Liam Neil Hanson, merupakan pimpinan perusahaan teknologi brand ternama di dunia yang baru saja menginjakkan kakinya kembali di kota kelahirannya setelah hampir tujuh tahun dia tinggal di London. Dia adalah ayah dari Anna Hanson–mantan sahabat Chloe. Itulah informasi yang dikatakan oleh Elisa tadi hingga Chloe mau diajak ke klub malam untuk berbicara dengan pria itu.
Kepala Chloe terus berputar-putar, guna merangkai kata apa yang harus dia katakan nanti saat bertemu Liam. Pria yang dia kira sudah berumur, kolot. Pastinya, dia akan meminta pertanggungjawaban pada Liam atas kelakuan Anna.
Di sisi lain, Elisa yang di nantinya justru tak kunjung tiba di sana dan membuat Chloe kesal. Pelampiasan rasa kesalnya adalah minum-minuman berakohol. Dalam keadaan yang mulai tak sadar, Chloe mengumpat nama Anna dan Jonathan berulang kali–dua manusia yang paling dia benci saat ini.
Tidak hanya mengumpat, gadis yang berstatus sebagai janda muda itu juga meludah untuk mengekspresikan kebenciannya terhadap dua makhluk yang menyakitinya. Beberapa orang yang memperhatikan Chloe, sudah bisa menebak bahwa wanita itu sudah terpengaruh minuman keras, termasuk Liam. Pria bermata abu-abu dengan cambang tipis pada bibir dan dagunya itu tengah memperhatikan Chloe tak jauh dari tempatnya duduk dan memesan minuman.
"Apa dia baru saja memanggil nama putriku dan calon suaminya?" gumam Liam masih berpikir sambil terus melihat Chloe yang tak henti-hentinya meracau. Kali ini, kata-kata kasar lolos begitu saja dari mulutnya tanpa memedulikan pandangan orang lain sambil terus menenggak minumannya dalam satu tegukan.
Bibir tebal pria itu pun membentuk senyuman tipis, matanya menunjukkan ketertarikan pada Chloe. Gadis yang sedang memaki putrinya. Lantas, tanpa pikir panjang dia langsung pindah tempat duduk ke samping Chloe yang kebetulan masih kosong.
"Hai, Nona cantik, bolehkah aku menemanimu di sini?" tanya Liam dengan suara lembutnya pada Chloe. Bibirnya menunjukkan senyuman ramah dan hangat.
"Apa kau sedang berbicara padaku, Tuan?" Chloe dengan polos menunjuk wajahnya sendiri.
"Tentu saja. Memangnya siapa lagi Nona cantik di sini selain kamu?" Jawaban Liam yang mungkin bisa membuat hati wanita bergetar itu, rupanya tidak mempan untuk Chloe.
"Oh ….”
Singkat saja dia menjawabnya, lalu dia kembali fokus pada gelasnya yang sudah kosong.
"s**t! Apa dia mengabaikanku? Seorang Liam? Diabaikan?" desis Liam pelan.
Dia merasa harga dirinya terluka karena sikap Chloe yang cuek padanya, padahal selama ini, banyak sekali wanita yang berusaha menarik perhatiannya, bahkan melemparkan diri ke atas ranjangnya.
Akhirnya, Liam langsung menanyakan hal yang membuatnya penasaran tanpa basa-basi.
"Nona, kudengar kau menyebut nama Anna Hanson. Memang … apa hubunganmu dengannya?" tanya Liam sambil menatap wajah cantik Chloe yang sudah memerah.
"Memangnya kau siapa menanyakan ini?" ucap Chloe dengan nada bicaranya yang ketus hingga Liam melipat bibirnya, tak tahu harus merespon apa.
"Oh … tambahkan lagi minumanku!" teriak Chloe pada seorang bartender yang ada di sana. Bartender itu langsung mengambilkan minuman di dalam botol untuk Chloe, terlihat ada dua botol kosong di depan Chloe, minuman itu memang sudah dia habiskan sebelumnya dan sekarang dia akan meminum botol ketiganya.
"Nona, bukankah seharusnya kau berhenti minum? Kau sudah mabuk berat," ucap Liam yang mulai prihatin melihat wanita di sampingnya ini. Wanita yang tampak frustasi, tetapi dia sangat menarik perhatiannya.
Chloe geleng-gelengkan kepalanya dan meracau tak jelas. "Diam … jangan ikut campur, Jo! Kau dan Anna sialan itu, kalian bukan manusia. Teganya kalian menyakitiku, tak hanya menyakitiku kalian juga menaburkan garam ke atas lukaku!" Chloe meracau seakan-akan melihat jika pria yang ada di hadapannya Jonathan.
Liam pun hanya manggut-manggut mendengarkan ocehannya. "Baiklah aku salah, memangnya apa yang aku lakukan padamu sampai kau seperti ini?" tanya Liam yang saat ini berpura-pura sebagai sosok yang dimakinya.
Kedua tangan wanita itu tiba-tiba menarik kerah kemeja Liam dan mengguncang-guncang tubuhnya.
"Kau masih tanya apa yang kau lakukan padaku? Hah!" bentak wanita itu dengan buliran bening yang mulai mengalir dari kedua bola matanya.
Liam hanya diam, mendengarkan semua ocehan Chloe.
"Kau suamiku dan sudah mengkhianatiku, kau melakukannya dengan sahabatku, Anna. Sahabat yang sudah kuanggap seperti adikku sendiri dan aku selalu berbagi apa pun padanya. Kenapa, Jo? Kenapa dari banyak wanita yang ada di dunia ini? Kenapa kau memilih dia?" racau gadis itu sambil memukul-mukul tubuh Liam dengan keras. Sesekali air matanya jatuh membasahi pipi merahnya.
"Kau bahkan tidak peduli aku kehilangan bayimu, kau hanya peduli padanya, padahal aku selalu melakukan apa pun untukmu, aku bahkan menentang kakakku untuk bisa bersamamu. Tapi kau … kau apa? Kau tidak peduli dan kau terlihat bangga karena sudah menghamilinya. Kau melupakan semua janji pernikahan kita di hadapan Tuhan, kau menceraikanku dengan begitu mudahnya."
Pria dewasa di depannya terdengar menghela napas berat saat mendengar curahan hati Chloe yang menurutnya begitu menyakitkan. Rupanya, itu kisah putri dan calon menantunya yang bernama Jonathan.
"Jadi putriku sudah merebut suamimu, Nona?" tanya Liam dengan satu tangan yang mengangkat dagu Chloe.
Chloe terkekeh, dia masih sedikit mengerti dengan perkataan Liam. Walaupun kesadarannya sudah mulai menghilang. “Kenapa kau bicara seperti ayahnya saja, hem?"
"Kalau aku memang ayahnya? Apa yang akan kau katakan padaku?"
Liam memegang kedua tangan Chloe yang tak mau diam. Dia tatap kedua mata hazel wanita itu dengan dalam.
"Jika kau ayahnya, aku akan bilang begini … hey, putrimu sudah menghancurkan rumah tanggaku, Paman! Kau harus bertanggung jawab atas kesalahannya, aku tidak mau tahu!" teriak Chloe yang sudah mulai tak terkendali, dia menumpahkan semua amarahnya pada pria yang tadi sempat dia kenal. Pria yang tadi sempat dia anggap sebagai mantan suaminya.
"Baiklah karena putriku sudah menghancurkan rumah tanggamu. Bagaimana bila kau menikah denganku? Kau mau?" tawar pria itu sambil menatap dalam pada iris mata hazel indah nan menawan milik Chloe.
"Huweekk …."
Tanpa diduga-duga, wanita itu malah memuntahkan isi perutnya pada kemeja mahal Liam.
"Oh, s**t!" umpat Liam yang kesal, tetapi anehnya dia masih bisa tersenyum dalam situasi menyebalkan dan semenjijikan itu.
Setelah memuntahkan isi perutnya, Chloe berjalan pergi dari sana dengan sempoyongan karena dia sudah teler berat.
"Nona! Anda mau ke mana? Anda belum membayarnya!" ujar salah seorang bartender memanggil Chloe yang ingin pergi.
Liam pun langsung bergegas mengambil dompet yang ada di dalam saku celananya, lalu mengambil beberapa lembar uang dari dalam dompetnya dan meletakkan di atas meja bartender.
"Ambil kembaliannya!"
Setelah sang bartender mengangguk, Liam kembali menyusul Chloe yang memang belum terlalu jauh darinya.
Di depan club malam, Liam melihat dua orang pria sedang berusaha membawa Chloe pergi dari sana.
"Nona cantik, ayo kita pergi bersenang-senang bersama!”
"Aku rasa threesome akan lebih bagus untuk kita," ucap salah seorang pria bertubuh kurus sambil memegang tangan Chloe.
"Ya, mari kita berbagi kehangatan!"
"Kehangatan? Ya, kebetulan saat ini aku sedang kedinginan. Aku butuh kehangatan," ucap Chloe dengan kepala manggut-manggut. Dia tidak tahu seberapa fatal yang dia ucapkan saat ini.
Seakan mendapatkan lampu hijau dari Chloe, dua pria itu langsung memegang tangannya. Mereka menatap Chloe dengan tatapan lapar.
"Jauhkan tanganmu dari istriku, Dude!" suara bariton rendah yang terdengar tegas, sontak saja membuat kedua pria yang menganggu Chloe jadi ketakutan, apalagi saat mereka melihat perawakannya.
"Ma-maaf, Tuan, kami tidak tahu kalau–"
"Pergi!"
Hanya dengan satu kata dan tatapan yang tajam, kedua pria itu langsung menyingkir dari hadapannya.
"Ayo, kuantar pulang!”
Liam menarik tangan Chloe, tetapi wanita itu menepisnya. "Tidak, mau! Aku maunya kehangatan. Berikan itu padaku!" cetus Chloe sambil terkekeh seperti anak kecil.
"Iya-iya, aku akan memberikanmu kehangatan padamu, ayo ikut aku!"
Liam membopong tubuh Chloe dengan paksa dan dia membawa wanita itu masuk ke dalam mobil mewahnya, terlihat seorang pria yang berada di kursi kemudi.
"Tuan … apa Tuan sudah selesai minumnya? Kenapa Tuan membawa seorang wanita?" tanya pria yang duduk di kursi kemudi itu.
Dia tampak terkejut melihat tuannya bersama dengan seorang wanita muda yang mabuk.
"Astaga! Apa yang terjadi pada pakaian, Tuan?"
Pria itu kembali dikejutkan saat melihat pakaian Liam yang kotor terkena muntahan, bahkan dia bisa mencium bau tidak sedap dari Liam.
"Bisakah kau diam saja, Branz!” desis Liam sambil menyugar rambutnya ke belakang. Dia memindahkan posisi Chloe agar lebih nyaman.
"Baik, Tuan, maafkan saya. Kita harus ke mana, Tuan?" tanya Branz–sekretaris sekaligus tangan kanan Liam.
"Aku belum tahu, sudah jalan saja dulu!”
Branz langsung mematuhi perintah dari tuannya dan mengendarai mobilnya, walaupun belum tentu arah.
"Aku butuh kehangatan, Tuan, di sini."
Liam dikagetkan dengan Chloe yang melakukan hal tak terduga.
"Hentikan itu! Atau kau akan …."
Tanpa diduga-duga, bibir Chloe bergerak menciumi leher Liam. Seketika kehangatan di bibirnya mulai membuat tubuh Liam meremang.
Pemandangan itu disaksikan oleh Branz secara langsung dari kaca mobil secara tak sengaja. Namun, Branz langsung memalingkan wajahnya dan kembali fokus pada jalanan.
Gerakan-Gerakan Chloe yang bergerilya, tak sengaja menyentuh bagian sensitifnya, membuat Liam tak berkutik. "Ke apartemenku, Branz! Sekarang!" titahnya dengan cepat.
"Baik, Tuan."
Sesampainya di apartemen mewah milik Liam, pria itu langsung membaringkan Chloe di atas ranjang king size miliknya. Buru-buru Liam membuka pakaiannya yang kotor dan melemparkannya ke keranjang cucian.
"Wanita ini benar-benar ….”
Liam menatap Chloe yang tampak tak tenang dalam tidurnya. Saat Liam membalikkan tubuh untuk mengambil pakaian di lemari, tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat tangan Chloe menahannya. Dilihatnya, wanita itu sudah duduk di atas ranjang dengan kedua matanya yang sayu.
"Kau mau ke mana? Temani aku di sini, Sayang!"
Jakun pria itu naik turun saat melihat dress yang dikenakan Chloe melorot ke bawah dan memperlihatkan bagian tubuh atasnya yang begitu seksi.
Bersambung...