bc

Setelah Kau Menghilang

book_age18+
41.3K
FOLLOW
165.2K
READ
revenge
drama
disappearance
first love
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

Antara istri dan cinta pertama, Azka memilih meninggalkan istri yang tengah hamil demi cinta pertamanya. Semuanya bermula saat Rena menghilang pasca kecelakaan yang membuat Iza dijadikan istri pengganti demi menutupi malu karena Azka sudah pernah gagal menikah. Wanita yang dijodohkan berselingkuh.

Cinta mulai tumbuh karena sikap dan perhatian Iza selama setahun, tapi kembalinya Rena membuat Azka mantap untuk menceraikan Iza.

"Aku harap kamu gak usah datang ke persidangan agar proses perceraian lancar," kata Azka.

"Izinkan aku makan malam untuk terakhir kali." Begitu anggun cara Iza menjawab. Ternyata dia sudah meyakinkan diri untuk menghilang.

Entah ini karma atau ujian, 5 tahun setelah Azka menikahi Rena, tak satupun anak hadir dalam di antara mereka hingga Azka selalu terbayang anak yang ditinggalkan dalam kandungan Iza.

Bandung, menjadi saksi dipertemukan kembali Azka dengan Iza setelah sekian lama menghilang.

Akankah mereka kembali? Atau benar-benar berakhir dengan kehidupan baru?

chap-preview
Free preview
Bab 1
“Mas, aku hamil.” Aku terperanjat mendengar ucapan Iza, perempuan yang sudah menjadi istriku selama satu tahun. Dia seorang istri pengganti, harusnya saat itu aku menikahi Rena, sahabatnya sendiri, tapi sebuah kecelakaan maut mengakibatkan Rena menghilang hingga keluarganya menyatakan telah meninggal dunia membuat mama memutuskan agar aku menikahi Iza untuk menutupi rasa malu karena aku sudah pernah gagal menikah sebelumnya. Perempuan yang dijodohkan orangtuaku malah berselingkuh. Awalnya aku sangat membenci Iza. Mereka berdua mengalami kecelakaan maut tapi kenapa Iza hanya mengalami luka ringan sedangkan Rena malah terpental ke jurang dan menghilang. Namun, lambat laun hatiku mulai bergetar merasakan kehangatan Iza. Dia yang tak pernah mengeluh, yang selalu tersenyum meskipun aku bersikap kasar, hingga suatu hari aku pasrah pada perasaanku, mengubur rasa benci dan mulai membuka hati untuknya. Hari-hari kami lewati dengan penuh cinta dan keromantisan, sampai hari ini aku kembali dipertemukan dengan Rena. Sebuah keajaiban dari Tuhan, Rena diselamatkan oleh warga hingga orangtuanya datang dan membawa ke Singapore untuk melakukan pengobatan intensif. Cukup memakan waktu lama karena lukanya fatal tapi sekarang dia muncul di hadapanku dengan senyuman bahagia dan tubuhnya yang sudah kembali pada semula. Janji tetaplah janji. Cinta tetaplah cinta. Detak jantungku saat bertemu dengan Rena masih seperti dulu. Rasa yang masih sama, belum pernah pudar. Tapi tentang janji? Rena seolah tak tau kalau aku sudah menikahi Iza. Dia menuntut janji yang telah kuucapkan dulu, menjadikannya hanya satu-satunya permaisuri dalam hidupku. “Mas, aku hamil loh.” Kembali Iza mengulangkan informasi yang sama. Senyuman merekah masih bertahan di bibir tipis itu. Aku menarik napas dalam, lalu menatapnya dengan serius. “Iza, mari kita bercerai.” Iza membatu. Kedua matanya terbuka lebar hingga detik kemudian terdengar suara tawa sumbang menggenggam tanganku yang terletak di atas meja. “Kamu ngeprank ya, Mas?” Aku menggeleng. “Aku serius. Aku ingin kita pisah.” Lagi, jawabanku membuat Iza membeku lalu pada akhirnya tertawa. “Mas, ini gak lucu loh. Yang ada kalau kamu bilang cerai terus, jatuh talak loh.” Iza menunjukkan sisi manjanya. Menyandarkan kepala di pundakku. “Rena masih hidup. Aku ingin menikahi dia.” Segera Iza menarik diri dari pundakku. Menatap wajahku lekat. “Rena masih hidup?” Aku mengangguk pelan. “Pagi tadi aku bertemu dia. Kami berbicara panjang lebar di rumah tante Siska. Intinya aku harus menceraikanmu dan menikahi dia.” Begitu mantap jawaban yang kuberikan padanya. Mungkin dia tersakiti dengan itu tapi harusnya dia sadar sebagai pengganti, harus siap ketika pemilik posisi sesungguhnya kembali. “Mas, aku boleh minta sesuatu sama kamu?” Suaranya bergetar. Air mata begitu cepat menguap di kedua bola mata. Belum pernah aku melihat dia sepilu ini. Tapi aku harus apa? Ada janji yang harus kutepati. Artinya aku harus memilih salah satu dari mereka. Rena cinta pertamaku sedangkan Iza hanya pengganti. “Katakan!” “Tolong jangan ceraikan aku sekarang! Aku lagi hamil, biarkan anak ini lahir dulu, baru kamu bisa menalakku.” Air mata yang susah payah ditahan itu turun juga. Iza memohon mengusap perutnya yang masih datar. Tak lagi menatapku, dia menekukkan wajahnya, mungkin karena malu memperlihatkan air mata padaku. Dadaku terasa berat, sulit sekali untuk menarik napas dengan lancar. Jujur saja, air mata Iza membuatku berbelas kasih padanya. Tapi keputusan sudah bulat dan aku tidak mungkin membatalkan lagi. “Maaf, Iza. Mas gak bisa. Kita tetap harus bercerai. Untuk segala kebutuhan kamu dan anak kita tetap akan aku penuhi. Kamu gak usah takut, aku tetap bertanggungjawab pada anak dalam perutmu.” Tubuh Iza terguncang dan aku tak mungkin merangkul dia lagi. Aku tak ingin perasaan bersalahku membuat Rena terluka. Sudah cukup selama setahun dia merasakan penderitaan. Terbaring di rumah sakit tanpa support dariku, sebagai tunangannya. “Baik kalau itu menjadi keputusanmu, Mas.” Iza mengangkat wajah. Tersenyum menyeka wajahnya. “Mana surat gugatannya?” “Nanti akan dikirim pengacaraku. Aku harap kamu tidak perlu datang ke pengadilan agar proses perceraiannya lebih cepat.” Dia mengangguk-anggukkan kepala. “Baik. Tapi sebelum itu, izinkan aku makan malam untuk terakhir kalinya.” Kuturuti maunya. Aku menyerahkan piring kosong dan membiarkan dia melayaniku untuk terakhir kalinya, karena setelah ini sudah ada Rena yang akan melayaniku. Tak ada obrolan lagi. Kami sama-sama membisu, menikmati setiap suapan nasi. Jika biasanya kami menggunakan meja makan sebagai tempat mengobrol tapi tidak dengan sekarang. Pikiranku mulai bercabang, ragu dan gelisah. Tapi aku harus tetap teguh pada pendirianku. Perlahan, semuanya berubah hanya dengan satu kata dariku. Iza menurutiku untuk tak datang ke pengadilan, tapi yang membuatku terheran-heran, dia tak hanya tidak datang ke pengadilan, bahkan rumah pun sepi tanpa kehadirannya. Lemari yang biasanya diisi dengan bajunya kini kosong, hanya tersisa baju yang dibeli dengan uangku. Sakit, dadaku merasakan nyeri yang dahsyat. Iza seakan menghilang bagai ditelan bumi. Berkali-kali jariku menekan tombol panggil yang ada di layar ponsel tapi tak membuatku menghantarkan pada suaranya, melainkan suara operator yang mengatakan nomornya tak dapat dihubungi lagi. Hingga suatu hari aku mendapatkan sebuah foto, Iza pergi bersama dengan seorang pria. Keduanya tampak bermesraan hingga membuatku memantapkan untuk menceraikannya. Keputusan perceraian sudah diputuskan. Buku nikah kami resmi ditarik dan aku sudah berhasil menyandang status duda. Segera kuputuskan menjemput Rena dan membawanya ke hadapan mama untuk meminta restu darinya. Tak ada sepatah katapun yang terlontarkan dari mulutnya. Seolah semuanya diserahkan padaku dan aku pun memantapkan diri untuk meminangnya. Cintaku pertamaku. * “Mas, kamu sudah sampai mana?” Suara Rena terdengar cemas. Aku tersenyum menggelengkan kepala. Tanpa anak di sisi kami setelah pernikahan menjelang 5 tahun, Rena bertingkah malah kekanak-kanakan. Manja keterlaluan dan posesif. Setiap jam harus melapor, terkadang aku kesal tapi itulah bukti cintanya padaku yang tak ingin membuatku jauh darinya. “Di hotel. Bentar lagi mau langsung ke lapangan, biar gak terlalu banyak memakan waktu di sini.” Aku membuka pintu, mendorong koper masuk lalu menutup pintu kembali. “Oh gitu. Ya udah, aku tutup dulu. Mas langsung kerja! Pulang jangan lupa bawa oleh-oleh.” “Siap, Nyonya.” Aku terkekeh menutup telpon. Berjalan ke sisi ranjang, duduk di sana sambil melepaskan kancing baju. Lalu aku menoleh ke arah ponselku yang tiba-tiba muncul notif, segara aku membuka—undangan akikah. Jantungku berdetak tak karuan setiap mendapatkan undangan akikah dari teman-temanku. Pembahasan anak membuatku sangat sensitif, sampai sekarang Rena masih belum memberiku seorang anak. Apa mungkin ini hukuman yang harus kuterima saat aku harus meninggalkan istri dan anakku yang masih dalam kandungannya demi mengejar cinta pertamaku? “Di mana kamu sekarang? Kenapa kamu tega memisahkan aku dari anakku?” Bayang-bayang dia meninggalkan kota Jakarta dengan seorang pria di sisinya selalu membuatku marah. Aku sudah menyiapkan tempat tinggal dan uang untuk dia tetap berada di sisiku agar setiap hari aku dapat melihat perkembangan anak kami, tapi apa yang kudapat, begitu gugatan cerai masuk ke pengadilan, dia langsung terbang bersama dengan kekasihnya untuk menikmati liburan. Mungkin ini alasan dia meminta untuk menangguhkan perceraian sampai anak kami lahir agar dia bisa meninggalkannya begitu saja dan dia pergi dengan kekasihnya. Ah, sial. Kenapa aku terlambat menyadarinya? Aku menghirup napas dalam-dalam, lalu membuangnya secara kasar. Tak ingin membuang waktu, segera aku bersiap-siap dan pergi ke tempat lokasi dibangun mall. Bandung, selalu menjadi kenangan antara aku dan Rena. Di kota ini kami saling bertemu tanpa sengaja, hingga berakhir tukaran nomor telpon dan akhirnya dipersatukan dalam sebuah pernikahan. Sengaja kupelankan laju mobil untuk menikmati setiap panorama keindahan kota Bandung. Sejenak, aku terpaku pada sosok wanita berkerudung biru. Bibir tipis dan lesung pipi itu mengingatkanku pada Iza. Segera aku menghentikan mobil lalu turun menghampirinya. “Iza.” “Iya.” Dia menoleh, tersenyum sebentar hingga langsung berubah ekspresi datar. “Iza.” Aku tersenyum bahagia bertemu dengannya. Padahal baru saja aku marah padanya tapi ketika melihat wajahnya aku malah senang. “Mas.” Dia membalas senyum singkat lalu melangkah pergi. “Tunggu, Iza!” Aku berlari mengejarnya, menarik lengannya. “Lepasan aku!” pintanya meronta-ronta tapi tetap tak ingin kulepaskan. “Aku ingin kita bicara.” “Maaf, Mas. Kita sudah selesai, 5 tahun yang lalu. Sekarang lepaskan aku!” tegasnya terus meronta-ronta. “Aku ingin bicara sama kamu. Aku mohon!” “Gak, Mas. Aku gak mau. Tolong!” teriaknya pada akhirnya. Aku jadi gelagapan saat orang di sekitar jalan mengerumuni. Segera kulepaskan Iza. Dia lari tergesa-gesa. Mataku masih menatap punggungnya. Sejenak aku tersadar, ada yang beda dari Iza. Tubuhnya tampak lebih kurus, wajah tak terurus, penampilan lusuh dan yang membuatku kaget, dia terlihat lebih tertutup. Aku membuang napas kasar, dengan penampilannya seperti sekarang ini bagaimana dia menghidupi anakku? Lalu pria 5 tahun silam yang membawanya pergi ke mana? Apakah pria itu miskin sampai membuat Iza tak terurus seperti ini? Tuhan, kenapa pikiranku jadi kacau seperti ini? Apa yang terjadi selama 5 tahun ini? Di mana anakku?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
18.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
218.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
201.4K
bc

My Secret Little Wife

read
115.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook