Bab 3. Sama-sama gila

1011 Words
Seperti kucing yang diberi ikan asin, siapa orang yang tidak akan tergoda dengan seorang Chloe yang memesona. Siapa pun pasti akan tergoda olehnya, tanpa terkecuali. Dress wanita itu melorot dan tidak mampu lagi melindungi bagian atas tubuhnya. Kini, bagian d**a Chloe terpampang jelas tanpa menggunakan penghalang apa pun. Sontak saja Liam meneguk salivanya sendiri dan berusaha menahan diri agar tak menyentuh Chloe. Berulang kali dia coba untuk tak terpengaruh dengan Chloe. Namun, wanita itu terus menyentuh dan menahannya pergi. Gelayar aneh seketika muncul dari dalam dirinya, mulai mencuat dan menimbulkan sensasi yang tidak dapat Liam jelaskan. "Hentikan, Nona! Atau kau akan menyesalinya," ujar Liam sembari berusaha melepaskan diri dari sentuhan-sentuhan Chloe pada d**a bidangnya yang polos tanpa mengenakan apa pun. Hanya tersisa celana bahan katun yang masih melekat pada kedua kakinya dan menutup aset berharganya di bawah sana. Jari-jari lentik Chloe bergerilya menyentuh tubuh bidang yang sixpack itu, dia merasakan sedikit bulu-bulu halus pada d**a Liam. Dia sudah kehilangan akal sehatnya karena mabuk. "Kau sangat lembut, Tuan, tapi ini membuatku geli …." Liam yang sudah lama tidak merasakan sentuhan wanita, tentu saja dibuat kalang kabut dan meremang oleh sentuhan wanita itu yang semakin memancing gairahnya. "Stop, Nona! Aku tidak bisa berjanji untuk tidak menyentuhmu," ucap Liam memperingatkan dengan suaranya yang menggeram. Menahan sesuatu yang akan meledak di dalam dirinya sebentar lagi. Dari semua wanita yang Liam kenal, hanya Chloe satu-satunya wanita yang bisa membuat sesuatu dalam dirinya bangkit. Hanya dengan sentuhan kecil, penampilan kacau, dan dalam keadaan mabuk berat. Wanita itu bisa menghipnotisnya hanya dengan beberapa hal sederhana yang dia lakukan. "f**k! Hentikan ini, Nona. Atau kau ...." Tanpa Liam duga, Chloe meraup bibirnya lebih dulu dan membuatnya terkesiap. Hanya sebuah kecupan tak lebih, tetapi mampu membuatnya menggeram frustasi. "Bibirmu sedikit pahit, Tuan." Gerakan Chloe yang mengusap bibirnya sendiri, membuat Liam kehilangan akal sehat. Sialnya, wanita itu sungguh cantik dan menggoda. Tatapannya juga mampu memabukkan seorang Liam, terlebih saat Chloe kembali berbaring di atas ranjang dengan satu tangan yang menutup kedua matanya. Liam akui, dia pernah memakai jasa wanita yang dia sewa untuk memuaskan hasratnya. Namun, mereka tidak bisa membuatnya sampai hilang kendali seperti saat ini. Ya, Liam benar-benar ingin melakukan hal yang lebih dengan Chloe, lebih dari sekedar penyatuan dua bibir. Tatapan Liam sudah dipenuhi gairah, dia tidak bisa menahan diri lagi karena sudah di ambang batasnya. Dadanya sejak tadi bergemuruh hebat, hidungnya pun kembang-kempis dengan wajah merah bak kepiting rebus. "Kau sudah memancingku, Nona," desis Liam sambil naik ke atas ranjang dan mengukung tubuh Chloe dengan tubuh kekarnya itu. Tangan Liam menarik tangan Chloe yang tengah menutup mata hingga pandangan wanita itu kembali melihatnya. "Apa? Aku mau tidur. Jangan ganggu aku!" ketus Chloe yang akan menutup kedua matanya lagi dengan tangan. Akan tetapi, tangannya ditahan lebih dulu oleh kedua tangan Liam. "Jangan tutup matamu, kau harus melihatku!" titahnya dengan gemas sambil menatap kedua bola mata hazel milik Chloe. "Uh? Apa?" "s**t!" umpat Liam yang kemudian mulai membenamkan bibirnya pada bibir Chloe. Dia meraup bibir itu dengan beringas. Begitu bibir Chloe terbuka, tanpa berlama-lama dia melesakkan dirinya masuk ke dalam sana. Liam bisa merasakan aroma dan rasa dari alkohol dari bibir juga lidah Chloe yang membuatnya semakin ingin mendapatkan lebih dari sekedar ciuman. Perlahan dalam ketidaksadarannya, Chloe membalas pagutan lidah dan bibir Liam yang menginvasi bibirnya. Tangannya refleks meraih leher Liam, mengalung di sana. Setelah melihat Chloe hampir kelabakan dengan gerakan pada bibirnya, Liam pun melepaskan pagutan itu. Terdengar suara Chloe yang terengah-engah berusaha meraup oksigen setelah sempat merasa kehabisan napas. d**a keduanya bergemuruh, napasnya terdengar memburu. Ibu jari Liam mengusap saliva pada bibir Chloe karena ulah mereka berdua barusan. "Kau sangat cantik, Pretty Girl," pujian itu terucap dari mulut Liam. Namun, Chloe tidak menjawab karena dia masih sibuk menetralkan napasnya. "Ayo kita mulai adegan selanjutnya! Jangan lupa kalau kau yang memulainya. Jadi, jangan pernah menyesalinya!" Liam melepaskan semua menelanjangi hingga tubuh polos benar-benar terlihat. Dia melempar pakaian wanita itu dengan sembarang. Dengan cepat, bibir dan tangan Liam mulai bergerak menjamah setiap inci tubuh indah Chloe yang di mata Liam seperti seorang gadis. Suara erangan dan lenguhan dari bibir Chloe bagaikan alunan musik merdu yang seketika menaikkan libido Liam sampai puncak tertinggi. "Aku tidak bisa janji untuk pelan-pelan," desis Liam sebelum melakukan penyatuan. Akhirnya, adegan panas pada malam itu pun terjadi begitu saja. Mereka melakukan hal luar biasa yang tidak pernah diduga sebelumnya. Malam yang bisa saja membuat hubungan keduanya lebih dari sekadar cinta satu malam. *** "Eungh ….” Terdengar lenguhan dari Chloe yang perlahan mulai membuka mata. Dia merasakan sekujur tubuhnya sakit, terutama pada bagian inti miliknya. Pegal, lelah, itulah yang dia rasakan saat ini. Bagian kepalanya juga berdenyut nyeri dengan perut yang terasa sangat tidak nyaman. Wanita itu pun berusaha untuk bangun, walau kondisi tubuhnya seperti tidak mampu. Chloe merasa benar-benar kelelahan. Namun, dia tidak tahu karena apa. Susah payah dia coba untuk bangkit, akhirnya Chloe bisa untuk duduk di atas ranjang itu. Sungguh, kepalanya pusing sekali. "Astaga. Apa yang terjadi padaku? Kenapa tubuhku sangat lelah begini?" gumam Chloe bertanya-tanya pada dirinya sendiri. "Eh, tunggu dulu, ini di mana? Ini bukan kamarku!" pekik Chloe saat menyadari kalau kamar itu bukan kamarnya. Dia mulai memperhatikan dengan seksama dekorasi pada kamar itu, seprai di atas ranjang sampai pada lemari juga cat tembok, semuanya berbeda dari apa yang pernah mereka bicarakan sebelumnya. Chloe sangat kebingungan, pikirannya terus bertanya-tanya di mana dan apa yang terjadi padanya semalam sampai dia bisa ada di sini? "Ini juga bukan bajuku!" Chloe kembali dibuat kaget saat dia melihat gaun tidur yang dikenakannya bukanlah bajunya. Dalam kepanikan itu, Chloe bangkit dari tempat tidur. Dia melihat tasnya yang ada di atas sofa kamar itu. Namun, sebelum dia mengambil tasnya, tanpa sengaja dia melihat secarik kertas yang ada di atas meja. Chloe melihat tulisan pada secarik kertas itu yang membuat otaknya berpikir keras mencerna apa yang terjadi. "Malam yang indah dan luar biasa, Pretty girl. Aku menantikan malam-malam selanjutnya." Chloe mengalihkan pandangan pada sebuah inisial pada surat itu. "Siapa LH? Malam yang indah apa?" Chloe menggigit bibirnya sendiri. Otaknya semakin berpikir tentang apa yang sebenarnya terjadi semalam. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD