5. Hancur

1634 Words
Keysa merentangkan tangannya menguap ngantuk sambil menatap pekerjaannya memeriksa kesiapan acara pernikahan yang berada dalam tanggung jawabnya sudah sejauhmana. Dimulai dari jadwal prosesi berjalannya pernikahan yakni melangsungkan akad nikah hingga acara terakhir, masalah kesiapan pelaminan, catering, rias pengantin, hingga dokumentasi. Kesiapan dan ketersediaannya Keysa harus cek berulang kali memastikan tidak ada kekurangan agar kliennya puas dan kecewa. Setelah merasa tak ada yang kurang barulah Keysa bisa beristirahat menuntaskan rasa ngantuknya dengan tidur. Paginya Keysa bangun cepat dan telah rapih hendak menuju lokasi gedung pernikahan, yang akan melaksanakan acara pernikahan. Dan pernikahan yang dimaksud bukanlah acara pernikahan Riana melainkan orang lain yang juga dalam tanggung jawab Keysa beserta staff lain. Ketika sudah berada di lokasi gedung yang dimaksudkan, Manda menghampirinya dengan tatapan heran. "Loh kok, Keysa ... kamu masih masuk kerja? Bukannya Riana sudah minta izin cuti kerja atas namamu ..." "Kenapa bisa?" Keysa ikutan heran dan mengerutkan dahinya. "Bisalah! Acara pernikahannya sudah dekat tinggal beberapa hari. Riana mengambil tindakan yang benar, sudah seharusnya kamu dirumah sampai hari yang ditentukan," beritahu Manda dengan sejujurnya. 'Apa iya, Riana mungkin mengajukan cuti kerja untukku agar aku bisa menemaninya dirumah, ya' Keysa membatin sambil menerka-nerka. "Kalau aku cuti kerja terus pekerjaanku bagaimana? Aku sudah cuti kerja seelumnya dalan jangka belum lama ini, masa cuti lagi ..." "Memangnya kenapa? ada yang salah ... Udalah Keysa mendingan kamu pulang sekarang. Masalah pekerjaan serahkan saja kepadaku dan yang lain. Jangan khawatir istrirahat saja yang benar dirumah hari pernikahan nanti pasti menguras banyak tenagamu." Kemudian setelah hal itu disinilah Keysa sekarang dirumahnya yang dulu bersama kakak tirinya, Riana. Sedangkan ibu tirinya entah kemana perginya. Wanita paruh baya itu memang tak pergi bekerja pagi ini, munngkin karena acara pernikahannya sudah dekat dia mengambil cuti. "Kamu ada yang diinginkan atau ingin kubantu tidak?" tanya Keysa merasa kebosanan sehingga berinisiatif menawarkan diri terhadap Riana. "Kenapa, Dek? kamu bosan ..." tebak Riana tepat sasaran seolah bisa membaca pikiran Keysa. "Sabar sebentar lagi perias tangan henna dari wedding organizer tempat kerjamu akan datang," sambung Riana memberitahu Keysa. "Hari ini?" Keysa mengerut tak percaya. "Bukannya pernikahannya masih lama, kalau tanganmu dirias hari ini pas acara nanti sudah pudar bagaimana?" Riana akan menjawab, tapi bunyi bel pintu menghentikannya. "Tunggu sebentar. Periasnya tangan hennanya pasti sudah datang, aku bukakan pintunya sebentar," ucapnya sebelum berlalu. Keysa menatap Riana pergi lalu kembali dengan seorang pria gemulai yang Keysa kenali sebagai orang yang kerja sama dengan WO tempat kerjanya. "Sekarang berikan tanganmu, Keysa. Biarkan Mas Benji ini meriasnya." "Loh-loh! kenapa tanganku bukannya harusnya tanganmu, Ri? kamukan yang mau menikah bukan aku ..." Protes Keysa tak terima begitu saja. "Ayolah Keysa, Kakak cuma ingin melihat design-nya bagus nggak. Kalau langsung ke tanganku terus tidak cocok dan kurang bagus, hennanya kan gak bisa dihapus." Riana tak kehabisan akal meyakinkan Keysa. Setelahnya Keysa yang awalnya ragupun membiarkan tangannya dihias oleh henna demi Riana. "Gimana, hasil eke baguskan?" tanya Benji perias tangan henna itu dengan percaya diri. "Ya bagus dan cantik sekali," jawab Riana memuji dan diangguki oleh Keysa. "Sekarang giliranmu," beritahu Keysa dengan semangat, tapi sayangnya hal itu malah membuat cemberut Riana. "Aduh aku baru ingat, Dek. Kalau aku alergi henna ..." ringisnya membuat Keysa melotot kecewa. "Yah, kalau begitu tadi aku nggak usah memakainya. Hm, baiklah henna tanganku ini kucuci saja sebelum makin kering dan makin memerah." Keysa bangkit dari duduknya hendak melakukan apa yang baru saja dikatakannya. Menyebabkan Riana juga ikut bangkit mencegat Keysa, "nggak usah dicuci, biarkan saja. Lagi pula itu cantik dan sayang jika dihapus, kasihan loh Mas Benji yang sudah susah payah membuatnya." "Hm, baiklah. Aku tidak mencucinya dan membiarkannya hingga kering," jawab Keysa pasrah tak tega setelah melihat wajah pria gemulai perias tangan henna yang bernama Benji itu. ***** Keysa dilanda kebosanan yang makin menghantui dirinya. Apalagi sekarang tangannya tengah mengenakan henna yang harus dijaganya hingga kering dan jadi. Belum lagi ditambah orang meminta Keysa melakukannya yakni Riana kini hilang entah kemana perginya dan menyebabkan Keysa kesepian. Tak lama berlangsung selang beberapa saat kemudian bunyi disertai getaran telepon genggam milik Keysa terdengar. Membuat Keysa meraihnya dengan hati-hati menjaga hennanya tak rusak. Panggilan telepon dari Syaniah membuat Keysa segera menjawabnya. "Ada apa, Syaniah? tak biasanya kamu menghubungiku di jam segini ..." Keysa sedikit kebingungan dan mengerutkan dahinya. Namun, bukannya menjawab Syaniah malah melontarkan pertanyaan baru, "kamu dimana aku sudah di gedung lokasi pernikahan yang kamu maksudkan. Aku ingin menanyakan hal penting." "Ya sudah, katakan saja sekarang." "Tidak bisa hal ini tak bisa aku katakan lewat telepon!" "Hm, tapi aku sedang tidak berada ditempat yang kamu maksudkan itu karena aku sedang cuti kerja dan aku pun tidak bisa datang menemuimu kesana. Aku--" "Ok, katakan kamu berada kesana aku yang akan kesana menjumpaimu." Syaniah memotong perkataan Keysa tak sabaran. Lalu ketika Keysa menjawab dimana dia berada Syaniah malah memutuskan panggilan telepon sebelah pihak. "Aneh sekali! Syaniah kenapa, sih?" KLEKK Bunyi pintu kamar Keysa terbuka membuat Keysa yang mendengarnya saat keadaannya sedang membelakangi pintu berpikir jika itu adalah Syaniah. "Kamu cepat bangat datangnya, Syaniah. baru saja kita berbicara lewat telepon jangan-jangan kamu tadi sudah disi--eh Mama." Keysa membalikkan tubuhnya dan saat menyadari orang yang datang adalah Ibu Tirinya bukan Syaniah, Keysa segera meralat kalimatnya. "Ada apa, Ma? Mama kesini mau ngapain ..." sambungnya bertanya bingung. Wajah Ibu Tirinya terlihat aneh dan juga berbeda dengan saat beberapa hari terakhir. Tidak menyiratkan penuh kehangatan lagi, raut wajahnya berubah kembali terlihat seperti sedia kala sebelum berbuat baik dan memperlakukan Keysa begitu penuh perhatian. Menyebabkan Keysa bertambah bingung tak mengerti dan juga mulai waspada terlebih ketika wanita paruh baya itu tersenyum dengan misterius diselimuti hawa aneh. "Bagaimana, Sayang. Bagaimana harimu beberapa saat belakangan ini? Apa kamu cukup puas ..." Keysa menatap Ibu Tirinya penuh tanda tanya tak mengerti, tapi dia tetap menjawab, "Hm, yaa." ungkapnya dengan ragu. "Gaun pengantin, tema racangan pernikahan, cincin, dan--" Ibu Tirinya itu sengaja menjeda kalimatnya demi melihat reaksi Keysa lalu membawa kedua tangan Keysa berada diatas tangannya sambil memperhatikan Keysa bergantian dengan riasan henna di tangan Keysa. "dan henna ini apakah kamu menyukainya?" sambungnya seraya mengeluarkan intimidasi mendalam terhadap Keysa. "Tenn-tentu saja. Ini indah begitu pun rancangan lainnya mengenai pernikahan dan lagi pula semua itu hasil rancangan dan juga pilihanku, bagaimana bisa aku tak menyukainya?" "Menurutmu apa masih ada yang kurang?" Keysa menggeleng, "tidak." "Sudah pas dan tak ingin merubahnya?" Keysa mengangguk tapi lagi-lagi dengan keheranannya. pertanyaan Ibu Tirinya ini terasa tak asing terdengar oleh telinganya. Tentu saja, itu kalimat yang biasa Keysa gunakan pada kliennya. "Berarti kamu tak akan keberatan jika pernikahannya dipercepat dan dilaksanakan besok?" Keysa mengengkat bahunya acuh tak perduli, "harusnya Mama tanyakan itu kepada Riana bukannya aku. Karena dialah yang akan menikah bukan diriku ..." "Tapi kamulah yang memilih bahkan mencoba gaun pengantin, kamu merancang tema pernikahan sesuai keinginanmu, mengenakan hennna bahkan mencoba cincin pernikahan yang pas dijarimu. Lantas Kenapa bisa Riana yang akan menikah?" tanya Ibu Tirinya dengan santai, tapi tidak dengan Keysa yang semakin waspada dan takut tiba-tiba. Keysa bukan gadis bodoh yang tak mengerti ucapan Ibu Tirinya apalagi setelah melilhat raut wajahnya. Keysa mulai tersadar akan kejadian belakangan ini dan berpikir itu semua benar-benar tak tulus sebagaimana perkataan Syaniah, ada maksud dan tujuan dibelakangnya. Ibu dan Riana kakak tirinya baik pasti ada rencana busuk yang melatarbelakanginya. "Menikah? kenapa aku yang menikah bukannya Riana. Apakah dia telah melarikan diri dan ingin aku yang menggantikannya?" Keysa pikir mungkin selama ini alasan dibalik Raina terus saja memaksanya mencoba semuanya hal yang berkaitan dengan acara pernikahannya mungkin adalah rencana busuk yang jadi alasan kenapa saudari tirinya tiba-tiba bersikap baik terhadapnya. Riana sebenarnya tak ingin menikah dan melakukan semua itu untuk menjebaknya agar saat Reina kabur semua tuduhan terarah kepadanya, sehingga dengan terpaksa Keysa pun bertanggung jawab dan menggantikannya menikah. Namun, dugaan Keysa yang demikian tenggelam hilang kala Riana masuk kekamarnya sambil tersenyum melengkungkan garis bibirnya, "bukan seperti itu, Dek. Sebenarnya yang terjadi adalah kamulah yang akan menikah bukan aku. Benarkan, Ma?" "Ya, kamulah yang akan menikah Keysa." Ibu Tirinya menimpali dengan raut tampa dosa. Menyebabkan Keysa mengeram tak percaya dan dengan cepat menghapus henna ditangannya, tapi sayangnya warna henna itu telah menyatu dengan kulitnya sampai tak akan hilang begitu saja. "Apa maksudnya semua ini, aku takkan mau menikah!!" Protes Keysa dengan nada suara meningkat. Sementara Ibu juga Saudari Tirinya tetap tersenyum saja dan terpengaruh oleh reaksi yang Keysa tunjukkan. "Itu sih hak kamu. Mau menolak pernikahannya atau tidak, terserah saja. Toh kamu dan Arkan pun sudah resmi jadi suami isteri dimata hukum, tinggal mengadakan resepsi dan menikah secara agama saja, De,." beritahu Riana membuat Keysa mengernyitkan dahinya. "Apa maksudmu?" tanya Keysa dengan resah gelisah tak mau jika hal itu sampai terjadi. Namun, jawaban yang dilontarkan selanjutnya oleh timpalan perkataan Mamanya membuat Keysa meluruhkan dirinya lemas tak sanggup berdiri lagi. "Coba ingatlah kejadian, Mama meminta tanda tanganmu dipengalihan pemilik rumah. Sebenarnya itu bukanlah pengalihan pemilik rumah, tetapi kamu. Hak atas dirimu sendiri sejak kamu bubuhkan tanda tanganmu sudah kamu serahkan sepenuhny kapada Arkan. Berarti sekarang kamu milik pria itu, paham, putriku sayang?" Ibu Tirinya menyeringai devil. Sementara itu tak dapat dicegah lagi air mata Keysa meluncur dengan derasnya. Yang Keysa ketahui selama ini mengenai Ibu dan Riana saudari tirinya, keduanya adalah penggila uang dan menomorsatukannya, tapi Keysa tak menyangka kalau dirinya bisa dijebak begini dengan teganya. "Mengenai kenapa kamu bisa menjadi istrinya. Hm, maaf sebenarnya kami pun tak tahu hal ini, karena hanya Arkan si pria iblis itulah yang merencanakannya. Dan Oh, ya. Maafkan kami berdua yang hanya bisa sampai hari ini saja berbuat baik kepadamu, sebab mulai besok kamukan sudah bersama suamimu," beritahu Riana dengan acuh tanpa perduli. Saat dirinya kehilangan sosok ibu disusul ayahnya dan berlanjut hartanya yang terampas habis oleh keluargar tirinya membuat Keysa merasa tak punya apapun lagi. Namun, hari ini telah menyadarkan Keysa bahwa dia masih punya dirinya saat itu. Tapi sekarang sudah terlambat. Kepemilikan punuh atas dirinya sendiri bukan lagi miliknya, melainkan milik Arkan. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD