Aku di usir Bibi dan Yesika, mereka menyeretku dan menghempaskanku hingga aku jatuh ke tanah. Mereka tertawa diatas penderitaanku, aku sedih dan bingung harus kemana. Orang-orang yang seharusnya ada disisiku ketika aku sedih dan menangis, malah berbalik melawanku dan mempermainkan perasaanku.
Aku sudah menikah dengan Mas Ares, tapi Bibi tak menepati janji. Bahkan ketika aku datang malah aku menjadi bahan tertawaan mereka.
Siapa yang tak akan sakit? Semua orang pasti akan terluka. Apalagi yang melakukan ini adalah keluarga Paman, saudari dari Ibu.
“Jangan pernah kemari lagi, kamu itu gembel dan tidak cocok ada di sini,” kata Yesika menunjuk ke arahku. “Kamu tanya kan siapa yang melibatkan namamu ketika kamu berada diatas angin? Siapa lagi kalau bukan aku.”
Aku membulatkan mata melihat Yesika yang saat ini tertawa terbahak-bahak.
“Kamu yang melakukan itu semua?” tanyaku dengan tatapan serius.
“Siapa yang paling tak suka melihatmu memiliki segalanya jika bukan aku? Aku tak suka melihat kesuksesanmu, aku tak suka melihatmu berkencan dengan crushku, dan aku tidak suka melihat design bajumu. Kamu tahu kenapa? Karena kamu tidak pantas mendapatkan semua itu, jadi ku buat skenario agar kamu dianggap menjadi simpanan pejabat hukum.” Yesika kembali tertawa terbahak-bahak, ia terlihat sangat puas telah menjatuhkanku sejatuh-jatuhnya.
“Tega kamu, Yesika. Kamu ternyata yang melakukan ini kepadaku, apa susahnya melihat orang lain bahagia? Kamu memang iri padaku sejak dulu. Hingga kamu membuat skenario besar hingga kamu berhasil menjatuhkanku. Lalu apa yang kamu dapatkan setelah menjatuhkanku?”
“Ketika Xiu datang kepadaku dan menyuruhku untuk melakukan sesuatu kepadamu, aku pun langsung gercep melakukannya, karena aku tahu aku tak suka melihat kesuksesanmu dan Xiu adalah saingan bisnismu. Jadi, aku ikuti skenarionya hingga ku buat skenario paling besar hingga tak bisa membuatmu bangkit.”
Aku terkejut ketika mendengar kenyataan yang sangat pahit, ternyata saudariku sendiri yang menjatuhkanku dan membantu saingan bisnisku? Dia membantu Xiu melakukan ini, dan mereka berhasil. Hingga saudarinya bangkrut dan membuat bisnis orang lain yang tidak ada hubungan dengannya semakin baju. Ya tentu saja, Xiu mendapatkan banyak keuntungan setelah melakukan ini kepadaku.
Aku baru mendapatkan jawaban setelah sekian lama aku jatuh dari bisnisku sendiri, aku baru tahu ternyata yang melakukan ini adalah Yesika dan Xiu. Dua perempuang yang iri dengan pencapaianku. Aku kehilangan semuanya setelah skenario yang mereka ciptakan. Sungguh, ini adalah perbuatan jahat yang tidak akan pernah bisa aku maafkan.
Aku tidak pernah curiga kepada mereka karena yang ku tahu mereka tidak akan mungkin bisa masuk ke dunia yang sudah ku ciptakan sendiri, mereka tak akan berani mengusikku setelah aku berada ditangan yang tepat. Namun, ternyata aku kecolongan juga.
“Kamu benar-benar jahat, Yesika. Kamu membuat usaha saudarimu bangkrut dan kamu menjayakan orang lain yang tidak ada hubungannya dengan kamu. Kamu menjadi tangan kanan Xiu yang jika kamu mendapatkan masalah belum tentu dapat membantumu.”
“Aku lebih suka melihat orang lain sukses dibandingkan kamu. Karena aku tak akan pernah rela melihat kesuksesanmu.” Yesika bersedekap didepanku dengan tatapan kesal, ia memang sangat membenciku, tapi aku salah menilainya, aku mengira dia tidak akan tega melakukan ini kepadaku, tapi ternyata dia tega melakukannya. Aku tertipu selama ini. Tertipu oleh kepura-puraannya.
Aku menatap Yesika dan Bibi yang saat ini terlihat puas menjatuhkanku. Aku tak akan pernah bisa menerima semua ini, walaupun aku tidak bisa berbuat apa-apa sekarang, tapi aku yakin suatu saat kebenaran akan muncul dan kejahatan akan terbongkar. Aku tahu tabur tuai itu ada.
“Kalian sangat jahat, aku tidak akan pernah memaafkan kalian,” kataku dengan tatapan penuh amarah. Mereka sudah mempermainkan hidupku, bahkan sudah membuatku menikah dengan laki-laki yang tidak aku kenal. Sekarang, dunia sudah ditangan mereka, tapi suatu saat nanti mereka pasti akan merasakan seperti apa yang ku rasakan.
“Aku bersyukur sekali Xiu bertunangan dengan Giring, jadi aku tidak perlu saingan dengan kamu untuk mendapatkan Giring. Aku akan membuat kamu menderita, karena kamu adalah kesialan yang pernah ada dalam hidupku.” Yesika menatapku dengan seringai mengerikan.
Ternyata orang yang benar-benar jahat adalah keluargaku sendiri. Aku tidak pernah menyangka mereka mempermainkan hidupku yang sudah aku susun dengan baik.
Aku menangis didalam hati, aku menangis atas kehancuran yang aku terima dari mereka. Tapi, aku berusaha menahan diri agar tidak menampakkan air mataku di depan mereka. Aku tidak mau terlihat lemah didepan mereka, akan ku buktikan bahwa setelah mereka melakukan ini kepadaku, aku tak akan menunjukkan kehancuranku kepada mereka.
“Aku akan membalas apa yang telah kalian lakukan kepadaku. Ingat, tabur tuai itu selalu ada.”
“Tabur tuai? Gembel sepertimu tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan.”
“Gembel sepertiku? Yang dulunya gembel adalah kalian, usaha kalian tidak akan maju kalau bukan aku yang menopangnya, aku ingin membuat kalian bahagia atas apa yang aku terima dan aku miliki, dan ku buat usaha kalian maju dan kini dikenal banyak orang. Tapi, kalian menghancurkan orang yang telah melakukan ini kepada kalian?” Aku menangis didalam hati namun di depan mereka aku tersenyum simpul, aku harus kuat tanpa mereka.
“Sudahlah. Pergi kamu dari sini,” usir Bibi. “Jangan pernah menginjakkan kakimu kemari.”
“Bibi masih ingat ketika Paman dapat masalah? Siapa yang ada menolong Paman? Aku kan? Terus rumah ini, siapa yang membayar uang mukanya? Aku kan? Kenapa kalian tidak pernah mau melihat betapa aku memperjuangkan kalian.”
“Diam ya, kamu pergi dari sini dan jangan kemari lagi, kamu hanya membuat otak kami mendidih. Kalau kamu tidak mau kamu panggilkan security, pergi dan jangan pernah kemari.” Yesika menatapku kesal.
Bukankah yang seharusnya kesal adalah aku?
Aku mendesah napas halus dan memilih mengalah. Aku akan mencari uang bagaimanapun caranya. Aku tidak boleh lemah. Aku masih sangat sehat, aku akan menemui semua orang yang mengenalku dan meminta pinjaman dari mereka. Apa pun yang mereka minta akan aku berikan sebagai jaminan.
"Ingat, tabur tuai akan selalu ada," kataku lalu melangkah pergi meninggalkan mereka.
Siapa lagi yang bisa aku mintai tolong? Ibu harus segera di operasi, jika tidak nyawanya akan melayang. Aku harus berusaha mendapatkan pinjaman bagaimanapun caranya.
Aku berjalan kaki menuju poros kompkleks rumah Paman dan Bibi. Aku menghampiri taman yang ada di kompleks ini dan duduk di kursi. Aku memeluk kedua betisku dan melihat rumah gedongan didepanku, rumah yang mobilnya terparkir rapi. Rumah yang benar-benar sangat besar.
Hidupku berubah, hidupku hancur dan tak bisa bangkit lagi.