Arkan dan Keysa larut menikmati kebersamaan mereka, ke mana-mana bergandengan tangan. Jalan berdua menikmati waktu mengulang kenangan lama yang pernah terjadi. Untuk saat ini permasalahan didalam hati terlupakan sesaat dan hal itu membuat keduanya seolah pasangan tanpa beban.
Jalan-jalan, berbelanja, makan siang bersama lalu malamnya menonton film romantis di bioskop sambil bercanda ceria sepanjang waktu sampai tibalah dipenghujung hari dan matahari berganti bulan.
"Aku mau ke toilet sebentar," beritahu Keysa pada Arkan saat keduanya sudah selesai menonton dan hendak pulang.
Arkan mengangguk setuju dan membiarkan Keysa pergi sendiri dan berjalan lebih dulu setelas memberitahukan kepada Keysa bahwa dia akan menunggu di mobil.
Setelahnya Keysa pun menuju toilet melakukan yang ingin dilakukannya lalu keluar, tapi siapa sangka dia bertemu dengan Hadi di pintu keluar. Laki-laki itu juga tampaknya baru keluar dari toilet yang diperuntukkan untuk laki-laki disebelah toilet perempuan. Ini kedua kalinya mereka bertemu dengan situasi yang hampir sama dengan kejadian terdahulu di pesta pernikahan rekan bisnis Arkan.
Namun kali ini Keysa tak ingin berbasa-basi atau tak ingin menyapa Hadi, sebab tak ingin membuat Arkan menunggu lama dan mengamukinya. Keysa berlalu begitu saja mengcuhkan Hadi yang menatapnya dengan tidak terima.
"Key!" Suara bas Hadi sedikit berteriak menghentikan langkah Keysa lantas menoleh.
"Aku sedang tidak punya waktu, suamiku sedang menunggu dan aku tidak akan membuatnya menunggu lama. Jadi aku mohon, jika kamu mau membicarakan sesuatu mengertilah saat ini bukanlah waktu yang tepat dan juga di sini bukanlah tempat yang tepat." Keysa menatap Hadi dengan sedikit sebal.
'Mengobrol di depan pintu toilet? Chh ... yang benar saja!' sambung Keysa membatin tak habis pikir sambil melihat beberapa orang berlalu-lalang masuk dan keluar dari toilet.
"Tapi aku ingin membicarakan hal penting padamu, Keysa dan aku rasa Arkan tidak akan marah jika kamu membuatnya menunggu sedikit lebih lama. Ayolah Key ..." pinta Hadi dengan sedikit memohon.
'Dasar sok tahu! Jangankan menunggu sedikit lebih lama, aku kembali sekarang pun Arkan pasti tetap akan memarahiku!!' geram Keysa.
"Aku tidak punya waktu." Keysa mengulangi kalimatnya lalu tanpa memperdulikan Hadi lagi, dia benar-benar berlalu dari sana.
Hadi yang melihat hal itu menjadi marah dan menyusul Keysa lalu menarik tangannya menipis jarak diantara mereka berdua.
"Sebegitu sibuknya kamu sampai tidak punya waktu sebentar denganku, Key! Tapi, ch!! Dari dulu kamu memang selalu tak punya waktu denganku, jadi kenapa sekarang itu menjadi tampak aneh. Sejak kita berpacaran bahkan kamu selalu saja bersikap acuh kepadaku," ungkit Hadi menatap miris Keysa, namun dibeberapa detik kemudian anehnya tiba-tiba saja Hadi menyeringai aneh lantas melanjutkan kalimatnya. "Apa semua itu masih ada hubungannya dengan akibat trauma masa lalumu yang buruk itu, Key? Kamu belum sembuh?" Hadi memastikan menatap Keysa dengan tatapan prihatin.
"YA!!" Jawab Keysa dengan murkanya.
Anehnya Hadi tidak marah lagi setelah mendengarnya bahkan saat Keysa berontak mendorongnya kasar, Hadi malah menyunggingkan seulas senyum misteriusnya.
"Sekarang lepaskan tanganku, Berengsekkk!" Keysa memberontak dengan sekuat tenaga dia menendang betis Hadi hingga empunya mengaduh hingga melepaskannya. "Itu pantas untuk bajingann yang tidak menggunakan otaknya sembarangan menyentuh orang lain!!" omel Keysa sebelum berlalu dari sana.
Hadi lagi-lagi hanya tersenyum tanpa tersinggung dengan perkataan Keysa. Entah apa yang sedang dipikirkannya, tapi sepertinya laki-laki itu menyimpan sesuatu dalam pikirannya.
***
Pagi hari tiba dan Keysa telah selesai dengan pekerjaannya mengurus rumah dan Arkan pun telah berangkat kerja seperti biasanya. Kejadian malam itu saat ia bertemu dengan Hadi sudah seperti angin lalu yang tak berarti dan tidak begitu dipikirkan Keysa. Baginya yang terpenting kondisi hubungan dengan Arkan makin membaik dan makin dekat.
Hari ini Keysa berencana untuk menjenguk sahabatnya Syaniah di rumah sakit. Keysa bersiap dengan tak butuh waktu lama kini ia sudah berada ditempat tujuan dan sudah berada di dalam ruang rawat Syaniah, namun anehnya bukan Syaniah yang ada di sana melainkan pasien lain.
Keysa berusaha untuk tetap berpikiran positif, menyakinkan dirinya bahwa mungkin saja itu ulah Arkan yang memindahkan Syaniah ke rumah sakit lain karena mengetahui Keysa melanggar janjinya. Akan tetapi, saat Keysa menanyakan hal itu pada pihak rumah sakit, jawaban yang diberikan membuatnya luruh lemas tak berdaya seketika.
"Tidak mungkin ..." ucapnya dengan mata berkaca-kaca tidak terima dengan keadaan yang ada.
Dengan tidak percayanya, Keysa bukannya pulang malah pergi ke rumah sakit lain menanyakan apa ada pasien atas nama Syaniah dirawat di sana. Saat jawaban yang diharapkannya tidak didapatkan, Keysa mengunjungi kembali ke beberapa rumah sakit lain terus saja ia berbuat demikian dan sayangnya Keysa terus juga mendapatkan jawaban yang sama.
Ketika hari mulai gelap, Keysa pun memutuskan pulang dan menanyakan hal itu langsung pada Arkan.
Di rumah ternyata Arkan belum pulang sehingga Keysa pun menunggunya tanpa melakukan apapun selain hanya duduk sambil menatap pintu masuk rumahnya. Berharap orang yang dinantikannya segera muncul dari baliknya. Beberapa waktu berlalu, Keysa tanpa jenuh ataupun bosan masih menetap dalam keadaan yang sama, padahal hari sudah malam dan bahkan hampir tengah malam.
"Keysa kenapa kamu tidak mengunci pintu, apa kamu gila?" Omel Arkan yang baru saja pulang langsung menghampiri Keysa di sofa.
Biasanya memang rumahnya selalu dikunci walau diluar sudah dijaga oleh petugas keamanan, tapi Arkan selalu memerintah Keysa agar mengunci pintu rumah jika dia tidak sedang berada dirumah dan Keysa juga biasanya menurut tanpa membantah.
Namun, hari ini Keysa malah tidak melakukannya dan hal itu membuat Arkan yang baru pulang menjadi marah seperti biasanya. Salah sedikit langsung mengomel menuduh Keysa macam-macam dengan seenaknya.
"Di saat hari sudah larut malam, tapi kamu belum mengunci pintu bahkan membiarkannya terbuka lebar!!" Arkan menatap tajam Keysa yang ternyata menatap tajam padanya juga. "Kamu sengaja melakukannya agar rumah ini kemasukan maling, hahhh?!!! Kamu sedang berusaha menyusahkanku kembali!?" Arkan menyugar rambutnya dengan marah kebelakang.
"Kamu kemanakan, Syaniah." Keysa dengan suara lirih meski masih dengan tatapan tajamnya pada Arkan.
Arkan menoleh lantas memperhatikan keadaan Keysa terlihat sedikit pucat, namun bukannya menjawab, Arkan malah balik bertanya. "Kamu keluar seharian ini tanpaku?"
"Syaniah dimana ..." ulang Keysa tak perduli dengan perkataan Arkan dan Arkan sendiri sama serti Keysa juga, tidak perduli dengan perkataan Keysa. Sehingga kini Arkan pun balik menanyakan pertanyaannya.
"Habis dari mana kamu seharian ini?!!" geramnya menggertakkan giginya seraya mengarahkan tangannya dengan cepat menggoncangkan pundak Keysa. "Jawab aku, KEYSA KAMU HABIS DARI MANA? KAMU KERUMAH SAKIT ITU LAGI HAHH? KAMU KESANA LAGI DAN MELANGGAR JANJIMU PADAKU, HAHHH!!!" Arkan kelepasan marah membentak Keysa.
Seketika hal itu menyebabkan Keysa meringis takut, tapi tidak menunduk Keysa malah berusaha berani menatap nyalang Arkan memberikan perlawanan.
"KAMU KEMANAKAN SYANIAH, KAMU PINDAHKAN KE RUMAH SAKIT MANA DIA??" Murka Keysa masih tidak terima kenyataan yang ada.
Arkan yang mendengar hal itu melepaskan cengkramannya pada bahu Keysa lalu menghela nafas dan menatap Keysa dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Apa penjelasan pihak rumah sakit di sana belum jelas? Sahabatmu mayat hidup itu telah menjadi mayat sungguhan, dia sudah mati, Keysa! Sahabatmu itu benar-benar sudah mati!!" Tegas Arkan menilap tangannya begitu tak perduli dengan perkataannya sendiri dan Keysa tidak percaya begitu saja.
Keysa masih menganggap perkataan pihak rumah sakit dan Arkan hanyalah omong kosong belaka dan Keysa yakin itu hanyalah kebohongan Arkan untuk mengelabuhinya saja.
"Aku mengatakan hal yang sebenarnya, Keysa," beritahu Arkan seolah bisa membaca isi pikiran Keysa. "Perkataan dokter dan juga apa yang kukatakan adalah hal yang sebenarnya. Sahabatmu itu telah mati. Untuk apa aku membohongimu kalau aku sendiripun telah kehilangan ancaman yang membuatmu menunduk padaku."
Air mata Keysa luruh seketika sambil dengan refleks menggelangkan kepalanya masih tak percaya. Tatapan mata yang awalnya tajam menghunus Arkan kini berubah kosong penuh kehampaan.
"Tidak mungkin, Sya--Syaniah pasti masih hidup ..."
*****