26.

1313 Words
Cukup lama berada dalam posisi yang sama, pasangan suami dan isteri itu saling memeluk menikmati perasaan masing-masing. Sampai kemudian kantuk membawa keduanya terbang menuju alam mimpi dan paginya barulah terbangun oleh cahaya matahari yang usil mengintip dari celah tirai gorden jendela sehingga menyebabkan silau yang mengganggu. Arkan terbangun lebih dulu membuka kelopak matanya dan menyaksikan pemandangan yang menurutnya lebih indah dari apapun. Keysa yang masih tidur terlelap disampingnya dan seketika membuat hati Arkan teduh melihatnya. Arkan menikmati pemandangan yang menyejukkan matanya sampai, menyebabkan Arkan sendiri jadi lupa mengenai perasaan lain yang tinggal dihatinya selain cinta. Sejenak hal itu membuatnya lupa akan kebencian serta dendamnya terhadap Keysa. Dan saat mengingatnya d**a Arkan seperti diremas merasakan sesak luar biasa. 'Aku tidak mencintainya, aku tidak mencintai Arkan.' Suara Keysa menggema dalam pikiran Arkan membuatnya membayang dalam masa lalu. 'Untuk mencintai seseorang setidaknya dibutuhkan waktu selama tiga bulan kebersamaan, sedang aku dengannya hanya lima minggu, jadi aku pikir selama ini aku hanya nyaman dengannya bukan mencintainya.' Perkataan Keysa di masa lalu dan walau sudah lama ternyata masih terekam jelas dalam ingatan Arkan. 'Siapa yang memanfaatkan, aku hanya menggunakan kesempatan yang ada.' Arkan membuang nafas kasar berusaha menyingkirkan ingatannya tentang masa lalunya yang buruk serta belum bisa diterimanya. 'Bagaimana bisa wajah polosmu ini menyimpan pikiran sekeji itu, Keysa? Aku mencintaimu, tapi kamu tega memanfaatkannya dan ketika cintaku mulai tak berguna kamu malah menyalahkanku ...' miris Arkan beralih menatap Keysa dengan kecewa. Tapi anehnya walau kecewa tangan Arkan justru terulur memperbaiki tatanan anak rambut Keysa yang berantakan. Tangan Arkan berangsur mendaratkan belaian lembutnya mengusap rambut Keysa. Setelah cukup puas dengan kegiatannya barulah Arkan berhenti dan beranjak benar-benar bangun sambil bangkit dari kasur empuknya. "Mau kemana?" Keysa menahan pergelangan tangan Arkan dan membuat empunya sedikit terkejut sontak menoleh. "Masih sangat pagi. Sudahlah bobo lagi aja, sini!" Keysa setengah sadar tanpa membuka matanya menarik Arkan agar kembali tidur disampingnya. Sayangnya bukannya Arkan yang kembali berbaring tidur, malahan Keysa yang jadi terduduk lalu menyandarkan tubuh malasnya masih tutup mata bersandar pada tubuh tegap Arkan. "Ayolah kita bobo lagi ..." rengek menarik tanpa tenaga tubuh Arkan agar kembali berbaring disampingnya. Arkan tidak marah, justru tingkah Keysa yang bermanja beginilah yang membuatnya merasa dibutuhkan dan egonya terpuaskan. Keysa yang manja beginilah bagian terfavorit Arkan. Akan tetapi Arkan juga tidak bisa luluh begitu saja. Kenangan buruk tentang kelakuan Keysa di masa lalu tidak bisa membuatnya dengan mudah mengiyakan kemauan Keysa. "Sudah siang, Keysa, dan hari ini bukanlah hari libur berarti aku harus bekerja," jelas Arkan memberi pengertian. "Kan bisa cuti ..." jawab Keysa lalu mengerang ngantuk juga bercampur perasaan tak rela guling bernyawa yang membuatnya tidur nyaman akan pergi akan pergi meninggalkannya. "Kalau saya cuti, besok kamu mau saya kasih makan pakai apa?" "Sayap ayam yang diapain saja, boleh digoreng, dipanggang, semur ataupun direndang, dan kayaknya disambalado enak juga ..." "Jangan bercanda, kalau sudah tidak bekerja kamu pikir saya bisa memberikanmu semua itu?" Keysa sontak membuka kelopak matanya sedikit menatap Arkan dan tanpa sengaja akibat masih mengantuk, Keysa tidak sengaja menjatuhkan tubuhnya sampai berbaring. Keadaan kepalanya menimpa paha Arkan yang sedang duduk. Keysa mengerang dengan setengah sadarnya. "Cuma sehari libur mana mungkin kamu bangkrut sampai tak bisa memberiku makan? Lagian selama jadi isterimu aku tidak pernah meminta apapun dan baru ini, masa kamu tega tidak mengabulkannya ..." Arkan menghela nafasnya panjang. Sebenarnya dia cukup menikmati keadaan yang sekarang, akan tetapi egonya memperingatkannya. Jika terus begini membiarkan Keysa merengek kepadanya, bisa-bisa dia akan luluh secepatnya dan lalu jika sudah begitu kapan lagi balas dendamnya dilaksanakan? "Bangun!" Arkan dingin menyingkirkan tubuh Keysa dari atas pahanya. Merasa terganggu dengan perlakuan Arkan membuat Keysa mendengus kesal. "Ya, baiklah ... aku tidak akan menahanmu lagi. Sana pergilah! Dan jangan menggangguku, aku masih mau tidur ..." Keysa mengambek sambil menarik selimut dan guling untuk dipeluknya erat. "Oh, kamu masih mau tidur." Arkan terdengar sangat tenang, tapi Keysa tahu dibalik ketenangannya terdapat buaya yang bersembunyi dan kapanpun bisa menyerangnya. "Iya, memangnya tidak boleh, ya ..." cicit Keysa takut sambil membuka matanya perlahan dan betapa kagetnya ketika mendapati Arkan menatapnya tajam dengan gaya bossy sambil melipat tangannya didepan d**a. "Masih mau tidur, kenapa bangun?" tanya Arkan menatap penuh intimudasi dan dijawab gelengan kepala oleh Keysa. Perkataan Arkan barusan manarik kesadaran penuh Keysa jauh dari kantuknya dan sungguh perkataan itu bahkan membuat Keysa takut untuk tidur kembali. "Tidak, aku sudah tidak mengantuk. Sekarang aku hanya ingin bangun dan akan menyiapkan keperluanmu." Keysa bangkit dari tidurnya sambil mengikat rambutnya cepat dan semua itu tak lepas dari perhatian Arkan. Keadaan berbalik saat Arkan malah berbaring lalu menarik selimut menyebabkan hal itu membuat Keysa melongo melihatnya. "Kok tidur lagi, katanya mau berangkat kerja ..." heran Keysa menyaksikan kelakuan Arkan. Jangan-jangan suaminya itu sedang mencoba mengambil ancang-ancang memarahinya atau mengambek kepadanya. "Kamu marah?" Tanya Keysa ketika tidak mendapat jawaban dari Arkan. Suaminya itu malah berbalik tidur menyamping dengan membelakanginya saat ini. Benar-benar mengambek ternyata. "Maaf ya, tadi aku sudah ngeselin bangat ... aku udah buat kamu kegeraman atau mungkin menjadi jengkel sekarang, tapi ayolah jangan mengambek ..." lirih Keysa seketika menekan egonya berharap Arkan akan luluh. "Ngambek!!" Arkan tidak terima meninggikan nada suara tiba-tiba. "Kamu pikir aku sekekanakan itu?!!" Arkan terdengar masah sambil dengan posisinya sebelumnya masih membelakangi Keysa. "Kalau bukan mengambek, terus kamu kenapa?" "Mau tidur!" jawab Arkan dengan membentak. "Kamu tidak jadi kerja?" "Kamu mau mewawancaraiku?" Arkan balik bertanya dan berbalik menatap Keysa yang tengah memperhatikannya. "Maaf," Keysa mencoba sabar takut membantah dan Arkan mengamuk. Walau amarahnya Arkan saat cemburu telah berhasil membuat Keysa melayang dimabuk cinta, tapi kalau marahnya berbeda dalam hal berbeda, tetap saja membuat Keysa meringis sesak saat dibentak. "Tidak usah maaf-maafan dan kemarilah kita tidur kembali. Bukankah itu yang kamu inginkan tadi." Arkan tanpa peringatan menarik Keysa masuk kedalam pelukannya. "Ttt--tapi tadi bukannya kamu mau berangkat kerja?" tanya Keysa sedikit gugup disertai rasa takut yang menderanya. "Itu tadi bukan sekarang. Sudahlah, berhenti mengoceh aku mengantuk dan mau tidur." "Jangan tidur, sebab kamu harus bekerja hari ini dan nanti kalau kamu tidak bekerja kamu mau memberiku makan apa? Bangun ya suamiku, ayolah ... akan aku buatkan kopi agar kamu nggak mengantuk," Keysa menahan kegugupannya akibat terlalu dekat dengan Arkan. Walau katanya menyuruh bangun, nyatanya Keysa malah membalas pelukan Arkan erat seolah tak menginginkannya pergi. Persetan dengan debar jantungnya yang memacu mengila membuat Keysa deg-degan bukan main, Keysa berusaha mengabaikannya. Asal bisa memeluk Arkan Keysa tak mempedulikan apapun lagi termasuk bibirnya yang munafik dan menapiknya. "Bawel, sudah kukatakan tidur dan jangan ngoceh, masih saja mengoceh dan berisik. Sebenarnya kamu ini jangan-jangan tidak mengerti artinya jangan mengoceh, ya?" Akan menjeda kalimat sambil menarik wajah Keysa yang sejajar dengan dadanya agar mendongak dan menatapnya. "Jika benar begitu, maka dengarlah baik-baik. Jangan mengoceh artinya jangan berisik, jangan biarkan mulutmu mengeluarkan suara atau lebih tepatnya tutup mulutmu dan jangan katakan apapun lagi, paham?" Keysa mengangguk paham, namun sebagai mana Keysa mengiyakan janjinya kepada Arkan lalu malah mengingkarinya, begitu pula dengan yang sekarang, mengatakan iya untuk menyetujui perkataan Arkan, tapi malah masih saja mengeyel dan tetap berbicara. "Tapikan kamu belum menjawab pertanyaanku tadi, kamu belum mengatakan kamu mau ngasih aku makan dengan apa kalau tidak berkerja?" Keysa dengan rewelnya menuntut jawaban Arkan. Seketika membuat Arkan mendengus geram. "Makan batu!" jawabnya asal dan kesal. "Loh kok gitu, cuma cuti sehari masa kamu langsung bangkrut dan teganya memberiku makan dengan batu!" protes Keysa tak terima. "Nah itu kamu tau, kenapa masih tanya lagi?!" "Tahu apa?" tanya Keysa dengan polosnya tak mengerti akan jawaban Arkan. Arkan terpancing menjadi geram. "Tidurlah Keysa!!" "Aku udah tidur buktinya lagi berbaring dipelukanmu," jawab Keysa dengan polosnya dan membuat Arkan medesah prustasi tak habis pikir dibuatnya. "Kalau kamu sudah tidur tidak mungkin bisa menjawabku lagi, Keysa! Paham?" Keysa terdiam memejamkan matanya dan tidak menjawab perkataan Arkan. Hal itu membuat Arkan jadi marah lantasan ucapanya tidak dijawab. "Kenapa diam, kamu paham tidak dengan maksud perkataanku?" "..." "Keysa!!" "Iya apa? Katanya kalau lagi tidur kamu bilang nggak boleh bicara."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD