23.

1385 Words
Tak lama kemudian seperginya Arkan bekerja, Keysa yang tengah merindukan dan ingin sekali mengetahui keadaan Syaniah. Berbuat nekat memasuki ruang kerja Arka dan serta mengobrak-abriknya, untuk mencari tahu info seputar mengenai Syaniah. Keysa berusaha mencarinya, membuka laci demi laci dan dokumen demi dokumen. "Ah, Arkan menaruhnya dimana, ya ..." bingung Keysa berpikir seraya menerka-nerka dalam pikirannya. Keysa terus mencari sampai tempat yang tidak dipikirnkan pun digeledah dan akhirnya membuahkan hasil. Alhasil akhirnya Keysa menemukan petunjuk mengenai Syaniah, ia telah mendapatkan data mengenai rumah sakit tempat Syaniah dirawat. Seulas senyum manisnya terbit kegirangan seolah dirinya baru saja mendapkan jackpot. Dengan data rumah sakit berarti sebentar lagi Keysa akan bertemu dan mengetahui bagaimana keadaan Syaniah. Dan semoga saja keadaan sahabatnya saat ditemuinya nanti, sudah membaik dan tidak seperti yang Arkan katakan kepadanya serperti mayat hidup alias belum sadarkan diri. Buru-buru Keysa pun merapihkan kembali ruang kerja Arkan yang sudah dibuatnya menjadi berantakan. Setelahnya Keysa bersiap hendak ke alamat rumah sakit yang ada dalam data yang ia temukan. Ah, ia sungguh sudah tak sabar bertemu dengan sahabatnya Syaniah. Namun, saat sudah berada di depan pintu keluar, Keysa berhenti membuang nafasnya kasar serta mendesah kecewa. Pasalnya Keysa baru ingat bahwa Arkan menempatkan dua anak buahnya disana, saat Arkan sedang tidak bersama Keysa atau sedang pergi kerja. Kedua anak buahnya memang ditugaskan untuk berjaga-jaga, melindungi serta mengawasi Keysa agar tidak bisa tidak melarikan diri dan juga melakukan hal lain yang Arkan tidak sukai. "Menyewa anak buah punya uang, kalo pembantu enggak. Dasar suami sialan! Haahhh ..." rutuk Keysa mengumpat kesalnya. Kemudian dengan tak langsung putus asa, Keysa berpikir mencari solusinya. Bagaimana caranya agar bisa keluar rumah tanpa diketahui anak buahnya Arkan? Keysa tersenyum kala ide cemerlang itu muncul dalam pikirannya dan iapun langsung menjalankannya. Keysa melangkah menuju pintu belakang yang tidak dijaga oleh anak buahnya Arkan. Lalu dengan begitu mudahnya tanpa hambatan Keysa berhasil keluar, tapi begitu keluar masalah pagar rumahnya yang menjulang tinggi membuat Keysa kembali kecewa. Tapi lagi-lagi keberuntung sedang memihak Keysa. "Aku tidak akan menyerah, Syaniah. Tenang saja tangga ini akan membuatku bisa menemuimu." Keysa tersenyum dengan semangat mulai menaiki tangga hingga berhasil berada diatas pagar rumah. Dari atas terlihat cukup tinggi, namun hal itu tidak membuat Keysa merasa takut sampai ia pun melompat keluar pagar dengan berani. Akan tetapi, sayangnya seperti yang telah diketahui bahwa tinggi pagar rumah lumayan tinggi membuat Keysa yang melompat dari atas ke bawah, sedikit cedera ringan serta mendapat memar dilengannya yang mendarat duluan. Hanya luka ringan, jadi tak masalah bagi Keysa, namun bagaimana dengan Arkan? Bagaimana jika Arkan melihat dan menanyakan hal itu kepadanya, kenapa ia terluka dan nantinya Keysa harus menjawab apa? Tampaknya Keysa mulai mencemaskan hal tersebut, tapi biarlah. Urusan lukanya nanti saja dipikirkan, sebab saat ini yang terpenting Keysa harus menjenguk sahabatnya Syaniah dahulu. Dengan mengabaikan risiko, Keysa tetap berangkat menaiki taksi yang telah dipesannya sebelumnya menuju rumah sakit. Sesampainya disana Keysa langsung menuju resepsionis, menanyakan kamar ruang rawat pasien atas nama Syaniah. Setelah mendapatkan jawabannya, Keysa dengan tak sabaran berjalan cepat menuju tempat yang telah ditunjukkan. Namun, belum juga sampai, telepon miliknya berbunyi mempelihatkan tertera nama Arkan disana. Takut membuat si penelepon marah, dengan cepat Keysa segera menjawab teleponnya. "Dimana kamu sekarang?" tanya Arkan membuat Keysa cemas. Keysa takut dibalik pertanyaan Arkan tersebut, keberadaannya yang sedang tidak di rumah dan sedang berada dirumah sakit untuk menjenguk Syaniah, telah diketahui oleh Arkan. "Aku dirumah, ada apa?" jawab Keysa berbohong. "Pergilah ke ruang kerjaku, ambil dokumen yang berada di atas mejaku!" perintah Arkan membuat Keysa seketika menghembuskan nafas leganya seketika. "Cepatlah, bawakan itu kemari dan jangan buat aku menunggu lama!" Arkan terdengar tak ingin dibantah. Baiklah, mungkin belum waktunya Keysa menemui sahabatnya Syaniah. Dengan tidak berani membuat Arkan menunggunya lama Keysa pun kembali ke rumah tanpa menemui Syaniah. Sayang saat telah tepat didepan rumah, Keysa kebingungan tak tahu harus masuk rumah dengan cara apa? Tidak mungkin Keysa memanjat pagar tembok yang tinggi, sebab tidak ada tangga untuk didakinya dan tidak mungkin juga Keysa lewat depan terang-terangan kembali dihadapan anak buahnya Arkan. Bisa-bisanya kedua anak buahnya Arkan itu heran dan melapor pada tuannya. Tetapi memangnya selain obsi kedua Keysa harus apa? Disaat keadaanya sedang didesak waktu Keysa memangnya bisa apa selain memilih obsi kedua dengan risikonya? Dengan takut Keysa masuk berjalan melalui gerbang depan sambil mencari akal untuk menyangkal anak buah Arka. Dan beruntung ternyata anak buah Arkan tidak kepo juga tidak menanyainya. Sayangnya keberuntungan tidak lama memihak Keysa, saat tiba-tiba Arkan muncul dihadapannya ketika pintu terbuka. "Dari mana saja kamu?!!" Arkan geramnya menghunuskan tatapan tajamnya. Pria itu berdiri mengintimidasinya menatapnya marah sambil menilap kedua tangannya didepan d**a. "Aku tanya dari mana kamu, apa kamu tuli tak mendengarnya!" Keysa terdiam tak tahu harus melakukan dan menjawab apa. Saat masih memikirkan jawabannya, Arkan menariknya masuk rumah dan mengunci pintunya. Pria itu menyeret kasar dengan murka berjalan menuju sofa lalu menghempaskan tubuh Keysa jatuh kesana. "Kamu bertemu kekasihmu!" tuduh Arkan dengan rahang mengeras serta tangan terkepal erat. "Apa maksudmu?" tanya Keysa bingung memberanikan diri. "Jangan pura-pura tidak tahu, Keysa. Aku sudah mengetahui kebusukannmu. Pria tadi pagi yang kamu temui di supermarket adalah kekasihmu dan dia tinggal tak jauh dari sini. Kamu baru saja bertemu dengannyakan? Jawablah, Keysa!!" Keysa menggelengkan kepalanya, dia tidak tahu mengenai hal itu bahkan baru mengetahuinya dari perkataan Arkan barusan. Mengetahui Hadi ternyata tinggal tak jauh dari lokasi rumah mereka. "Aku tidak kesana dan juga tidak menemuinya," jawab Keysa adanya membela diri. "Jangan berbohong! Kalau tidak kesana menemuinya, lalu kamu pergi kemana beberapa saat lalu?!" Arkan mendekat dalam keadaan masih diselimuti oleh amarah, tanpa sadar melayangkan tangannya mencengkram rahang Keysa dengan kerasnya. Sakit, tentu saja, bahkan bagi Keysa rasanya rahangnya seakan mau remuk juga patah, akan tetapi meskipun begitu. Keysa tak berusaha memberontak dan tidak melawan. Keysa pasrah membiarkan Arkan meluapkan amarah kepadanya hingga puas. Keysa menggelengkan kepalanya kembali. "Aku tidak kesana dan tidak menjumpainya, sungguh! Percayalah ..." yakinkan Keysa berharap amarah Arkan bisa mereda. "Lalu kamu kemana?" "Aak-aaakku pergi kerumah sakit untuk menemui Syaniah," jujur Keysa ragu-ragu seraya menelan ludahnya dengan berat. Bersamaan dengan hal itu cengkraman Arkan pada rahang Keysa melemah dan terlepas. Amarah yang tadinya terlihat berkobar dari tatapannya perlahan padam. Arkan menyugar rambutnya kebelakang seraya menghela nafas panjang menenangkan dirinya, lalu menghempaskan dirinya duduk disamping Keysa. "Jangan marah dan kumohon jangan hukum Syaniah dengan membuat keadaannya makin memburuk. Aku mohon, maafkan aku." Berusaha memberanikan diri Keysa menatap Arkan. "Aaaa--aaku belum sempat bertemu dengannya. Jangan marah. Jika.kamu tak suka aku kembali menemui Syaniah, kamukan bisa memindahkan rumah sakit Syaniah dirawat agar aku tidak mengetahuinya lagi. Aku janji tidak akan mencoba hal ini dan tidak akan menjenguknya kembali." Keysa memohon menatap penuh harap sambil meyakinkan Arkan. Menyaksikan hal itu Arkan dengan datarnya, mengangguk begitu saja tanpa mengancam seperti biasanya. "Aku tidak akan berbuat buruk kepada temanmu mayat hidup itu, tapi ingatlah untuk tidak menemuinya lagi!!" Keysa mengangguk paham dan menurut. "Satu hal lagi. Jangan coba-coba temui laki-laki yang bernama Hadi itu dan juga segeralah putus dengannya!!" Arkan dengan tegas tak ingin dibantah. Lagi-lagi Keysa hanya pasrah mengangguk paham dan menjawab, "Dia bukan siapapun bagiku, jadi aku tidak akan menemuinya," janji Keysa membuat Arkan menjadi tampak bingung. Ketika beberapa waktu lalu Arkan mendapat informasi mengenai data laki-laki yang ia lihat di supermarket berduaan dengan isterinya, lewat orang kepercayaannya. Laki-laki itu bernama lengkap Hadi Pratama dan dijelaskan sedang menjalin hubungan sepasang kekasih dengan Keysa didalam data yang tertera. Mengetahui Keysa berpacaran dengan Hadi, sontak saja Arkan menjadi geram dan meledak marah. Dengan cepat segera pulang ke rumah menemui Keysa untuk meminta penjelasannya. Namun, saat sampai di rumah Arkan tidak menemukan Keysa, membuat amarahnya makin tersulut sampai-sampai Arkan melampiaskannya dengan menyalahkan anak buahnya yang tidak becus menjaga Keysa. Lalu saat menghubungi lewat telepon dan Keysa membohonginya, Arkan berpikir Keysa sedang menemui Hadi. Hal itulah alasan Arkan begitu murkanya sehingga kelepasan mencengkram rahang Keysa dengan keras. Akan tetapi kenapa Keysa tidak mengakui hubungan diantara mereka? "Jika kamu pikir aku masih pacaran dengannya maka kamu salah, kami bahkan sudah putus saat dia meninggalkanku dulu tanpa alasan yang jelas. Lagipula siapa yang mau pria seperti itu, banyak sekali maunya," beritahu Keysa tanpa sadar menyinggung Arkan. "Kamu menyindirku?" Arkan kembali menatapnya dingin membuat Keysa memasang tanda bahaya. "Buu-bukan, aaa-aaku kan nggak tentangmu, tapi tentang laki-laki di supermarket tadi, jadi berarti aku sedang tidak menyindirmu ..." cicitnya dengan nada khawatir, takut Arkan kembali marah. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD