Entah kenapa Keysa menjadi aneh, senang sekali merona malu padahal tidak ada yang sedang menggodanya, suka tersenyum sendiri padahal tidak ada yang lucu dan lebih anehnya lagi semua itu cuma gara-gara Arkan memarahinya.
Perihal Arkan marah sepertinya telah menyebabkan letak otak Keysa sedikit bergeser. Bayangkan saja bukannya meratap sedih, Keysa malah menyukai tingkah Arkan yang memarahinya tempo hari. Bahkan gilanya Keysa berharap bisa kembali menyaksikan Arkan marah meluapkan emosinya.
"Marahnya cukup seram apalagi sambil murka, akan tetapi mmmm ..." Keysa berguling ketengah tempat tidur seraya menarik guling untuk dipeluknya lalu terkekeh lucu.
Kedua bola mata Keysa serentak mengerjap memunculkan seulah seyuman manis mengembang, memperlihatkan sederet giginya yang tersusun rapih tanpa bisa dicegat.
"Marahannya yang begitu malah kelihatan membuatnya tampak jantan juga mempesona ..." Keysa menjeda kalimatnya lantas mengigit kecil jari telunjuknya. "Apalagi ternyata marah disebabkan oleh karena tidak menemukanku di rumah dan berpikir aku pergi bersama kak Hadi, Arkan cemburukah? Takut kehilanganku ataukah takut kak Hadi menyembunyikankukah??"
Keysa duduk mengeratkan pelukannya pada guling saat gemuruh didalam dadanya bergejolak membuat jantungnya berdegup kencang tak beraturan.
Keysa menaruh telapak tangannya diatas dadanya merasakan debar jantungnya sendiri sambil membayangkan Arkan. "Jika benar begitu, Arkan memang sedang cemburu, berarti dia mencintaiku, dong!!" Keysa melotot membulatkan matanya tampak senang dan sangat bahagia tak terkira dengan dugaannya.
"Astaga!! Mengapa aku jadi kesenangan begini, sih? Idih kok jadi genit begini, terus kenapa juga aku terus memikirkan Arkan ..." Keysa tersadar malu akan kelakuannya barusan.
Begitulah kelakuan Keysaveselama beberapa hari beberapa terakhir, sejak kejadian Arkan memarahinya habis-habisan akibat ketahuan pergi tanpa izin juga sepengetahuan Arkan. Keysa berubah tampak menjadi pribadi yang berbeda. Jika Arkan sedang tidak di rumah maka Keysa pastinya akan menjadi banyak melamun, seyam-senyum sendiri.
Lalu mengenai Syaniah di rumah sakit mana Arkan memindahkannya? Hal itu tidaklah sulit tuk Keysa ketahui.
"Syaniah, apa kamu tahu apa yang aku rasakan kepada pria berengsekkk juga bajingaaan itu? Aku selalu berdebar saat jarakku dengannya sangat dekat, juga setiap kali aku memikirkannya, menyebut namanya. dHm, apakah semua itu pertanda aku sepertinya aku telah kembali jatuh cinta kepadanya? Bukan-bukan, bukan sepertinya lagi, karena aku memang mencintainya saat ini. Mencintai Arka sama seperti saat beberapa tahun lalu aku melakukannya dan sepertinya cinta yang aku rasakan saat ini tampaknya lebih besar dari hari itu." Keysa mengungkapkannya dihadapan Syaniah yang terbaring di ruang rawat pasiennya.
Sekarang ini Keysa memanglah berada di rumah sakit dan telah berhasil menemui sahabatnya Syaniah.
Sama seperti di masa lalu, Keysa yang tidak bisa dijamin mampu menepati janji yang diikatnya, kembali mengingkari ucapannya yang sudah berjanji tidak akan berusaha lagi mencoba menemui Syaniah, kepada Arkan. Nyatanya kemarahan Arkan yang membuatnya takut setengah mati, ternyata hanyalah angin lalu yang tak terlalu dipikirkan oleh Keysa.
Terbukti sekarang diapun berhasil menemui Syaniah, setelah mengelabuhi Arkan dan tidak menepati janjinya.
"Sangking cintanya aku bahkan sering jadi gila ketika dia sedang tidak berada dirumah dan sedang pergi bekerja, Syaniah. Aku tanpa sadar suka tersenyum sendiri dan tak bisa berhenti untuk tidak memikirkannya bahkan untuk sedetik. Arkan terlalu sering menampakkan dirinya membayang-bayang dalam pikiranku. Bahkan jika sebuah masa lalu kelam juga kurang enak tu diingatpun tidaklah bisa menyingkirkannya dari sana."
Keysa terdiam sejenak membuka memorinya mengingat alasannya dulu yang tidak pernah mau mengakui perasaan cintanya terhadap Arkan, sebelum kembali berucap.
"Biarlah di masa lalu aku jadi gadis pecundang yang berulang kali mengelak dari perasaanku kepada Arkan. Aku yang takut mendapat ledekan dari teman-teman, hingga menutupi perasaanku sendiri dan berbohong banyak mengatakan hanya Arkanlah yang mencintai juga tergila-gila kepadaku dan aku yang tidak tega menolak cintanya akhirnya menerimanya. Padahal saat itu seperti yang sudah kamu ketahui Syaniah akupun sejak lama sudah tertarik pada Arkan jauh sebelum kami jadian.
Aku yang memandangnya dari jauh, juga tak pernah bosan mengaguminya ketampanannya dan saat dia mengatakan cinta padaku dengan tiba-tiba, kamu tahu sendiri Syaniah betapa bahagianya aku saat itu.
Tapi sekarang aku tidak akan begitu lagi dan tidak akan memperdulikan apa pun pendapat orang lain. Biar saja mereka berkata apa, bahkan mengejek, juga menghujatku, siapa yang peduli? Toh, yang menjalaninya akukan bukan mereka. Aku mencintai Arkan persetan dengan omongan orang lain, persetan dengan kenyataan Arkan yang berengsek dan pernah menghamili wanita lain, aku tidak peduli hal itu!!" Keysa meluap menggebu terus mengungkapkan perasaanya pada Syaniah, padahal belum tentu omongannya didengarkan.
"Haiss! Emang sudah sebucin inilah aku? Tapi biar sajalah." Keysa mengakui kenyataannya sambil menghela nafas pasrah. "Arkan bajingannn walau kelakuannya jelek, suka marah-marah nggak jelas, terus suka kelewatan dan juga senang mengejekku habis-habisan. Toh, walau sudah begitu wajahnyakan masih tetap ganteng dan nggak mau luntur, ditambah lagi kebiasaannya yang suka menatapku lamat-lamat serta lama-lama makin membuatku mabuk kepayang, jadi deg-degan dan tak tahan untuk jatuh cinta. Ya, gitu deh! Sudah terlanjur mau gimana lagi? Nasi sudah jadi bubur, ya sudah sekalian saja ditaburi suwiran ayam biar enak dimakan."
Keysa terdiam menatap lawan bicaranya yang sedang tidak bisa menimpali perkataannya lantas cemberut.
"Mmm ... Syaniah, ayolah cepat bangun! Dari tadi aku bercerita nggak ada yang menimpali rasanya hambar juga seakan terasa ada yang kurang. Ayolah Syaniah, bangunlah! Jangan biarkan aku berbicara sendiri lagi dan akupun ingin mendengarkan tanggapanmu tahu," protes Keysa sambil menurunkan pandangannya melirik jam yang melingkar manis menghiasi pergelangan tangannya. Lantas melotot melihat waktu yang telah ditunjukkan.
"Duh Syaniah! Kayaknya aku mesti pulang sekarang deh, soalnya sebentar lagi jam pulang kerjanya Arkan. Jangan sampai sudah di rumah aku tidak ada disana, bisa gawatkan. Jadi aku pergi dulu ya, Syaniah. Besok aku kembali menjengukmu dan aku harap kamu sudah sadarkan diri. Hm, satu lagi, ketahuilah aku sangat menyayangimu jadi cepatlah sembuh juga pulih sahabatku."
Keysa pun berlalu setelah mengatakannya sambil berjalan terburu-buru akibat dikejar waktu.
Brakk!!
Tanpa sengaja Keysa menabrak seseorang dan ternyata orang itu adalah Selena.
"Maafkan aku, aku tidak sengaja ..." Keysa berdiri sambil menangkup kedua tangannya lalu setelahnya tanpa berlama-lama ia berlalu tanpa menunggu jawaban Selena.
Menyebabkan Selena yang belum bangkit dari jatuhnya akibat ditabrak Keysa, menjadi geram juga marah disaat yang bersamaan.
"Dasar wanita sialan, tidak punya mata! Bisa-bisanya berjalan tanpa melihat dan kurang ajarnya langsung pergi begitu saja tanpa membantuku berdiri lebih dulu. Dasar tidak punya sopan santun!!" gerutu Selena ribut sendiri sambil bangkit berdiri.
Gerutuannya yang cukup ribut tersebut membuat peratian seorang perawat yang lewat tertuju padanya.
"Mohon maaf, mbak. Tolong pelankan suaranya dan tolong jangan memancing keributan disini, sebab tempat ini rumah sakit bukan tempat karokean, apalagi persidangan tempat orang-orang berdebat mencari keadilan. Jadi sekali lagi saya harap tolong pelankan suaranya, Mbak! Pelankan atau mbak akan berhadapan dengan petugas keamanan," tegur sang perawat dengan tegas sambil sedikit menatap sinis Selena.
Sontak Selena pun terdiam takut akan ancamannya, tapi saat setelah perawatnya pergi ia kembali menggerutu, akan tetapi kali ini dengan nada suara pelan.
"Baru juga jadi suster sudah sombong, aaarrggh! Sial bangat aku hari ini, jatuh bukannya ditolongin malah diceramahi dan semuanya gara-gara wanita jalang itu. Awas saja, kalau sampai ketemu lagi!! Akan kuberi pelajaran padanya!!"
*****