“dia di rumah beberapa hari ini” ucap Jane secara tiba-tiba
“hah?” sahut Sarah yang bingung
“kak Lay di rumah” jawab Jane
“apa maksudmu?” Sarah bertanya dengan gugup
“aku tau hubungan mu dengan kakak ku” jelasnya singkat
Seketika itu juga Sarah menelan ludahnya kasar dan kebingungan mengeluarkan kata-kata.
“kamu pernah bilang padaku di semester awal sekolah kalau kakak ku itu keren dan tipe mu. Tapi aku juga sudah pernah mengatakan padamu jika kakak ku mendekatimu jangan kamu hiraukan karena dia hanya akan bermain-main saja dengan mu. Tetapi sekarang, kamu benar-benar di posisi yang aku takut kan” ucap Jane menatap Sarah dengan wajah sedihnya
“maaf seharusnya aku tidak membiarkan kakak ku mendapatkan kesempatan seperti itu padamu” lanjut Jane tertunduk
“tidak Jane, kak Lay dan aku tidak memiliki hubungan yang seperti kamu bayangkan. Dia hanya membantuku dan memberiku tempat tinggal karena kondisi keluarga ku” sergah Sarah
“sudahlah Sar, aku tau semuanya sejak kamu keluar dari kamar kak Lay pagi itu. Di hari kamu mengatakan tinggal di kamar sewa, setelah kak Lay menurunkan ku di depan pagar rumah. Aku mengikuti kalian dengan taksi. Aku au kau tinggal dengan kak Lay dan aku juga tau kalau kak Lay hanya memperlakukan mu seperti gadis-gadis nya yang lain” jelas Jane seketika itu juga membuat Sarah terdiam kaku
“dia tidak akan memperlakukan mu lebih dari teman tidur nya saja Sarah. Mungkin saat ini dia masih baik padamu, tapi disaat dia sudah bosan dengan mu, dia akan membuangmu begitu saja” lanjut Jane
Bel berakhirnya pelajaran berbunyi, Jane mengemasi barangnya dan beranjak dari bangkunya.
“paling lama dia hanya bertahan dengan mu selama 6 bulan dan tidak mungkin lebih dari itu. Sebaiknya kamu segera memikirkan tempat tinggal lain setelah 6 bulan itu. Aku membantu mu mencari pekerjaan karena aku tau semuanya dan tidak ingin kamu menjadi gelandangan setelah diusir kak Lay” ucap Jane sebelum ia pergi meninggalkan Sarah yang masih terdiam di bangkunya
Sarah masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari Jane, pikirannya kini benar-benar kosong.
“hei, kau tidak pulang” gertak salah seorang teman sekelasnya
Sarah pun tersadar dari lamunannya, ia mengemasi barangnya lalu segera pergi. Sarah pergi ke taman yang tak jauh dari tempat kerjanya. Ia duduk disana untuk beberapa saat hingga mendekati jam masuk kerjanya.
Sarah datang ke tempat kerjanya dengan wajah lesu hingga membuat rekan kerjanya khawatir dengan kondisinya.
“apa kau baik?” tanya Muel, rekan kerjanya
“aku baik” jawab Sarah sembari tersenyum tipis
Seorang pelanggan datang, Muel pun kembali fokus dengan pekerjaannya sedangkan Sarah masih sibuk dengan pikiran kacaunya.
Disaat Sarah tengah membuang sekantong sampah, ia melihat mobil Lay yang terparkir tak jauh dari tempat kerjanya. Sarah menatapnya dengan kekesalan yang hampir ia luapkan namun seketika ia sadar saat Muel memanggil dan meminta Sarah untuk membantunya. Sarah pun mengabaikan mobil tersebut dan pergi melanjutkan pekerjaannya.
Di jam pulang kerjanya, mobil Lay yang ia lihat sebelumnya pun sudah tidak ada. Ia lalu kembali melanjutkan perjalanan untuk kembali ke apartemen.
“kau sudah pulang” sapa Lay yang tengah menonton televisi di ruang tengah
“kenapa kakak ada disini?” tanya Sarah dengan wajah dingin
“apa kamu marah padaku?” Lay bertanya balik
“tidak” jawab Sarah dengan singkat, ia lalu pergi ke kamarnya
Lay pun mengikutinya ke kamar, ia memeluk Sarah dari belakang disaat Sarah tengah meletakkan tas nya.
“aku merindukanmu” ucap Lay yang mendaratkan dagunya di pundak Sarah
“aku lelah, bisakah kamu melepaskan aku” sergah Sarah
“tapi..”
“aku mohon” sahut Sarah memotong ucapan Lay
Lay hanya menghela nafas kasar, lalu melepaskan pelukannya.
Sarah pun pergi ke kamar mandi. Ia berdiri menatap wajahnya dari pantulan cermin di kamar mandi, “kau bodoh! Bagaimana bisa berharap dengan wajah pas-pasan mu ini untuk mendapatkan seorang CEO muda seperti Lay” gumamnya mengumpati dirinya sendiri
Setelah membersihkan diri, Sarah duduk bersantai di ranjang sembari membaca buku sekolahnya. Sedangkan Lay tengah sibuk dengan laptopnya di sofa kamar.
Drrtt Drrtt
“iya, ada apa?” Lay menjawab panggilan di ponselnya
.....
“aku di apartemen”
.....
“baiklah, aku akan ke sana sekarang” ucapnya yang kemudian menutup panggilan
“teman-teman ku mengajak berkumpul malam ini. Apa kamu tidak apa aku tinggal sendiri?” tanya Lay mendekat pada Sarah dan duduk di bibir ranjang
“untuk apa kamu bertanya padaku. Pergi saja, bukankah sebelumnya kamu pergi beberapa hari tanpa berpamitan” sahut Sarah tanpa menatap Lay
“maaf, beberapa hari ini aku sibuk lembur dan tidur di rumah karena kantor lebih dekat dengan rumah” jelasnya seraya meraih tangan Sarah dan menggenggamnya
Sarah menghela nafas lalu memaksakan bibirnya tersenyum dan menatap Lay, “iya tidak apa” jawabnya
“sudah pergilah. Jangan biarkan teman-teman mu menunggu” ujar Sarah didehumkan Lay
Lay mencium kening dan bibir Sarah sebelum meninggalkannya.
Sarah menutup bukunya dan beranjak dari ranjang setelah mendengar Lay menutup pintu apartemen dari luar. Sarah memindahkan semua barangnya ke kamar sebelah.
“semoga aku bisa bertahan sampai ada uang untuk menyewa kamar” gumam Sarah yang berbaring di ranjang dan bersiap tidur setelah ia kelelahan memindahkan barang-barangnya
Sarah tengah sibuk dengan alat dapurnya. Suara bisingnya pun sampai membangunkan Lay yang tengah tertidur nyenyak di kamar.
“selamat pagi” sapa Sarah melihat Lay keluar dari kamarnya
“pagi” balas Lay
“semalam kamu tidur dimana? Barang mu kemana semua?” tanya Lay
“aku memindahkan semua barangku ke kamar itu” Sarah menunjuk kamar yang semalam ia tempati
“aku akan tidur disana mulai sekarang” lanjutnya
“kenapa?” tanya Lay semakin mendekat pada Sarah
“aku membutuhkan privacy untuk beberapa alasan. Kalau kakak keberatan aku bisa pergi dan cari tempat sewa” jawab Sarah
“tidak, terserah kamu saja mau tidur dimana asalkan tidak meninggalkan apartemen ini” sergah Lay dibalas Sarah dengan senyum simpul
“aku sudah membuatkan sarapan untuk kakak” ucap Sarah sembari memasukkan makanannya ke kotak makan dan mengemasi peralatan sekolahnya
“apa kamu tidak sarapan?” tanya Lay dengan tatapan matanya mengikuti gerak Sarah
“tidak, tapi aku sudah membawa bekal untuk di sekolah. Aku harus segera berangkat karena bisa ketinggalan bis” jawabnya
“biar aku antar” sergah Lay
“tidak perlu, aku bisa berangkat sendiri. Kakak tidak perlu mengantarkan ku setiap hari karena kak Lay juga memiliki banyak urusan selain mengurus ku” tolaknya sembari membuka pintu apartemen
“aku berangkat” pamitnya meninggalkan apartemen
“lebih baik seperti ini sebelum semuanya menjadi terlanjur” gumam Sarah sembari menunggu lift
Sarah turun dari bus dan disambut Jane yang telah menunggunya di halte. Sarah mengeluarkan senyuman bahagia disaat Jane memberikan rangkulan di pundaknya
“kau baik kan?” tanya Jane dianggukan dengan senyuman oleh Sarah