Bab 11

1535 Words

Iza terguncang sampai tubuhnya hampir rubuh, beruntung Yuda datang lebih cepat, memapahnya untuk duduk di kursi. Hal yang ditakutkan dalam hidup Iza kini terjadi. Azka dengan gampang datang untuk memperkuat niatnya merebut Puput. Hilang kata sampai air mata keluar, Iza sama sekali tak dapat berpikiran jernih selain meluapkan amarahnya lewat tangisan. Yuda tak berkomentar, membiarkan Iza tenang dengan caranya sendiri. Bukankah kunci redamnya emosi dan masalah bagi perempuan dengan cara menangis? Iza tersadar segera berlari menemui anaknya. Rasa panik membuatnya hilang akal sampai memeluk erat tubuh sang anak yang masih tidur. Puput kehabisan napas lalu membuka mata. “Bunda, lepas,” lirih Puput. “Bunda gak akan lepasin kamu, Sayang. Kamu hanya milik Bunda. Siapapun gak boleh ada yang men

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD