Hari berlalu dan berlanjut terus dengan keanehan-keanehan yang terus terjadi. Terlebih lagi mengenai rancangan pernikahan antara Arkan dan Riana yang membuat Keysa tak habis pikir. Awal perencanaan pernikahan Arkanlah yang selalu datang melihat kesiapan pernikahan yang diatur oleh tim WO yang diwakili oleh Keysa dan sekarang malah sebaliknya, Rianalah yang kini berdiskusi dengan Keysa mengenai pernikahan.
Kejadian Arkan datang berdua untuk merundingkan tema pernikahan adalah terakhir kali Keysa masih melihat pria itu, karena untuk selanjutnya mengenai rancangan pernikahan diserahkan sepenuhnya kepada pihak WO dan Rianalah yang memantau proses persiapannya untuk selanjutnya. Tidak aneh memang, mungkin menurut Keysa Arkan sedang sibuk bekerja dan tidak bisa membagi waktunya.
Namun, saat Riana meminta bantuan lebih Keysa untuk persiapan pernikahannya Keysa jadi bingung. Sebab yang Riana minta bukan cuma meminta bantuan Keysa sebagai pihak WO melainkan Keysa sebagai saudari tirinya. Riana Ingin Keysa mencoba gaun pernikahan yang harusnya Riana sendirilah yang harus mencobanya lebih dahulu. Tidak sampai di sana saja, permintaan Riana yang tak wajar semakin menjadi mana kala cincin pernikahan, design undangan atau bahkan hal lainnya dia meminta Keysalah yang memillihkannya. Lalu ketika Keysa menolaknya karena merasa tak enak dan bingung Riana mengeluarkan jurus andalannya ala-ala wanita ftv yang tak berdaya yang memerlukan pertolongan.
"Ayolah Keysa ... jangan menolaknya kumohon! Selama ini kita selalu jauh tak pernah seakrab ini dan kedepannya mungkin kita tak bisa sedekat ini mengingat aku pasti akan disibukkan dengan urusan rumah tanggaku. Karena itu aku ingin kamu memilihkan dan mencobanya untukku, untuk kenangan suatu hari nanti sebagai pengobat rinduku." Riana memelas dengan penuh harapnya, sebelum kemudian dia tersenyum dengan raut aneh yang tak Keysa lihat akibat sibuk memikirkan perkataan Riana.
"Tapi kenapa begitu? hal ini tak wajar Riana, kamu yang akan jadi pengantin kenapa aku yang mencoba gaunmu?" Keysa mengelak tak begitu saja mudah luluh.
"Ayolah Key ... apa bedanya? Aku ingin melihat adikku kamu mengenakan ini, tolonglahhh ..." Riana tak menyerah terus saja membujuk Keysa hingga akhirnya sebuah angggukan didapatkannya.
Keysa mengenakan gaun pengantin itu, sangat cantik pas untuknya dan sangat cocok seakan gaun itu akan dirancang untuknya.
"Wah, dek kamu cantik sekali!" Puji Riana dengan sejujurnya.
'Secantik ini aku yakin saham yang akan Arkan berikan ke perusahaan akan lebih banyak. Haha, maafkan aku, Dek. Tetapi uang dan uang memang membuatku gila.' Riana membatin senang.
"Kamu juga cantik, Riana. Disaat kamu mengenakan gaun ini pada hari pernikahanmu, Aku yakin kamu pasti akan lebih cantik," jawab Keysa balik memuji saudari tirinya itu.
"Oh, ya? tapi aku tak yakin. Bagaimana jika sekarang kamu Kakak foto dulu lalu nanti fotomu mengenakan gaun pengantin ini kita bandingkan denganku saat sudah memakai gaun ini dihari pernikahanku."
Keysa menggeleng, "idihh, kekanakan sekali ..."
"Ayolah Keysa, memangnya salah jika kekanakan, hhhmmm ..."
Keysa mengangguk sambil cemberut, "baiklah dasar pemaksa."
"Ya, itu memang Aku dan kamu tak boleh menolaknya atau Aku takkan berhenti memaksamu."
"Ya-ya! baiklah sekarang ambillah fotoku. Jika nanti lebih cantik darimu maka kamu harus memberiku hadiah!!" Canda Keysa yang diangguki oleh Riana sambil terkekeh.
Andai dibalik kelakuan Riana yang begitu baik layaknya saudara yang sesungguhnya mungkin tak akan salah jika orang akan iri melihat keakraban keduanya sebagai saudara.
Keysa sangat menikmati perlakuan Riana kepadanya itu. meskipun dirinya dilanda keraguan dan tak percaya begitu saja, ditambah nasehat Syaniah sahabatnya membuatnya waspada terhadap sikap Riana ini. Namun, lagi-lagi Keysa bisa apa?
Riana tak bisa ditolaknya meskipun Keysa berusaha waspada. Lagipula Keysa pikir takkan ada akibatnya jika cuma berfoto mengenakan gaun pengantinkan?
Sayangnya pikiran Keysa yang demikian ternyata salah. Ketika sebuah fotonya berpose manis didapatkan Riana terkirim kepada seseorang akan membuatnya masuk kedalam masalah yang tidak disadarinya. Keysa telah terjebak dan dia tak tahu hal itu.
*****
Arkan sedang berada dalam ruang kerjanya sibuk berkutak mengerjakan pekerjaannya, ketika dua orang lelaki masuk seenaknya tanpa persetujuan menghampirinya dan segera duduk pada sofa yang terdapat dalam ruangan tersebut.
"Haha! aku pikir seorang Arkan sudah tak sudah berhenti dengan obsesinya mengenai wanita setelah kejadian mereka jadi mantan," ejek Daren, lelaki setengah bule yang jadi temannya ketika mereka kuliah di luar negeri.
"Siapa yang menyangka, jika kejadian miris seorang mantan yang pernah mempermalukannya di depan banyak orang tak mengurungkan niat seorang Arkan tetap terobsesi kepadanya," timpal Ando menyeringai dengan raut wajah datarnya.
Sayangnya hal itu tak berhasil mempengaruhi seorang Arkan. Lelaki itu tahu kalau kedua temannya sedang mencoba menggodanya saja. Jadi Arkan tetap diam tak menyahut memokuskan dirinya pada pekerjaan. Arkan mengabaikan perkataan dua orang itu dan mencoba agar tak terpengaruh.
Menyaksikan hal itu membuat Daren kesal sendiri dan tak membiarkan dirinya kalah dari Arkan. Dia ingin Arkan terpancing sampai marah. Angaplah Daren teman berengsekk, tapi memang itulah tujuan Daren menemui Arkan.
"Wah, menakjubkan sekali! Seorang Arkan Raffasyah Aldebaran pemilik perusahaan besar sekaligus pebisnis kejam yang paling tak suka egonya disinggung oleh orang lain, bersikap biasa saja dan masih saja setia terobsesi dengan wanita yang sama dengan wanita yang sudah menghinanya." Daren tak menyerah terus memancing amarah Arkan agar tersulut.
Dan ...
"Berhenti mengeluarkan ocehan sampahmu, berengsekk!!"
Daren berhasil menyulut amarah Arkan. Darenpun terkekeh puas tidak takut dengan amarah Arkan, sebab memang itulah yang Daren inginkan. Arkan mengamuk dan itulah juga diharapkannya.
Sementara Ando yang menyaksikannya hanya mengangkat bahu acuh menjadi penonton yang amat menikmati pertikaian dua orang dihadapannya tanpa berniat menghentikannya. Memang apa lagi yang diharapkan, Ando lelaki dengan raut wajah dingin itu datang menemui Arkan selain ingin mengganggu ketenangan Arkan sama halnya dengan Daren.
"Ya, aku memang Pria berengsekk dan kamu Pria bodoh. Masih saja terobsesi padahal sudah dihina dan bukannya balas dendam." Daren lanjut makin menyulut Arkan.
"Sialan!!" Amuk Arkan mengepalkan tangannya, menghampiri ke sofa dan tanpa babibu manarik lalu memukul Daren, "Aku sudah memperingatkan mu untuk berhenti mengeluarkan ocehan sampahmu, rasakan pukulanku! Ingatlah satu hal bahwa kamu benar aku memang masih terobsesi memiliki wanita itu, tapi bukan untuk membahagiakannya. Melainkan untuk memberikan neraka atas perbuatan bodohnya karenan telah pernah berani menghinaku." Arkan dengan tegasnya mencengkram krah kemeja Daren lalu menghempaskan lelaki itu menjauh darinya.
"Pukulanmu lumayan juga, tapi mengenai ambisimu aku tak akan menilainya sebelum kamu mewujudkannya'" Daren masih tak kapok masih saja memancing Arkan seolah pukulan Arkan bukanlah apa-apa padahal rahang Daren sudah membiru kerenanya.
Keduanya, Arkan juga Daren lanjut saling memukul sampai tenaga keduanya habis barulah Ando melerai keduanya.
"Kau membuat wajah calon pengantinnya hancur Daren," peringat Ando datar.
"Memangnnya aku calon tamu undangan ini masih baik-baik saja dibuatnya, Ando? Cihh, kamu hanya memperhatikan si bodoh ini saja, keterlaluan!"
"Kau cemburu?" Ejek Arkan, kali ini dialah yang menyulut emosi Daren.
"Sialan!! aku bukan seorang gay, berengsekk!!" Daren kesal tak terima.
"Hey, siapa yang tahu. Kamu menemuiku datang kemari menyulut emosiku agar aku membatalkan pernikahanku jangan-jangan kamu tak rela aku menikah karena sebenarnya kamu menyukaiku."
Kini posisi terbalik Arkanlah yang mengejek sekarang dan Darenlah yang disulut emosinya.
"Siapa yang menyukaimu, berengsekk?? Aku masih normal bahkan kamarin malam aku sudah berhasil membuat seorang wanita datang menemuiku meminta pertanggung jawaban." Daren membanggakan kebiadapannya dihadapan Arkan dan Ando.
Arkan hendak membalas perkataan Daren. Namun, bunyi telepon disaku jasnya membuat Arkan mengurungkan niat beralih mengabaikan Daren dan melihat pesan masuk.
Terlihat foto Keysa mengenakan baju pengantin begitu pas dengan ukuran tubuhnya sehingga sangat cocok menurut Arkan. Tentu saja gaun itu memang sengaja dirancang sesuai keinginan Arkan untuk Keysa.
Arkan tersenyum devil sambi menyeringai, 'selamat datang dinerakamu, Sayang!' batin Arkan senang sambil mengagumi kecantikan Keysa.
*****