Sarah terus mengikuti Jane selama jam istirahat sekolah. Ia meminta pada Jane untuk membantunya agar ia tetap bisa tinggal di apartemen Lay tanpa bertemu dengan Lay setiap hari sampai ia lulus sekolah.
“sudah aku bilang tidak bisa Sarah.. sebaiknya kamu cari tempat tinggal lain saja lah, karena tidak mungkin Lay membiarkan mu tinggal di tempatnya tanpa menyentuhmu” tolak Jane kembali menegaskan pada Sarah
Sarah mengeluarkan raut sedihnya dengan tertunduk, “bagaimana aku bisa membayar sewa tempat tinggal kalau uang untuk sekolah saja aku masih susah, yang ada aku harus berhenti sekolah untuk bisa membayar sewa tempat” ucap Sarah membuat Jane menghela nafas dan membenarkannya
Jane menyentikkan jari dengan senyuman lepas, “bagaimana kalau kamu tinggal saja di rumahku” tawar Jane
“itu semakin tidak mungkin, yang ada setiap hari aku bertemu kak Lay dan dibuat mainan olehnya. apalagi kalau sampai dia tau kamu sudah mengetahui hubungan ku dan dia” sergah Sarah
“ahh iya kamu benar juga. Dia akan curiga kalau aku terlalu melindungimu” sahut Jane yang lesu
“andai saja aku punya uang sebanyak kakak ku, aku akan memberikannya padamu untuk menyewa tempat tinggal selama setahun” celetuk Jane
“hem.. kau tidak perlu sampai segitunya padaku, cukup pinjamkan saja rumah yang diberikan orang tuamu padaku” sahut gurau Sarah
Namun justru itu membuat Jane ternganga dan membelalakan mata, “ahh iya kau benar. Kenapa aku tidak kepikiran kesitu yah. Yasudah kamu tinggal saja di rumah milikku itu” ucap Jane membuat Sarah membulatkan mata
“apa kamu gila?! Rumah mu itu berada di pulau seberang Jane! Aku harus naik pesawat setiap hari untuk sampai ke sekolah” balas Sarah dengan kesal justru membuat Jane tertawa lepas
“mau bagaimana lagi, kepala ku sudah pusing memikirkan hal ini” sahut Jane setelah berhenti tertawa
“sudahlah memang tidak ada jalan keluarnya, terimakasih” ujar Sarah pergi meninggalkan Jane yang masih berdiam di toilet
Sepulang sekolah, Jane dan Sarah melihat mobil Lay telah terparkir di depan sekolah mereka. Seketika itu Sarah mengumpat kesal melihatnya.
“kenapa sih dia itu tidak ada habisnya mengejar seperti aku buronan saja!” gerutu Sarah yang berdiri diam di koridor
“sudahlah dia memang seperti itu. Hari ini kamu libur kerja kan?” sahut tanya Jane dianggukan Sarah
“hari ini dia pasti mengatakan akan mengantarku pulang duluan karena ada keperluan di kantor, aku akan mengiyakannya saja. Nanti sesampainya di gerbang rumahku, kamu turun lah dari mobil terlebih dahulu baru aku akan mengatakan padanya kalau kita ada kerja kelompok jadi kamu akan menginap di rumahku” jelas Jane diiyakan langsung oleh Sarah
Mereka berdua pun berjalan bersamaan, Jane membukakan pintu belakang untuk Sarah dan kemudian barulah ia naik ke kursi penumpang depan.
“Jane” seru Lay sembari sibuk dengan kemudinya
“Dia akan mengatakannya” batin Jane yang kemudian menjawab panggilan Lay dengan dehuman
“kakak antarkan kamu ke rumah dulu ya karena setelah mengantar Sarah, kakak harus kembali ke kantor” ucap Lay
“Tuh kan benar apa kataku” ucap batin Jane
“Tebakan mu benar Jane” batin Sarah
“Ya terserah kakak saja” jawab Jane
Sesampainya di depan gerbang rumah mereka, Sarah pun turun dari mobil.
“kakak tidak perlu repot mengantar Sarah pulang, dia menginap di rumah karena kami akan mengerjakan tugas bersama” ucap Jane sebelum ia keluar dari mobil Lay
“sial” umpat Lay menatap pundak Jane dan Sarah yang berjalan pergi melewati gerbang rumahnya
----
Di tengah malam, Sarah terbangun karena merasa tenggorokannya kering. Ia pun beranjak pergi ke dapur.
“ya.. ya.. kamu bisa pergi sekarang”
Suara serak lelaki itu membuat Sarah membelalakan mata disaat gelas masih menempel di bibirnya. Sarah pun menoleh ke asal suara, ia melihat Lay dengan tubuh tidak stabil berdiri di ruang tengah dengan seorang lelaki paruh baya.
Lay berbalik dan menatap Sarah dari kejauhan dengan pandangan samar. Sarah dengan cepat meletakkan gelasnya di meja dan berjongkok.
“dia melihatku tidak ya” gumam Sarah
Lay yang penasaran berjalan mendekat ke arah dapur. Sedangkan Sarah yang mendengar langkah kaki Lay yang semakin dekat dengannya langsung bersembunyi di bawah meja dapur.
“aku tadi seperti melihatnya berdiri disini” gumam Lay yang telah berada di tempat Sarah sebelumnya dan memperhatikan sekitar. karena tak menemukan Sarah disana, ia pun pergi.
Sarah keluar dari bawah meja dengan perasaan lega, ia melangkahkan kakinya dengan pelan, mengintip untuk mencari tau apakah Lay masih di sekitarnya. Setelah ia rasa Lay tidak ada disana, Sarah pun berlari sampai di kamar Jane.
“sia-sia aku tadi minum kalau sekarang kehausan lagi” gerutu Sarah yang terengah-engah. Ia pun segera menstabilkan nafasnya lalu beranjak tidur.
“kelihatannya kak Lay tidak pulang semalam” ucap Jane sembari menikmati sarapannya
“siapa bilang, dia pulang kok semalam” sahut Sarah
“kamu bertemu dengannya?” tanya Jane
“iya semalam waktu ambil minum di dapur” jawab Sarah
“terus?” tanya Jane yang penasaran dengan tatapan seriusnya
“semalam dia diantar lelaki paruh baya dalam keadaan mabuk berat. Dia melihatku di dapur dan menghampiriku, untungnya aku tau jadi sebelum dia sampai di dapur aku bersembunyi. Setelah dia keluar dari dapur aku berlari ke kamarmu” jelas Sarah
“waahh kalian bermain petak umpet di tengah malam” celetuk canda Jane
“entah sampai kapan kamu bisa bersembunyi dari kakak ku, tapi bagus jika bisa seperti itu sampai kita lulus” ucap Jane didehum iyakan oleh Sarah
Mendengar langkah kaki menuruni anak tangga, Sarah dan Jane segera menyelesaikan sarapannya dan beranjak dari meja makan.
“kalian mau kemana?” tanya Lay melihat Sarah dan Jane tergesa-gesa pergi
“sekolah” jawab Jane tanpa menolehnya
Sarah dan Jane tertawa lepas saat sampai di halte dengan nafas mereka yang terengah-engah.
“maaf ya Jane karena aku, kamu jadi harus seperti itu dengan kakak mu” ucap Sarah menatap sayu pada Jane
“hei, kamu tidak perlu berkata seperti itu. Lagipula aku dan Lay memang tidak sedekat kakak-adik pada umumnya. Dia hanya akan baik padaku jika ada sesuatu yang menguntungkan dia juga” balas Jane tersenyum lebar pada Sarah
“sudahlah jangan terlalu dipikirkan, ayo bis nya sudah datang itu” ucap Jane setelah melihat bis yang akan mereka tumpangi hampir sampai di halte
Mereka segera naik ke bis begitu pintu bis terbuka, Sarah dan Jane duduk berseberangan. Namun Sarah berdiri dari duduknya seketika melihat seorang wanita hamil berdiri disebelahnya. Sarah memberikan tempat duduknya pada wanita itu dan Jane pun ikut berdiri menemani Sarah.
“kenapa kamu berdiri?” tanya Sarah
“aku hanya ingin menemanimu saja” jawab Jane tersenyum lebar dan membuat Sarah menggelengkan kepala