kearah belakang. Sebelum ia menyalami tangan ibu, oma, tante, dan kakaknya, Barra terlebih dahulu menyodorkan tangannya pada Fely. Fely mencium punggung tangan Barra, setelah itu Barra mencium kening Fely seperti biasa. Semuapun menoleh kearah mereka yang sedang melakukan kebiasaan mereka setelah sholat berjamaah. Membuat semua orang yang ada disana tersenyum malu akibat ulah pengantin baru ini. Setelah semuanya selesai, semua kembali kekamar masing-masing. Ada yang melanjutkan aktivitas, ada juga yang kembali tidur seperti Barra dan Fely. *** Fely menyiapkan seragam sekolah Barra. Kebiasan yang sudah menjadi rutinitas Fely setiap paginya setelah mereka menikah. Fely memang menjalankan semua kewajibannya sebagai seorang istri. Karna Barra juga melaksanakan kewajibannya sebagai suami. Barra masih mandi saat ini. Fely sudah siap dengan wajahnya yang sudah ia rias senatural mungkin agar wajahnya terlihat fresh. Setelah selesai dengan penampilannya dan juga baju berikut tas sekolah Barra yang sudah ia siapkan, Fely memilih untuk turun kebawah menemui keluarga besar suaminya yang ia yakini sudah berkumpul dimeja makan untuk sarapan. Kali ini, Fely mengepang sedikit rambutnya. Ia juga memberikan jepitan yang manis dikepalanya. Jepitan bentuk bunga matahari yang Barra belikan untuknya beberapa hari lalu. Jepitan yang manis dan sangat cantik saat dipakai oleh Fely. "Pagi semuanya" ucap Fely dengan senyuman manisnya. Ia duduk dikursi biasa ia duduki. Tentu saja bersebelahan dengan kursi kosong yang disediakan untuk suaminya. "Pagi Fel, kaya seneng gitu" jawab Lita sedikit menggoda Fely karna wajah Fely memang terlihat sangat berseri pagi ini. "Ah, mama bisa aja" jawab Fely. Tidak lama datang Barra dengan membawakan satu jaket miliknya yang akan ia berikan pada Fely. Sebuah jaket custom import dari Korea yang ada huruf B dibagian d**a sebelah kiri itu yang Barra beli kurang lebih 6 bulan yang lalu. "Nih, biasain kalo mau naik motor itu pake jaket" Barra menyodorkan jaket itu pada Fely yang langsung diterima oleh gadis itu. "Kan gue ga punya jaket" jawab Fely. "Jaket gue bukannya jaket lo juga ya?" tanya Barra yang dijawab cengengesan dari Fely karna yang Barra katakan itu benar adanya. Fely memang sering meminjam jaket Barra jika ia sedang ingin memakainya. Tidak hanya jaket, sering kali baju-baju Barra Fely pakai tanpa izin dari suaminya itu. "Udah jangan ributin hal sepele. Sarapan dulu nanti kalian telat" ucap Oma Ratu. Seperti biasa Fely mengambil beberapa helai roti tawar yang ia olesi selai coklat lalu ia taruh dipiring Barra. Setelah itu ia melakukan untuk dirinya sendiri. "Kalian mau berangkat bareng?" tanya Lita pada Barra dan juga Fely. "Iya ma, Barra mau pake motor". Jawab Barra. "Kenapa ga pake mobil?". "Ga papa lagi mau pake motor aja ma" jawab Barra. *** Fely memasuki kelasnya setelah ia berjalan hati-hati karna saat Fely dan Barra sampai diparkiran ada beberapa siswa yang baru datang. Beruntung tidak ada satupun teman sekelas mereka disana. "Tumben pake jaket" Komentar Nindi yang memang sudah mengetahui jika Fely kurang suka memakai benda itu. "Ga papa pengen aja" alibi Fely. Padahal aslinya karna Barra yang menyuruhnya. "Fel, gue kemarin kaya liat lo dibonceng sama Barra pulang sekolah" ucap Febri yang duduk dimeja sebelah Fely. Fely sedikit menegang saat ini. Dari mana Febri tahu jika Fely kemarin pulang bersama Barra?. Keadaan sekolah sudah sepi saat keduanya keluar dari gedung itu. "Ma.. masa iya? Kan gue pulang sama supir gue" dusta Fely. Semoga saja bisa membuat teman-temannya percaya padanya. "Iya kali ya. Ga mungkin juga lo pulang sama si Barra" jawab Febri. "Iya ga mungkin lah, kita ngobrol deket aja kan kemarin pas mereka kesini" jawab Fely meyakinkan. "Iya, gue salah liat kali" jawab Febri. "Emang lo liat dimana?" tanya Kai. "Kemarin, dihalte kan gue belum dijemput". Fely harus waspada saat ini. Sepertinya mereka harus pulang lebih sore lagi dari biasanya. Atau memang mereka tidak boleh pulang bersama lagi agar semuanya aman. Tidak akan ada rasa takut lagi nantinya. *** Barra mengajak Fely untuk mengahbiskan jam istirahat di rooftop. Fely hanya menurutinya saja. Lagian, lumayan Fely tidak perlu mengeluarkan uang jajannya untuk makan kali ini. Karna Barra sudah membelikannya makanan. "Bar, kita ga usah berangkat sama pulang bareng lagi deh kayanya" ucap Fely saat keduanya sedang menikmati batagor sepiring untuk berdua itu. "Kenapa?". "Febri kemarin liat lo bonceng gue" Barra menoleh kearah Fely. "Terus lo ngaku?" "Ya ngga lah gila". Barra menganggukan kepalanya. "Pulang sekolah kerumah sakit, cek kaki lo. Kalo kata dokter udah gapapa, lo boleh bawa mobil lagi". ucapnya yang kini membukakan botol air mineral untuk Fely, karna Fely menyodorkannya pada Barra. "Beneran?" tanya Fely setelah meneguk air yang ia terima dari Barra. Barra menganggukan kepalanya lagi. "Kasian juga gue sama lo, berangkat harus nyamar dulu". Jawabnya. Mereka berdua sudah menandaskan makanan serta minumannya. Barra menarik Feky untuk duduk merapat kearahnya. Fely hanya menurut saja. Ia juga menjadikan satu kaki Barra sebagai sandarannya. Menikmati hilir angin disiang hari ini. "Lo pernah ga sih mikirin hidup kita jadi gini?" tanya Fely dengan kerandomannya. "Maksud lo?" "Kita ini baru 17tahun. Gue aja baru selesai adain pesta ultah gue. Eh tau tau mau dinikahin sama lo, yang dimana kita ga kenal sama sekali". "Menurut lo aja. Gue mah ya, bayanginnya gue masih mau pacaran dulu, ya minimal PDKT lah, keluarin skil gue buat luluhin cewek. Eh, malah dinikahin". "Lo nyesel?" tanya Fely. Barra sedikit menunduk karna Fely yang tengah menatapnya. "Ngga. Ya, gue kan waktu itu pernah bilang, saat gue terima perjodohan ini, gue udah pilih lo sebagai pasangan gue". "Lo nyesel nikah sama gue?" tanya Barra. "Ngga. Lo tajir, ya gue akuin wajah lo ganteng. Jadi, selain memperbaiki finansial, lo juga memperbaiki keturunan gue nanti hahaha". Barra menjeplak pelan jidat Fely. "Sialan lo" ucapnya, sedangkan Fely tertawa terbahak-bahak. Fely terdiam saat mata keduanya kini bertemu. Lagi dan lagi, ntah siapa yang memulai keduanya sudah menautkan bibir mereka. *** "Gimana dok kondisi kakinya?" tanya Barra saat dirinya dan juga Fely sudah berada dirumah sakit untuk memeriksa keadaan kaki Fely yang sempat terkilir itu. "Kalo hasil pemeriksaan udah ga papa ya. Cuman tetep harus hati-hati ya. Kalo kerasa sakit lagi jangan dipaksain buat gerak terlalu over" ucap Dokter Handi yang dimana beliau adalah dokter langganan keluarga Barra. "Dengerin, jangan terlalu over" ucap Barra pada Fely yang masih duduk diatas kasur pasien itu. "Iya, gue denger" jawab Fely yang tidak mau ada perdebatan diantara mereka berdua. Setelah berbincang dengan Dokter Handi, Barra memutuskan untuk pulang karna mereka memang belum pulang kerumah. Barra mengajak Fely langsung kerumah sakit saat pulang sekolah. *** "Assalamu'alaikum" seru Fely dan Barra yang menghampiri keluarganya di ruang tengah sudah berkumpul keluarga besar mereka. Disana juga sudah ada Heru yang sepertinya baru datang itu. Keduanya menyalami tangan yang tentunya lebih tua dari mereka. "Kalian jam pulang sekolah jam segini?" tanya Bian pada Barra dan Fely. "Ngga, abis dari rumah sakit dulu" jawab Barra. "Siapa yang sakit?" tanya Lita khawatir. "Abis cek up kakinya Fely" jawab Barra yang nggan untuk duduk itu. Fely juga sama. Ia sudah ingin naik keatas untuk mengganti pakaiannya. "Barra keatas dulu ya, mau ganti baju takut nyonya pemilik kamar marah" ucap Barra sambil bergurau pada semuanya. Sedangkan Fely mendelik tajam saat semua orang tertawa karna guyonan Barra. "Fely juga izin ke kamar dulu ya" ucap Fely menyusul suaminya kekamar. "Barra keliatan dewasa banget ya setelah nikah" komentar Diandra yang mendapat anggukan dari Lita. "Tante juga gitu mikirnya. Barra jadi lebih rapi, jadi ada yang urusin juga" komentarnya. *** "Om Bala, Gavin mau tidul sama om sama tante Fely" ucap Gavin yang sedang berada dipangkuan Barra. Memang semuanya sedang berkumpul diruang tengah setelah makan malam. Gavin memang selalu senang jika bertemu dengan Barra. Karna Barra selalu memanjakannya. "Gavin, minta izin dulu sama tante Fely nya" jawab Barra. Fely menoleh kearah anak kecil yang sedang berada dipangkuan suaminya itu. "Tante, boleh ga Gavin tidul sama kalian?" tanya Gavin. "Boleh ga ya?" "Gavin ga ngompol ko" Ucap Gavin agar ia mendapat izin dari Fely untuk tidur bersama dirinya dan juga Barra. "Gavin, nanti om Barra nya ga bisa bikin dedek sama tante Fely kalo Gavin tidur sama mereka" sahut Bian yang mendapat jitakan dari Oma Ratu yang membuat Bian meringis. "Sakit Oma" rengek Bian. "Gavin boleh ko tidur sama Om Barra sama tante juga" ucap Fely yang langsung mendapat ekspresi bahagia dari bocah lelaki berusia 5 tahun itu. "Tapi, Gavin bobo nya disebelah om Barra ya, kan om Barra kalo tidur itu harus meluk tante Fely" celetuk Barra yang langsung mendapat cubitan dari Fely. "Aw, sakit gila" pekik Barra. Baru Fely melepaskan cubitannya itu. *** "Fel, serius ga papa Fel Gavin tidur sama kalian?" tanya Diandra didepan kamar Fely dan Barra. Sedangkan Barra sudah berada didalam kamar dengan Gavin. "Ga papa kak, lagian ga tiap hari ini" jawab Fely. "Kakak jadi ga enak tau, gangguin kalian yang lagi anget-angetnya" "Ah kakak apaan sih" Fely malu digoda seperti itu oleh Kakak iparnya. "Kakak juga rasain dulu hahaha". Wajah Fely semakin memerah sekarang. Bagaimana tidak, sekarang juga ada Adam yang menghampiri mereka berdua dengan menggendong Haura yang sudah terlihat sangat ngantuk itu. "Fel, Gavin jadi tidur sama kalian?" tanya Adam. Fely menganggukan kepalanya. "Iya Bang, udah didalem sama Barra". "Ya ampun, jadi enak kita bisa bikin adik buat Haura ya sayang?" ucap Adam yang mendapat pelototan dari Diandra, sedangkan Fely terkekeh melihat keduanya. "Ya udah, Fely kedalem dulu ya Kak, Bang" pamit Fely. Sebenarnya ia ingin bercanda sebentar dengan Haura. Tapi, Haura sudah tidur dipangkuan ayahnya saat ini. *** "Push push push" celoteh Barra yang sedang bermain game online dengan Gavin yang berada dipangkuannya. Fely yang melihat suaminya yang sedang asyik dengan hp nya itu memilh untuk mencuci mukanya dan memakai skincare malamnya. Ia berjalan kearah kamar mandi. "Barra Almand Said" teriak Fely saat ia melihat handuk bekas Barra mandi yang masih berada dikamar mandi. Padahal, Fely sudah berkali-kali memberi tahunya jika selesai mandi, taruh handuk dijemuran yang memang sengaja Fely taruh didepan kamar mandi. Dengan langkah yang kesal, Fely menghampiri suaminya itu yang masih asyik bermain game di hp nya. Barra memang mendengar teriakan dari Fely, tapi ia tidak memperdulikannya sebelum game-nya ini selesai. "Udah gue bilang kalo beres mandi itu gantungin anduknya jangan sembarangan. Taro didepan kan ada gantungan yang khusus handuk" cerocos Fely yang cukup membuat Barra pengang sekali. "Bentar, selesaiin dulu ini" ucap Barra yang memang akan mengakhiri game nya itu. "Buruan gue mau cuci muka, gue udah ngantuk". Lima menit kemudian, Barra mematikan hp nya. Ia juga menyuruh Gavin untuk beranjak sebentar agar Barra bisa pergi sebentar. Cup! Sebuah kecupan singkat mendarat dibibir Fely. Fely membelalakan matanya saat ia menyadari jika dikamar ada Gavin yang masih anak-anak. Apalagi Gavin sedang melihat kearah mereka saat ini. "Ih Om Bala ga boleh itu" ucap bocah itu. "Kan tante Fely istrinya om, jadi bebas dong" jawab Barra sebelum ia pergi kekamar mandi. Sedangkan Fely masih mematung ditempatnya saat Barra kembali mendaratkan ciumannya dipipi Fely. "Nah kan diem. Jangan berisik lagi ntar gue cium lagi" ucap Barra lalu ia segera pergi ke kamar mandi untuk membenarkan handuk yang ia pakai mandi tadi. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD