Bab 4. Bertemu Mantan

1041 Words
Wanita itu sedang mencerna apa yang sudah terjadi, dia berusaha mengingat-ingat kejadian semalam dimemorinya. Akan tetapi, dia tak kunjung mendapatkan ingatan itu, yang ada kepalanya malah tambah sakit saat berusaha mengingat. "Sepertinya aku minum terlalu banyak. Sampai-sampai aku tidak ingat apa yang terjadi semalam," gerutu wanita itu sambil memijat kepalanya yang masih terasa pening. "Apa aku sudah tidur dengan seseorang semalam?" tanyanya lagi setelah melihat note di secarik kertas berwarna putih itu. Tak hanya kertas saja yang ada diatas meja, melainkan sebuah kartu hitam yang sudah lengkap dengan kata sandinya tertera di sana. "Siapa orang ini sebenarnya? Apa dia sudah gila? Meletakkan kartu hitam unlimited dan memberitahu kata sandinya pada orang yang tak dikenal." Dia menyebut Liam sebagai orang gila, yang dengan mudahnya memberikan black card beserta kata sandinya segala, kepada wanita ini. Tanpa repot-repot memikirkan tulisan di kertas dan black card itu, Chloe langsung mengambil pakaian yang sudah tersedia diatas sofa. Pas sekali dengan ukurannya, walaupun dia tidak suka dengan dress berwarna peach itu. Akan tetapi, hanya itu saja yang bisa dia pakai untuk saat ini. Chloe tak punya pilihan lain, daripada memakai piyama tidur untuk keluar dari sini. Wanita itu membersihkan tubuhnya di dalam kamar mandi yang mewah dan beraroma pria dengan parfum musk. Chloe mengenal wangi parfum ini. "Sepertinya aku benar-benar habis tidur dengan seorang pria," kata Chloe dengan santainya. Kemudian dia mengguyur tubuhnya dibawah guyuran keran shower, dibandingkan mandi sambil rebahan di bathtub. Saat semua kain yang semula melekat ditubuhnya terlepas, di sanalah Chloe bisa melihat beberapa kiss mark pada beberapa bagian tubuhnya. Terutama pada bagian dua ranum dan lehernya. Di sana banyak tanda cinta yang terlihat jelas, bahkan bagian bahunya merah ada bekas gigitan juga. "Astaga! Apa pria itu vampire? Bagaimana bisa dia menggigiti tubuhku seperti ini?" gerutu Chloe kesal. Kesal karena tanda-tanda ditubuhnya dan kesal karena dia tidak ingat kejadian semalam, terutama tentang siapa pria yang sudah tidur dengannya semalam sampai membuatnya pegal-pegal seperti ini. Tidak hanya tanda merah, Chloe juga merasakan kulit tubuhnya yang tersiram air jadi terasa perih. Terutama pada bagian intinya, yang mungkin sedikit lecet di sana. Sudah lama sekali dia tidak melakukan hubungan dengan mantan suaminya. Jadi terasa sangat sakit lagi, seperti saat melakukannya pertama kali. Di tengah guyuran air shower yang dingin, tiba-tiba saja terbayang dikepala Chloe sebuah adegan-adegan seperti kaset film yang diputar. Di mana dia mabuk, muntah di baju seorang pria, lalu dia berakhir di dalam kamar ini dan melakukan hubungan intim yang tidak semestinya. Sontak saja, kedua pipinya memerah saat bayangan itu terlintas, dia malu sendiri. Tapi, sayang sekali, karena wajah pria itu tidak terlalu jelas dalam bayangannya. "Kenapa aku begitu binal? Aku bahkan berada diatasnya! Tidak, ini memalukan. Aku harap aku tidak bertemu dengannya lagi," gerutu Chloe sambil mengusap-usap rambutnya yang basah. Dia menghentak hentakkan kakinya ke atas lantai, dan malu sendiri mengingat kenakalannya semalam. Chloe begitu binal pada pria yang bahkan dia tak tahu siapa. Selesai membersihkan tubuhnya, Chloe segera berganti pakaian dan menutupi bekas merah di tubuhnya dengan foundation. Chloe pun pergi meninggalkan apartemen itu, tanpa membawa apa pun dari sana kecuali pakaian yang dia kenakan sekarang. Sedangkan pakaiannya semalam, raib entah kemana. Tak lama setelah Chloe keluar dari apartemen orang asing ini, Chloe berpapasan dengan Anna dan Jonathan yang baru saja keluar dari salah satu pintu apartemen di lantai itu. "Sial! Kenapa mereka ada di sini? Pasti mereka akan berpikir yang tidak-tidak kalau mereka melihatku sekarang," gumam Chloe bingung. Dia ingin menghindar dari Anna dan Jonathan, bukan karena dia takut melainkan dia tak ingin disalahpahami. Chloe membalikkan badannya, menutupi wajahnya dengan tas selempang yang dia bawa. Chloe tahu ini bodoh, tapi dia patut mencoba dulu kan? "Chloe!" "Sial!" umpat Chloe kesal, karena Anna memanggil namanya. Artinya wanita itu memang mengenalinya. Jonathan juga melihat ke arah wanita yang memunggunginya dan Anna memanggil wanita itu dengan nama Chloe. "Aku tahu itu kau, Chloe." "Chloe?" gumam Jonathan seakan tak percaya kalau wanita yang berdiri tak jauh darinya ini adalah Chloe. Tak punya pilihan lain lagi, akhirnya Chloe membalikkan badannya dan berhadapan dengan mereka berdua. Chloe tidak bisa memungkiri, bahwa hatinya masih terasa sakit saat melihat keduanya bersama-sama dan bahagia. "Ayo Chloe, kau harus terlihat biasa saja. Jangan tunjukkan kau lemah. Kau pasti bisa." Chloe menegaskan dalam hatinya, bahwasanya dia harus terlihat kuat dan biasa saja di depan mereka berdua. "Sedang apa kau disini? Apa kau membuntuti kami?" tuduh Anna sambil mendekati Chloe, kedua tangannya menyilang di d**a dan sorot matanya menatap Chloe dengan angkuh. "Untuk apa aku mengikuti kalian. Memangnya aku tak ada kerjaan?" sahut Chloe dengan senyum sinis dibibirnya. "Oh begitu ya? Lalu kenapa kau ada di sini? Tidak mungkin ini takdir, kan?" ucap Anna yang tidak mempercayai perkataan Chloe. "Terserah apa pendapatmu. Aku tidak peduli," balas Chloe dengan datar, dengan mata memandang ke sana kemari. Melihat mantan istrinya seperti ini, Jonathan jadi khawatir. Bagaimana pun juga mereka pernah hidup bersama selama dua tahun. "Chloe, kalau kau kesulitan. Kau bisa minta bantuan padaku atau Anna. Walaupun kita sudah bercerai, tapi kita bertiga masih bisa jadi teman." "Pfut ... teman? Hahaha." Tawa Chloe pecah, saat mendengar kata-kata bijak keluar dari bibir mantan suaminya. Sangat bijak, sampai Chloe ingin muntah mendengarnya. "Chloe, kami serius. Kau selalu kesulitan keuangan kan? Kami bisa membantumu, tapi jangan ganggu hubungan kami lagi dan ingat kalau kita adalah teman!" celetuk Jonathan, yang lagi-lagi membuat Chloe tertawa, kini tawanya semakin keras. Sampai-sampai Chloe memegang perutnya sendiri. "Kau bilang kalian temanku? Haha... lelucon yang sangat bagus, Jonathan." Anna terlihat kesal mendengar tawa Chloe yang menurutnya sangat menyebalkan. "Chloe, hargailah sedikit calon suamiku yang masih mencoba bersikap baik padamu!" seru Anna dengan tidak tahu malu pada sahabat yang sudah dia rebut suaminya itu. "Hargai? Haha...apa yang harus aku hargai? Apa kata-katanya yang mengatakan bahwa aku dan kalian berdua masih bisa berteman? Begitu?" cecar Chloe dengan senyuman menyeringai dan sorot mata yang dalam pada kedua orang itu. "Kalian bilang aku masih bisa berteman dengan kalian kan? Maaf, karena aku harus menolaknya." Chloe menjeda ucapannya di sana untuk sesaat. Kedua matanya tampak memindai Jonathan dan Anna dengan sinis. "Karena aku tidak berteman dengan anjing dan babi," sambungnya sarkas. "SIALAN KAU! BERANINYA KAU MENGATAI KAMI SEPERTI HEWAN?" bentak Anna yang sangat emosi dengan perkataan Chloe dan Chloe sendiri terlihat puas membuat Anna kesal. TBC...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD