3. Bertemu Mantan

1527 Words
Dalam perjalanan pulang, Keysa menerima telepon dari ibu tirinya. Tidak biasa terjadi bahkan selama jadi isteri ayahnya, ibu tirinya jarang bahkan hampir dikatakan tidak pernah menghubungi Keysa selama ini. Hal itu mengakibatkan Keysa dilanda keheranan. Syariah yang sedang mengemudi dan sesekali melirik memperhatikan Keysa menjadi ikut mengerutkan dahi. "Siapa yang menghubungimu, Key?" Tanya Syaniah ikut keheranan sebab Keysa terlihat enggan sekali menjawab teleponnya. "Ibu tiriku," beritahu Keysa membuat Syaniah hanya mengangguk paham. Keysa pun menjawab panggilan telepon dari ibu tirinya. Selama mengobrol lewat telepon, raut wajah Keysa nampak mengerut menyimpan kebingungan akan sesuatu. "Syaniah, kita ke rumahku dahulu, ya. Ibu tiri ku meminta agar Aku menemuinya sekarang juga. Dia bilang ingin mengembalikan surat kepemilikan rumah atas namaku kembali." Keysa memberitahu setelah dirinya usai mengobrol lewat telepon dengan ibu tirinya. "Dia bilang apa?" Heran Syaniah tak mudah percaya. "Aneh sekali! Kemarin-kemarin memaksamu untuk membubuhkan tanda tangan pengalihan kepemilikan rumah atas namanya, kok sekarang malah mengembalikannya atas namamu lagi, mana itu tiba-tiba! Mencurigakan sekali. Dia kesambet jin apa atau jangan-jangan otaknya geser, ya ...." Komentar Syaniah kesal akan pikiran ibu tirinya Keysa. "Hm, jangan-jangan dia sedang merencanakan sesuatu yang lagi?" sambungnya dengan serius menoleh sejenak menatap Keysa lalu kembali melihat ke jalan. Keysa menghela nafas, entah kenapa dia juga meyakini kalimat terakhir Syaniah dan merasa ada benarnya juga. Tidak mungkinkan ibu tirinya berbuat baik tanpa ada maksudnya dan sebabnya? "Entahlah, Aku Pun tak mengerti mengenai jalan pikirannya," jawab Keysa dengan sedikit takut mengenai sesuatu yang menurutnya sekarang mungkin saja ibu tirinya merencanakan hal buruk kepadanya. ***** Ibu tirinya berada di depan pintu depan rumah, berdiri menyambut Keysa sambil tersenyum dengan ramahnya. Entah apa yang membuatnya demikian, tapi Keysa juga Syaniah yang baru sampai sontak saja menjadi heran. Keduanya tetap menghampiri, meski dilanda banyak pertanyaan tentang sikap aneh ibu tirinya Keysa ini. "Kamu sudah pulang, Nak. Mama mencemaskan mu, kemana saja dua hari ini, hmm?" Tanya Mama tiri Keysa dengan ramahnya terlihat seolah memang benar-benar menghawatirkan Keysa. Bahkan wanita itu tanpa canggung mengusap pundak Keysa lalu mengiring masuk rumah dengan merangkulnya tanpa menunggu jawaban Keysa. 'Ah, benaran ada yang salah ini. Nyokap tirinya Keysa salah minum obat kayaknya.' Syaniah membatin heran. 'Jangan-jangan mempunyai rencana busuk, nih!' "Udahlah gak usah dijawab, yang penting sekarang kamu baik-baik saja. Kamu sudah makan? Mama masakin makanan kesukaanmu loh ..." beritahu ibu tirinya lagi-lagi menambah kebingungan bagi Keysa juga Syaniah yang menyaksikannya. "Kenapa Mama masakin Keysa?" "Kenapa? Loh memangnya seorang ibu tidak boleh memasakkan makanan kesukaan putrinya?" Keysa menggeleng dan Syaniah tampak tersenyum kecut. "Eh, Keysa kamu udah datang dek. Sini duduk dekat Kakak sekalian ajak temanmu juga. Kita makan bersama iya kan, Ma." Riana menghampiri Keysa menarik tangannya dan mengajaknya duduk berdekatan di depan meja makan. Tak beda jauh dari kelakuan ibunya, Riana pun bertingkah sama. Begitu baik dan terlihat sangat menyayangi Keysa. Andai Syaniah orang asing yang baru mengenal mereka, dia pasti salut mengenai perhatian yang diberikan oleh keluarga tiri Keysa. Tetapi, Syaniah bukanlah orang bodoh sehingga hal itu tak mungkin dipercayainya begitu saja. "Dek kamu mau ayamnya nggak, biar Kakak ambilkan ..." "Sambalnya segini cukup?" "Makan yang banyak, ya Sayang. Kamu juga Syaniah jangan sungkan sama Tante dan Riana." Begitu kiranya ucapan-ucapan ramah dan perhatian yang ibu dan kakak tiri Keysa tunjukkan kepadanya. Mereka terlihat seperti orang yang berbeda dari yang sebelumnya. Tidak ada kesinisan atau hal lain yang menunjukkan ketidaksukaan mereka kepada Keysa. Bahkan ketika Keysa pamit menginap di rumah Syaniah, ibu tirinya hanya menitip pesan sebagai mana seorang ibu yang sesungguhnya. "Hati-hati di jalan, Sayang. Nanti kalau sudah berada di rumahSyaniah usahakan jangan begadang ya, Nak. Jaga kesehatanmu itu yang utama." □ □ □ "Ibu tirimu aneh, " komentar Syaniah menghampiri Keysa yang hendak akan tidur di atas tempat tidur. "Tapi lebih aneh lagi kenapa bisa masakannya seenak itu? Perasaan pas dulu-dulu aku kunjungan kerumahmu masakannya kalau tidak keasinan pasti kurang garam." "Aku pikir juga begitu." Keysa menoleh menatap Syaniah yang tampak berpikir keras. "Nah itu! Aku yakin masakan tadi pasti beli bukan bikinan sendiri. Dan satu lagi aku curiga dia sedang merencanakan sesuatu," tebak Syaniah di akhir kalimatnya. "Tapi apa? Perusahaan, bahkan seluruh harta kekayaan papi sudah berada ditangan mereka. Dia mau apa lagi dariku sedang semua milikku sudah dirampasnya habis tanpa sisa ..." "Iya juga, ya. Tapi aku tetap yakin Key, ini pasti ada yang tidak beres dan mereka pasti sedang merencanakan hal buruk." Keysa menghela nafas. "Kita liat saja nanti, maunya mereka apa," jawabnya pasrah. ***** Keysa sedikit berlari memasuki gedung tempatnya bekerja pagi ini. Tepatnya beberapa menit lagi Keysa akan melangsungkan pertemuan dengan kliennya. Dengan terburu-buru Keysa menuju ruang meeting sambil membawa berkas file mengenai tema design pernikahan yang akan dibicarakannya dengan klien. Gadis itu mengatur nafasnya berlajut merapihkan penampilan lalu kemudian barulah dia memasuki ruang meeting. Untuk beberapa saat Keysa merutuki dirinya sendiri ketika menemukan kliennya terlihat sudah berada di dalam ruangan menunggunya. Seketika rasa bersalah, tak becus dan tak enak hati menghampirinya. Dan ketika pandangannya mengarah kepada kliennya, Keysa kaget bukan main hingga menyebabkan matanya membulat sempurna. Menemukan kliennya yang merupakan calon mempelai wanitanya ternyata adalah orang yang Keysa kenali. "Riana?" "Keysa, ternyata kamu bekerja disini Dek. Wahhh, kebetulan sekali." "Dunia memang sempit." Ya, orang itu adalah saudari tirinya Riana dan berarti gadis itu akan menikah dengan seseorang lelaki disampingnya, Arkan Raffasyah Aldebaran. Mengenai mempelai pria, Arkan sendiri Keysa hanya sedikit kaget disertai rasa kesal melihat pria itu. Keysa cuma tak menduga klien yang akan diajaknya merundingkan tema pernikahannya adalah Arkan. Sebenarnya Keysa sudah beberapa kali meeting berdua dengan Arkan membahas rancangan pernikahan yang diinginkan pria itu, tetapi dia tak menyangka jika klien yang Manda pilihkan agar mau merundingkan pernikahannya adalah Arkan. Lebih tidak menyangka lagi jika calon isteri Arkan selama ini yang tidak pernah hadir untuk menemuinya adalah kakak tirinya Riana. Keysa membuang nafasnya kasar selepas selesai meeting. Setelahnya ia berjalan menuju ruang kerjanya bersama staff lain dilantai 5. "Bagaimana pertemuannya, Key, apa mereka bersedia mengubah tema pernikahannya?" Manda dengan penasaran menghampiri Keysa. "Kamu kok tidak bilang kalau klien yang akan kita minta merundingkan tema pernikahannya kembali adalah Arkan?" Keysa balik bertanya tak menjawab pertanyaan Manda. "Kamu tahu sendirikan Manda ... Aku dan Arkan itu sejak lama jadi musuh bebuyutan. Tapi kamu ini kenapa sih, terus saja mengoper bagian rencana pernikahan Arkan, padaku! Ditambah hari ini Aku mengemis agar dia mau merubah tema pernikahannya? Huhhh ... beruntung saja dia mau walau mengomel panjang," sambung Keysa protes sambil mengungkapkan rasa kesalnya. "Dan akupun bahkan tahu dia mantan kekasihmu lima minggu, tiga puluh lima hari dan 840 jam lalu, Keysa." "Terus kenapa masih dioper kepadaku?" Manda mengangkat bahunya acuh. "Tentu supaya rencana pengubahan tema pernikahannya langsung disetujui, Key. Jadi berhentilah bertanya mengenai hal itu. Akukan sudah berulang kali mengatakannya kepadamu masalah pernikahan ini, kamu yang akan membahasnya dengan Arkan. Lagian Boslah yang mengaturnya bukan aku." "Termasuk pertemuan meeting hari ini?" Manda menggeleng. "Tidak. Meeting hari ini adalah idemu, jadi tidak ada hubungannya dengan bos atau Aku. Mengenai perubahan tema pernikahan, juga idemu kemarin, setelah aku pikir lagi, kayaknya klien manapun tak akan mau merubahnya malah akan jadi kecewa dan berdampak memutuskan kerja samanya dengan WO kita. Parahnya lagi bisa saja membuat mereka menyebarkan isu tersebut dan menyebabkan WO kita dipandang buruk. Namun itu klien kita yang merupakan mantanmu, Aku yakin takkan begitu." Keysa memejamkan matanya sekejap merenungi perkataan Manda. Ini semua salahnya dan hasil dari ketidakbecusannya dalam bekerja. Andai dia lebih sigap dan lebih teliti atau cuti kerjanya pada hari kematian ayahnya tak panjang akibat dia terus-terusan larut dalam dukanya. Mungkin saja, tak akan ada kejadian kekurangan stok bunga mawar putih yang menyebabkan lahirnya ide mengganti tema pernikahan. Tapi sekarang dia sendiri malah menyalahkan Manda mengenai klien kerjanya adalah Arkan. Padahal memangnya kenapa dengan Arkan? Pria itu tak mengganggunya, hanya cukup menyebalkan juga sinis saat berbicara dengannya. Harusnya Keysa tak mempermasalahkan hal itu dan harusnya juga Keysa bisa cukup profesional saat menghadapinya. "Maafkan aku, harusnya aku tak mencampurkan masalah pribadi dan masalah pekerjaan. Dan ... hhmmm, kalau kamu sudah mengetahui resiko ideku kemarin kenapa masih menyetujuinya?" "Karena aku mengetahui daftar klien kita, calon istri dari Arkan adalah salah satu keluarga Wedding Organizer ini." Keysa mengerut bingung kalimat Manda terdengar ambigu ditelinganya. 'Apa maksud Manda dengan hal itu ya. Merupakan keluarga Wo? Siapa yang keluarga Wo? Eh-oh iya, Riana yang akan menikah. Mungkinkah itu maksudnya? Jika aku membujuk Riana merubah tema pernikahannya, hal itu tidak akan menimbulkan permasalahan apapun, sebab aku ini adiknya dan dia mungkin akan menyetujuinya. Huhh... Manda tak tahu saja hubungan kami bermasalah, kalau Riani tak suka, bukan tidak sulit ia akan merusak reputasiku melalui pernikahannya yang kutangani.' Keysa membatin mencoba memahami maksud perkataan Manda. "Dan oh, ya Key! kamu tidak perlu repot. Mengenai undanganmu, kakak tirimu Riana sudah membagikannya kepada kami." Manda tersenyum menggoda, sementara Keysa makin mengerut memikirkan sesuatu. Apakah sikap ibu tiri dan Riana saudari tirinya yang tiba-tiba saja burubah baik karena sebentar lagi Riana akan menikah? Tapi kenapa mereka tak memberitahunya mengenai pernikahan itu sejak awal? Jadi ketika bertemu tadi dengan Riana, Keysa tak akan kaget seperti kejadian tadi pagi. Apa mungkinkah sebenarnya mereka sudah mau memberitahu Keysa, tetapi karena masih dalam suasana duka mereka jadi tak enak hati sehingga sungkan memberitahukannya? Hm, mungkin saja begitu pikir Keysa. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD