Siapa orang yang tidak akan marah bila dikatai sebagai hewan? Tentu saja mereka akan marah, terutama bagi orang yang dihina seperti itu. Anna murka, dia bergerak maju dan hendak menyerang Chloe, akan tetapi Jonathan menghalanginya.
Anna tersentak kaget, dia tidak mengira jika Jonathan akan menghalanginya untuk menyerang Chloe.
"Sayang. Apa yang kau lakukan? Kenapa kau menghentikan aku?" cerca Anna dengan tatapan sengit pada kekasihnya. Sedangkan Chloe, dia masih berdiri di sana untuk mendengarkan perdebatan pasangan laknat itu. Merasa bahwa perdebatan mereka berdua akan menarik untuknya.
"Lebih baik untuk mengabaikannya, Sayang."
"Kau bilang lebih baik mengabaikannya? Tidak! Bagaimana bisa aku diam saja, ketika dia menghina kita seperti ini?" ucap Anna bersungut-sungut. Dia sangat sensitif dengan kata-kata pedas dari Chloe, apalagi sebelumnya Chloe tidak pernah berkata pedas dan kasar padanya.
"Terimakasih sudah membelaku Jo, aku tahu kau masih peduli padaku!" celetukan Chloe yang santai, kontan saja membuat kedua mata Anna melotot seakan tak percaya.
Jonathan juga tampak terkejut dengan perkataan Chloe, yang seakan-akan sengaja memancing amarah Anna.
"Oh ... jadi kau menahanku untuk menyerangnya, karena kau masih peduli pada mantan istrimu?"
Anna yang tadinya sedang marah pada Chloe, malah berbalik arah dan marah pada suaminya.
Chloe tersenyum tipis melihat kemarahan Anna. Emosinya yang mudah terpancing hanya dengan kata-kata sederhana. Dia tahu benar bagaimana sifat mantan sahabatnya itu dan seharusnya Jonathan lebih tahu, karena mereka sudah menjalin hubungan sejak lama.
"Sayang, jangan bicara sembarangan. Mana bisa aku peduli padanya? Aku seperti ini, karena aku peduli padamu. Aku tidak mau kemarahanmu membawa pengaruh untuk bayi kita. Ingat apa kata dokter, kau tidak boleh stress dan marah bisa membuatmu stress, Sayang."
Jonathan memberikan pengertian kepada calon istrinya dengan lembut, dia tidak mau kalau sampai Anna stress dan hal itu bisa mengganggu calon bayi mereka.
Anna pun luluh oleh penjelasan lembut dari Jonathan. "Jadi karena itu? Aku pikir kau membelanya, karena masih peduli padanya, Sayang."
"Iya Sayang. Jadi kau jangan marah-marah lagi ya? Kasihan anak kita!"
Pria itu tersenyum sambil mengusap perut Anna yang masih terlihat datar. Usapan lembut tangan Jonathan dan tatapan penuh cinta dari pria itu, membuat Anna tersenyum cerah.
Tanpa mempedulikan perasaan Chloe yang masih berada di sana dan melihat wanita berdua, Jonathan dan Anna menunjukkan kemesraan mereka. Hati Chloe terasa panas, bukan panas karena dia masih ada perasaan kepada Jonathan. Melainkan karena ada perasaan yang lain.
"Bagaimana bisa mereka terlihat sangat bahagia? Mereka juga sangat menantikan kehadiran buah cinta mereka. Sedangkan aku? Aku kehilangan segalanya, aku kehilangan bayiku."
Tatapan sendu terlihat jelas dari kedua mata hazel milik Chloe. Dia merasa sedih, sakit hati dan tidak adil. Sebab, dua orang yang menyakitinya malah hidup berbahagia, sedangkan dia masih terpuruk oleh kesedihan kehilangan bayinya.
"Ini tidak adil bagiku. Bagaimana bisa mereka bahagia seperti ini? Aku harus membalas mereka berdua, aku tidak boleh membiarkan mereka bahagia semudah itu."
Tangan Chloe terkepal erat, nafasnya menderu menahan amarah dan sakit hatinya kepada Jonathan dan Anna. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan air matanya agar tidak jatuh, terutama jatuh di depan mereka berdua dan malah membuatnya terlihat lemah.
"Chloe, kau dengar kata calon suamiku kan? Dia melarangku untuk menyerangmu, karena dia sangat peduli padaku dan bayi ini! Jadi, jangan percaya diri bahwa Jo masih peduli kepadamu," cetus Anna dengan lirikan sinis pada Chloe. Senyuman yang terpatri dibibirnya itu meremehkan Chloe.
"Iya-iya, terserah apa katamu Anna. Tapi kau harus ingat ini baik-baik."
Chloe menjeda ucapannya di sana, dia berusaha tetap tenang dan menunjukkan senyuman yang santai.
Lantas dia mendekatkan wajahnya pada wajah Anna, bibirnya mendekati telinga wanita yang sedang hamil muda itu. Chloe berbisik pada Anna. "Berhati-hatilah pada karma. Kau sudah merebut milik orang lain, maka kau harus menjaga milikmu dengan baik. Karena bisa saja ada orang lain yang akan merebut milikmu."
Wajah Anna memerah, kedua matanya memelototi Chloe dan tidak terima dengan perkataannya.
"Kau mengancamku?"
Chloe mengusap bahu Anna perlahan. "Aku tidak mengancam. Aku hanya memintamu untuk berhati-hati, itu saja."
Setelah mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya kepada Anna. Chloe lanjut berkata pada mereka berdua.
"By the way, aku sudah menerima undangan pernikahan kalian. Selamat ya, untuk kalian berdua!" ucap Chloe dengan senyuman palsu di bibirnya.
"Undangan?"
Aneh, Jonathan tampak terkejut mendengar kata-kata Chloe. Seolah dia tidak tahu apa-apa, tapi Anna terlihat puas mendengar ucapan selamat dari Chloe.
"Kau sudah kalah Chloe, rasakan itu."
Merasa puas, Anna tersenyum melihat bagaimana sorot mata Chloe saat ini. Terlihat menyembunyikan luka dan kecewa. Dengan sengaja Anna menggamit tangan Jonathan, kepalanya bersandar pada lengan pria itu dengan manjanya.
"Terimakasih. Kami harap kau hadir di pernikahan kami nanti. Kau adalah salah satu orang yang paling berjasa dalam hubungan kami. Kau yang mempertemukan kami!"
Jantung Chloe seakan diremat kuat, ketika mendengar perkataan Anna yang menyindirnya. Membuat dia terlihat seperti orang dungu, karena memang dialah yang kembali mempertemukan Jonathan dan Anna. Dia jadi merasakan, bahwa pengkhianatan paling berbahaya, adalah pengkhianatan yang awalnya tak terlihat dan tak terduga.
"Iya, sama-sama. Aku harap kalian bahagia, dan aku PASTI akan datang," ucap Chloe sambil menarik nafasnya yang terasa berat. Dia menekankan kata 'pasti' dalam kalimatnya.
Chloe pergi setelah mengatakan itu, jangan tanyakan bagaimana keadaan hatinya saat ini. Dia patah hati, tidak rela, merasa tak adil karena kebahagiaan dua orang itu.
"Sepertinya rasa sakitku tidak bisa hilang begitu saja. Sebelum aku bisa membalasnya," gumam Chloe dengan tangan terkepal kuat.
Tak lama setelah Chloe menghilang diujung lorong apartemen itu, barulah Anna tertawa terbahak-bahak. Hatinya sangat puas melihat Chloe tadi.
"Hahaha ... Sayang, apa kau lihat bagaimana raut wajahnya tadi? Bukankah dia sangat lucu? Tatapan matanya, senyuman itu, semuanya palsu. Kasihan sekali, dia pasti merasa sangat sakit hati."
Berbeda dengan Anna yang tertawa, Jonathan malah terlihat datar. Anna jadi heran, mengapa suaminya diam saja.
"Sayang, kau kenapa diam saja?" tanya Anna sambil menatap wajah tampan calon suaminya itu yang tampak datar.
"Apa kau yang memberikan undangan pernikahan kita kepada Chloe? Kau yang memberitahunya, Anna?" pertanyaan yang keluar dari bibir Jonathan terdengar dingin ditelinga Anna.
"Aku tidak memberikannya secara langsung, tapi aku memberikan undangan itu lewat Elisa."
Jonathan mengusap wajahnya dengan kasar, setelah mendengar jawaban dari Anna. Entah kenapa dia tidak senang mendengarnya. Ada perasaan aneh di hatinya saat melihat raut wajah Chloe tadi.
"Anna ... tidak seharusnya kau melakukan itu. Aku kan sudah mengatakan padamu, kalau aku ingin pernikahan kita dirahasiakan."
Tbc...