"Tidak mungkin, Syaniah pasti masih hidup! Syaniah masih hidup ..." lirih Keysa bersikukuh sedikit membentak sambil terisak masih tidak mempercayai kenyataan yang ada.
Dalam hatinya yang terdalam Keysa sangat meyakini bahwa sahabatnya Syaniah masih hidup dan belum tiada. Keysa sangat berharap kali ini Arkan hanya main-main mengatakan omong kosong untuk mengerjainya saja, namun detik berganti menit dan menit berganti jam, Arkan masih tidak juga meralat kalimatnya.
Tangisaan pilu isterinya yang membuat siapapun yang mendengarkannya ikut merasa sedih, nampaknya tidak berhasil menyentuh hati Arkan.
Laki-laki itu hanya diam mengamati isterinya yang terus histeris mengangis tanpa memberniat menenangkannya. Bahu juga tangannya, Arkan anggurkan begitu saja seolah-olah dirinya tidak iba dengan keadaan Keysa. Arkan pun hanya menatapnya dengan raut wajah biasa saja, selain tidak merasa iba Arkanpun tidak merasa terganggu mendengar isak tangis Keysa yang berisik.
Saat Arkan menyadari malam semakin larut serta jam menunjukkan tengah malam, barulah Arkan angkat bicara.
"Berhentilah menangis," kata Arkan dengan tegas juga dengan datarnya membuat Keysa menoleh padanya dengan raut tak percaya.
Mengakibatkan Keysa bukannya menjawab, malahan makin terisak meraung dalam tangisnya, membuat Arkan jengah menarik nafanya panjang.
"Apa kamu tidak lelah dari tadi menangis terus? Ckck, aku yang hanya memperhatikanmu saja sudah sangat lelah, Keysa. Berhenti dan diamlah! Kamu pikir dengan kamu menangis seperti manusia gila seperti ini sahabatmu yang sudah berada di alam Baka sana akan kembali ke dunia ini?? Sudahlah Key, jangan ngeyel dan berhentilah menangis, isakanmu membuat telingaku sakit mendengarnya! Mulailah menerima kenyataan yang ada, bahwa sahabatmu mayat hidup itu akhirnya telah mati, mati yang artinya tidak bisa hidup kembali." Arkan dengan tenangnya tanpa dosa meluncurkan kalimatnya hingga membuat Keysa menjadi murka.
"Dia tidak mati, Syaniah masih hidup!!" tegas Keysa dengan nada suara naik beberapa oktaf.
"Tampaknya kamu mulai tidak waras, tapi aku tidak perduli! Ch, dasar merepotkan, lebih baik sekarang ayo kita pergi tidur, aku sudah sangat mengantuk." Arkan mendengus kesal lalu tanpa diduga menarik paksa Keysa agar berdiri dan mengikutinya.
"Kamu berbohong, Syaniah pasti masih hidup. Ya, Syaniah memang masih hidupkan? Aaarrggh, lepas pergelanganku sakit." Keysa membantah perkataan Arkan sambil memberontak.
Arkan menghentikan langkahnya, tapi tidak dengan cengkraman tangannya pada tangan Keysa. Cengkramannya pada tangan Keysa malah makin dipererat dan kuat sampai membuat Keysa mengaduh kesakitan.
"Menurutlah agar aku bersikap lebih lembut kepadamu, terima saja kenyataan yang ada. Lagipula kalau sahabatmu mati, ya sudah ... mati saja, yang terpenting kamu masih hidup dan bibirmu itu lebih baik kamu kunci rapat-rapat paksalah berhenti agar tidak meraung-raung persis seperti pasien dari rumah sakit jiwa. Sudah malam dan mari kita tidur, jangan membantah!" Tegas Arkan sambil menatap tajam mengintimidasi Keysa dengan penuh peringatan.
"Aku tidak mau, aku mau ketemu Syaniah! Syaniah masih hidup!!" Protes Keysa berusaha memberontak sekuat tenaga dan mengakibatkan Arkan tersulut emosi sehingga menariknya lebih kencang sampai menyebabkan tubuh Keysa terbentur dadanya dengan cukup keras.
Tak berlama-lama dalam posisinya Arkan kembali dengan paksa menarik Keysa menuju kamar mereka.
"Tidak ada kereta menuju alam Baka malam ini, lihatlah jam di sana sudah menunjukkan pukul setengah empat pagi, sadarlah sebentar lagi hari hampir pagi dan berarti sahabatmu dan para roh lainnya sudah kembali ke tempat mereka yang semestinya, yaitu alam Baka." Arkan mulai prustasi menghadapi Keysa yang mengada-ada sehingga dalam emosinya tak sadar sudah mengeluarkan kalimat tidak masuk akalnya.
"Aku mau ketemu, Syaniah! Lepaskan aku ..." histeris Keysa.
"Sahabatmu sudah mati, berapa kali lagi aku menjelaskan hal itu kepadamu. Mati, Keysa!! Berarti tidak bisa hidup dalam dunia ini lagi, pahamlah!" Arkan kesal membentak kasar Keysa.
"Dia tidak mati dan dia masih hidup. Kamu hanya mengatakan keboongan aku yakin hal itu!" Balas Keysa balas membentak.
Brakk!! Arkan kelepasan tidak mampu menahan emosinya sehingga tanpa sengaja ia mendorong keras Keysa ke tempat tidur, saat mereka ternyata sudah berada dalam kamar.
"Baiklah jika itu yang kamu inginkan ..." Arkan menghela nafas panjang tersadar apa yang baru saja dilakukannya terhadap Keysa dan terdiam sejenak berusaha menormalkan detak jantungnya sambil merutuki perbuatannya dan berusaha menenangkan dirinya sendiri. "Besok kita akan menemui mayat itu dikuburannya agar kamu percaya, tapi sekarang kamu tidurlah, ok," lanjut Arkan mengalah memilih membujuk Keysa.
Keysa masih terengah lantasan lelah terus-menerus terisak, kini ia terdiam lantas menatap Arkan serius.
"Benarkah? Kita akan menemui Syaniah besok ..." tanya Keysa penuh harap dan sepertinya Atkan benar tampaknya isterinya mulai gila buktinya Keysa tampaknya tidak mendengar kata kuburan yang keluar dari mulut Arkan. "Kita akan menemui Syaniah di rumah sakit dan dia masih hidupkah?" Lanjut Keysa membenarkan dugaan yang ada.
"Ya dia masih hidup!" Jawab Arkan dengan jengah membuat semua rasa sakit kehilangan bagi Keysa menguap begitu saja, namun hal itu tidak lama.
Pada saat ribuan rasa sakit kehilangan yang telah menguap itu, tiba-tiba kembali datang turun seperti hujan belati tajam yang habis menikam d**a Keysa sehingga terasa begitu sesak sekali, bersamaan dengan kalimat Arkan berikutnya meluncur melanjutkan ucapannya.
"Tepatnya Syaniahmu itu mahih hidup, tapi berada di alam Baka, jadi besok aku akan membawamu ke kuburannya agar kamu percaya."
"Tidak!!" Keysa kembali mengelengkan kepala. "Syaniahbmasih hidup! Jangan berbohong lagi aku mohon, aku lelah dengan semua ini jadi tolong jujurlah juga katakan yang sebenarnya ..."
"Dia mati, sahabatmu mayat hidup itu sudah menjadi mayat mati dan telah berada di alam Baka itulah kebenarannya," jawab Arkan dengan raut wajah datarnya.
"TIDAK, AKU BILANG TIDAK!!! AKU BILANG SYANIAH MASIH HIDUP!" Keysa tiba-tiba mengamuk berteriak keras dan menyebabkan Arkan menjadi kaget.
"Hidup, hidup, hidup terus yang kamu sebutkan. Dia sudah mati, Keysa! Sadarlah ..." bantah Arkan
Keysa menggeleng serta menangis dengan air mata yang mengalir lebih banyak dari sebelumnya. Membuat Arkan murka dan tiba-tiba saja menggendong membawa Keysa dengan paksa masuk ke dalam kamar mandi. Kemudian tanpa Keysa duga Arkan mengguyurnya dengan air dingin sehingga membuatnya menggigil.
Setelah selesai dengan aksinya, Arkan dengan raut wajah yang sama lelahnya dengan Keysa menatap nyalang bercampur menyesal terhadap apa yang baru saja dilakukannya.
"Sekarang kamu sudah sadar, hah?!!" bentak Arkan menguatkan hatinya agar tidak terpengaruh pada keadaan Keysa. "Berhenti kekanakan, Keysa. Ayolah jangan membuatku marah dan melukaimu kembali. Aku tidak ingin melakukan hal itu, tapi jika kamu masih seperti ini akupun tak akan segan!" Lanjutnya dengan tegasnya.
Keysa menunduk tak berani menatap Arkan yang tengah marah sambil menekuk memeluk tubuhnya saat rasa dingin menggigil menusuk hingga tulang. Keysa menggigil, tapi masih saja bersih keras pada keyakinannya. Enggan menyerah walaupun sejujurnya Arkan dalam mode begini mengamuk marah kepadanya membuat Keysa ketakutan.
"Syaniah masih hidup, Syaniah tidak mungkin mati, kamu hanya mencoba membohongiku saja."
"Syaniah kamu masih hidupkan, Syaniah ... kamu tidak akan meninggalkanku Syaniah. Kamu kan sudah berjanji akan terus bersama denganku selamanya dan akan begitu selalu ada untukku. Syaniah, Syaniah ...."
"Syaniah hidup ..."
"Syaniah tidak mungkin mati ..."
Ucapan-ucapan lirih Keysa terus terdengar meracau tidak jelas tanpa lelah sambil menegaskan keyakinannya bahwa sahabatnya Syaniah masih hidup. Arkan makin prustasi mendengarnya dan mulai kesal sendiri.
"Sialan!! Kamu sungguh memermainkan emosiku, Keysa." Arkan mengumpat geram juga mulai tersulut amarah kembali.
Detik selanjutnya tanpa menahan diri lagi, Arkan melampiaskan amarahnya lewat menguyur Keysa dengan air dingin dengan teganya. Setiap kali Keysa mengatakan Syaniah masih hidup, maka setiap itu pula Arkan mengguyurnya dengan air dingin, begitu terus menerus hingga suara Keysa makin melemah.
Akhirnya pada saat Arkan yang masih terbawa kehilafannya tak menyadari kondisi keadaan Keysa makin melemah,
"Syaniah kamu masih hid--"
BRAKK!
Keysa akhirnya jatuh pingsan tak sadarkan diri masih dalam keadaan yang sama, memeluk dirinya sendiri sangkin kedinginannya.
Menyaksikan hal itu, Arkan syok bukan main dan tersadar telah membuat Keysa celaka. Seketika Arkan langsung saja memapah Keysa bangkit serta membawanya ke dalam pelukannya, tapi sudah terlambat. Wajah Arkan berubah memucat diselimuti rasa takut bercampur khawatir yang mendalam dan kini keadaan berbalik, bukan Keysa lagi yang histeris melainkan Arkan yang dihantui cemas luar biasa.
"Keysa bangun, Keysa! Bangunlah Keysa ... maafkan aku, aku tidak sengaja, Key. Ayo bangunlah ..."
*****