Chapter 6

1065 Words
Sarah tengah sibuk menata barang di rak toko seraya bernyanyi mengikuti alunan lagu yang tengah diputar di tempat kerjanya tersebut. “silahkan” sambut Sarah seketika ia mendengar bel sensor pintu toko berbunyi Sarah dengan tergesa-gesa menyelesaikan tugas yang ia kerjakan dan segera pergi ke meja kasir. “kak Lay” seru Sarah terkejut melihat Lay berdiri di depan meja kasir Sarah pergi menuju meja kasir, ia menyilangkan tangan menatap Lay seperti sedang mengintimidasinya. “buruan dihitung” ujar Lay membalas tatapan Sarah “kakak kenapa bisa disini?” tanya Sarah “ini minimarket umum jadi siapa saja boleh membeli disini” jawab Lay “kamu sedang bekerja kan?” tanya Lay dibenarkan Sarah “kalau begitu segera hitung belanjaanku” ucap Lay Sarah mendengus kesal, ia lalu menghitung total belanjaan Lay. Setelah melakukan p********n, Lay pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun pada Sarah. “sudah gitu saja? Hem.. aneh” gumam Sarah sepeninggalan Lay Tring Bel pintu kembali berbunyi, Sarah pun tersadar dari lamunannya. Sarah kembali melanjutkan pekerjaannya hingga jam kerjanya telah selesai dan ia berganti shift dengan karyawan berikutnya. “Sarah” seruan tersebut membuat Sarah terkejut hingga menghentikan langkah kakinya Sarah pun menoleh ke asal suara, “kak Lay” ucapnya melihat kepala Lay keluar dari jendela mobil yang terparkir Sarah pun menghampirinya, “kenapa masih disini?” “ayo naik” ajak Lay “jawab dulu, kenapa masih disini?” sergah Sarah “tentu saja menunggumu” jawab Lay dengan santai “ayo!” ajaknya kembali Sarah mengiiyakannya dengan kesal, ia segera naik ke mobil. Sarah menatap aneh pada Lay yang tengah fokus mengemudi. “aku memang tampan, tapi jangan menatapku seperti itu membuatku tidak fokus menyetir” ucap Lay tanpa menatap Sarah Sarah mendengus kesal dan membuang tatapannya keluar jendela, “dasar” gerutunya Lay menghentikan mobilnya di sebuah warung makan pinggir jalan, “ayo” ajak Lay “apa kita akan makan dulu?” tanya Sarah “iya, aku tau kamu lapar setelah lelah bekerja” jawab Lay membuat Sarah tersenyum lepas Mereka turun darimobil bersamaan, Lay lalu menggandeng tangan Sarah memasuki warung. Lay menarik kursi untuk Sarah duduk “terimakasih” ucap Sarah menatap Lay Lay lalu duduk di seberang kursi Sarah, ia memanggil ibu pemilik warung dan memesan beberapa makanan. Sarah ternganga saat melihat makanan yang disajikan begitu banyak, “kakak memesan sebanyak ini?” tanyanya dibenarkan Lay “kenapa ekspresi mu seperti itu?” tanya Lay “ini terlalu banyak untuk kita yang hanya berdua” ucap Sarah “tidak apa, ini untuk mrayakan pekerjaan pertama mu” sahut Lay Lay memanggang daging dan memotongnya lalu memberikannya pada Sarah saat sudah matang. “kapan giliran kakak makan kalau semua daging yang kak Lay panggang diberikan padaku?” tanya Sarah sembari mengunyah makanannya “nanti setelah kamu” jawab Lay “makan ini juga” Lay memberikan sayuran pada mangkuk Sarah Sarah menyendok makanan dan menyuapkan pada Lay, “enakkan” ucap Sarah didehumkan Lay “biar aku yang menyuapi kakak. Kakak panggang saja dagingnya” ujar Sarah dianggukan Lay Setelah selesai menikmati makanannya, mereka pun bermaksud untuk pulang. Namun sesampainya di tempat mobil Lay terparkir, Sarah meminta pada Lay untuk mengemudikan mobilnya. “apa kamu memiliki SIM?” tanya Lay yang ragu memberikan kunci mobilnya “tentu saja” jawab Sarah “benarkah?” Lay bertanya kembali. Sarah pun mengangguk dengan yakin Kali ini Lay memberikan kunci mobilnya untuk dikemudikan Sarah. “rapatkan seatbelt mu kak” ucap Sarah seraya tersenyum simpul Lay membelalakan matanya merasakan ada yang aneh dengan tatapan Sarah. Ia pun menelan ludahnya kasar di saat Sarah melepaskan rem nya. Sarah mengendari mobil dengan kecepatan tinggi, seketika membuat Lay terdiam kaku di kursinya. Lay pun menggenggam erat seatbelt nya dan sesekali memperingatkan Sarah. Lay membuang nafas kasar setelah Sarah menghentikan mobilnya di basemen apartemen. Namun Sarah justru tertawa lepas melihat tingkah Lay. “kamu tidak memiliki SIM kan?” tanya Lay dengan kesal Sarah pun terseringai, ia lalu menggelengkan kepalanya. Lay kembali membuang nafas kasar, "bisa bisa nya aku membiarkan mu mengemudi” gumamnya yang kesal “bagaimana mungkin aku memiliki SIM kalau kendaraan saja tidak punya” sahut Sarah “lalu bagaimana kamu bisa mengemudi dengan kecepatan setinggi itu?” tanya Lay kembali “aku sering mengendarai mobil milik sepupuku setahun lalu, kebetulan kakak mengizinkan ku mengemudikan mobil ini jadi aku mencoba mengasah kembali kemampuan mengemudiku” ujarnya Lay tak menjawab ucapan Sarah kembali, ia langsung menarik tengkuk Sarah dan mencium bibirnya dengan agresif hingga membuat Sarah kesusahan bernafas. “kau harus membayarnya” ucap Lay sejenak melepaskan ciumannya Lay kembali menyambar bibir Sarah dengan ciuman agresifnya mskipun nafas Sarah belum kembali normal. “kau mau mencobanya disini” tawar Lay dianggukan Sarah dengan cepat Tak menunggu lama Lay menurunkan jok mobilnya, meminta Sarah berpindah ke atasnya. Ia langsung menelusupkan tangannya ke dalam baju Sarah. Dengan cepat ia melepaskan kain pembungkus tubuh Sarah. ---- Lay tengah memandangi langit yang gelap dibawah atap balkon sembari menghisap sebatang rokok di capit tangannya. Drrtt Drrtt Lay menjawab panggilan di ponselnya dengan dehuman, seorang lelaki di seberang menyuruhnya untuk segera datang ke tempat biasa mereka bertemu. Lay pun segera menyahut kunci di meja kamar dan pergi meninggalkan Sarah yang tengah tertidur pulas di ranjang. Saat Sarah bangun di pagi hari, ia tak menemukan seorang pun di sampingnya. Setelah Sarah membersihkan diri dan bersiap ke sekolah, ia juga tak menemukan Lay di setiap ruangan apartemennya. Sarah mencoba menghubungi Lay beberapa kali namun ia tak mendaptkan balasan dari Lay. Sarah memutuskan untuk membiarkan hal tersebut karena ia berfikir bahwa Lay membutuhkan waktu privacy nya. Sarah segera berangkat sekolah tanpa sempat sarapan. Namun sebelum sampai di sekolahnya, ia mampir di minimarket dekat sekolah untuk membeli roti dan minuman. “hei” Jane menggertak Sarah yang berdiri di depannya Sarah yang terkejut langsung berbalik, “sejak kapan kamu disini?” tanyanya “sejak melihatmu masuk minimarket ini” jawab Jane “ada apa di ponselmu? Kenapa kau serius sekali memperhatikannya?” tanya Jane digelengkan Sarah “hah.. apa maksudnya?” sahut bingung Jane “kau aneh, bukannya menjawab justru menggeleng” ujar Jane “sudahlah, ayo!” Jane merangkul lengan Sarah dan menariknya pergi Jane memperhatikan Sarah yang terus mengecek ponselnya sepanjang perjalanan mereka menuju sekolah. “apa kamu sedang menunggu seseorang untuk menghubungimu?” tanya Jane “tidak” jawab Sarah tanpa menolehnya “kamu terlihat berbohong, sebenarnya siapa yang sedang kamu tunggu?” Jane bertanya kembali karena ragu dengan jawaban Sarah Sarah pun menghela nafas, “mama ku” jawabnya “kenapa kamu tidak menghubungi mama mu terlebih dahulu?” “ponsel mama ku sedang rusak, mama biasanya menelepon ku dengan meminjam telepon tetangga” jawab Sarah “maaf Jane aku berbohong” batin Sarah ---- Sarah terus memandangi pintu toko karena ia masih penasaran dengan keberadaan Lay, ia berfikir bahwa mungkin saja Lay akan mendatangi tempat kerjanya tersebut. Namun sayang hingga jam pulangnya bekerja, Lay tak juga muncul di sekitarnya. “kemana dia” gumam Sarah setelah ia sampai di apartemen dan mencari Lay di setiap ruangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD