Bab 33. Raja Nevard

1534 Words
Adi mengembangkan kedua tangannya. Bongkahan tanah terangkat, Adi langsung melemparkan bongkahan tanah besar itu ke arah Ryan. Dengan senang hati Ryan menyambutnya. Gerakan yang dilakukan oleh naga itu sesuai dengan apa yang Ryan perintahkan. Naga itu memecahkan bongkahan tanah dengan mudah menggunakan ekornya. Adi terus menerus melemparkan bongkahan tanah, dan terus-menerus naga air memecahkan bongkahan tanah menggunakan libasan ekornya. Habis. Kini giliran Ryan untuk menyerang. Naga air itu menyemburkan api air dari mulutnya. Adi membuat tameng tanah. Tameng tanah milik Adi langsung berubah menjadi es, membeku. Ryan menjentikkan jarinya. Tas! Sekejap tameng tanah Adi pecah. Naga air menyemburkan api air lagi ke arah Adi. Kali ini Adi tidak menciptakan tameng lagi, dia menghilang. Tiga puluh detik lengang. Naga air sudah menghentikan semburan api airnya. Ekor mata Ryan menyapu sekitar, menebak di mana Adi akan muncul. Terlambat. Tsunami tanah setinggi dua puluh meter menghantam Ryan dan juga naga airnya. Ryan terjatuh, naga air itu pecah menjadi cipratan air. Ryan tertimbung tsunami tanah. Adi muncul. Dia berhasil membuat naga air itu kalah. Adi menghilang, muncul di atas tanah tempat Ryan tertimbun. Adi menghentakkan kakinya, kemudian mengangkat tangan. Bongkahan tanah besar terangkat, mengambang di udara. Di dalam bongkahan tanah itu ada Ryan. Tubuhnya terkunci. Adi menggenggam tangannya, tubuh Ryan semakin terhimpit di dalam sana. Ryan meringis berusaha melepaskan diri. Cengkraman tanah itu kuat sekali. Ryan meludah, mulutnya kemasukan tanah. Farhan yang dari tadi melihat pertarungan tak habis pikir. Ini kali pertamanya melihat pertarungan sedahsyat itu. Dulu saat Raja Nevard menyerang kerajaan, dia masih muda dan belum bisa menggunakan kekuatan seperti sekarang. Farhan berbeda dari anak-anak pemiliki kekuatan lainnya. Dia terlambat menguasai kekuatan. Berkat Bi Narti, Farhan akhirnya bisa menggunakan kekuatan di usia 34 tahun, atau tepatnya saat Ryan lahir—17 tahun yang lalu. Pertarungan ini sungguh sangat spektakuler. Meskipun hanya latihan, Ryan dan Adi terlihat sangat b*******h. Itu sengaja Adi lakukan, agar memancing emosi bertarung Ryan. Adi harus bisa membuat Ryan mengerahkan semua kekuatan yang dia miliki untuk melawannya. Dengan begitu, instring bertarung Ryan akan matang. Ryan memilih untuk berdiam dalam cengkraman tanah pamannya. Lebih baik seperti itu ketimbang dia harus kehilangan banyak tenaga karena berusaha membebaskan diri. Ryan harus menghemat tenaganya. Ryan akan menunggu apa yang akan pamannya lakukan sebentar lagi. Adi terkekeh melihat keponakannya tidak melakukan perlawanan. Adi mencengkram kedua tangannya. Ryan menjerit, terdengar suara kretek dari tulangnya. Ryan akui itu cukup menyakitkan. Baiklah. Sepertinya Ryan salah mengambil tindakan. Kalau dia terus berdiam diri seperti ini, tulangnya akan hancur. Ryan memejamkan matanya. Tangan Adi seperti terbuka sendiri. Adi kaget. Dia berusaha memperkuat genggaman tangannya. Gagal. Saat Ryan membuka matanya, tangan Adi resmi terbuka sepenuhnya. Tanah yang mengapit tubuh Ryan pecah. Ryan mengambang di udara. Dia meregangkan tulang tubuhnya. Baiklah kalau itu yang diinginkan pamannya, Ryan akan bertindak. “Bersiaplah, Paman!” Ryan menghilang. Adi melihat tangannya. Bagaimana bisa Ryan melakukan itu, Ryan mengambil alih kekuatan lawannya untuk membebaskan diri. Ryan akan membalas pamannya. Ryan muncul di tanah, langsung menghentakkan kakinya. Gorila tanah muncul, persis sekali dengan gorilla nyata. Tinggi tubuhnya 3 meter. Taringnya yang terbuat dari tanah jika diukur sebesar orang dewasa. Adi tidak berkedip melihat apa yang ada di depannya sekarang. Sebelum Adi sempat untuk menghilang. Gorilla itu sudah lebih dulu menangkap Adi dengan tangan kanannya. Adi dekat sekali dengan mulut gorilla tanah itu. Ryan terkekeh. Kita lihat apa yang bisa pamannya lakukan sekarang. Gorilla itu menguatkan genggaman tangannya. Sontak Adi menggeliat merasakan hal yang sama seperti Ryan tadi. Bunyi kretek terdengar. Tulang-tulang Adi beradu. Itu cukup menyakitkan. Tidak tanggung-tanggung, gorilla itu menghantamkan tangannya yang menggenggam Adi ke tanah. Terdengar bunyi dentuman yang sangat kuat. Farhan sampai berdiri kaget. Apa yang Ryan lakukan? Debu berterbangan. Sejenak gorilla itu membiarkan tangannya di tanah. Perlahan debu hilang. Sedetik kemudian tubuh gorilla terpelanting ke atas, terbang di udara. Adi memasang tampang songongnya. Dia menyeka pakaiannya yang terkena debu. Adi berdecih. “Hanya segitukah kemampuanmu?” tanya Adi jemawa. Gorilla tanah sudah berdiri di depan Ryan, memukul-mukul dadanya sambil mengaum. Aumannya nyaris memekakkan telinga. Farhan sampai menutup telingannya. Baru saja Adi hendak menghentakkan kakinya ke tanah, tiba-tiba Bayu muncul. “Kalian semua harus segera pulang ke rumah, ada hal yang penting.” Farhan hendak menanyakan hal penting apa itu ketika Bayu sudah menghilang. Ryan menghentakkan kakinya ke tanah. Gorilla tanah itu masuk ke dalam tanah, menyatu. Adi menghentakkan kakinya, memasukkan gundukan tanah kembali. Mereka menghilang, lupa memegang tangan Farhan. Farhan geleng-geleng kepala. Bisa-bisanya mereka berdua melupakan Farhan. Alhasil, Farhan berjalan kaki kembali ke rumah. __00__ Tiba di ruang tengah, Bi Narti sudah hadir, duduk bersama Ani. Dari wajahnya terlihat seperti ada kabar buruk yang ingin disampaikan. Adi duduk, begitu juga yang lainnya. Semua menantikan apa yang ingin Bi Narti katakan. Bi Narti menghela napasnya. “Grenta menghubungiku dan menceritakan apa yang terjadi di Negeri Zalaraya. Rangga dan Riana ditangkap begitu mereka tiba di Negeri Zalaraya. Penyihir Hyunfi sudah merencanakan hal itu. Dia sengaja memasukkan racun yang penawarnya hanya ada di Negeri Zalaraya agar memancing mereka mereka kembali ke sana. Sekarang, mereka berdua ditawan oleh Nevard. “Nevard memerintahkan seluruh pengawal kerajaan untuk mengumpulkan pajak yang sangat besar. Siapa yang tidak sanggup membayarnya akan ditawan. Sekarang sekitar 50% penduduk Negeri Zalaraya resmi menjadi tawanan Nevard. Mereka dipaksa bekerja, tanpa diberi makanan. Orang-orang tua di sana sudah tidak lagi memiliki tenaga. Para pengawal memukuli mereka yang terlihat lemas saat bekerja, memperlakukan mereka semua layaknya binatang.” Tangan Ryan mengepal kuat mendengar apa yang Bi Narti katakan. "Bagaimana keadaan Rangga dan Riana sekarang?" tanya Ani. Jujur dia khawatir dengan keadaan mereka berdua sekarang. "Tidak ada yang tahu bagaimana keadaan mereka berdua. Nevard mengurung mereka di tempat yang jauh sekali, Grenta tidak bisa menyelamatkan mereka." Bi Narti menghela napas. "Kita harus segera menyelamatkan mereka." Adi angkat bicara, "Tapi bukankah mereka sengaja melakukan ini untuk memancing kita pergi ke sana? Nevard pasti sudah merencanakan hal ini. Dia menjadikan Rangga dan Riana sebagai umpan." Bi Narti mengangguk. "Kamu benar, Adi. Aku juga tahu itu. Tapi kalau kita tidak bergegas ke sana maka penduduk Negeri Zalaraya akan semakin ditindas. Nevard tidak memiliki hati nurani, dia rela melakukan apa pun demi tujuannya tercapai." Yang dikatakan Bu Narti benar. Itulah Nevard, seorang yang sekarang menjadi raja dari hasil merampas. Dia membunuh siapa saja yang berani menghalanginya untuk mendapatkan apa yang dia mau. Kalau mereka tidak ke Negeri Zalaraya sekarang juga, maka akan semakin banyak korban yang berjatuhan. Mereka tidak boleh membiarkan itu terjadi. Ryan menghilang. Dia pergi ke ruang bawah tanah—tempat pertama latihan. Sampai di sana, Ryan memukulkan tangannya sekuat mungkin ke tanah. Terdengar dentuman kuat sekali. Debu-debu berterbangan. Napas Ryan tersengal. Membayangkan bagaimana kondisi Rangga dan Riana sekarang membuat Ryan marah. Berita yang disampaikan Ni Narti tadi membuatnya ingin segera sampai ke sana. Ya. Ryan harus segera ke sana. Terdengar bunyi gelembung meletus. Adi muncul. Dia khawatir Ryan lepas kendali. Ryan berbalik. "Kita harus segera ke sana, Paman." "Kita tidak boleh gegabah, Ryan." "Kalau kita tidak segera ke sana, maka akan semakin banyak korban berjatuhan." Ryan benar. Tapi kalau mereka berangkat tanpa persiapan, maka mereka juga tidak akan berarti apa-apa. Nevard bukan lawan yang bisa dianggap enteng. Apalagi sekarang dia sudah bergabung dengan Penyihir Hyunfi, otomatis kekuatan mereka akan menjadi dua kali lipat. Ryan memang ada bersama mereka. Dengan kekuatan cincin berlian itu, mereka bisa mengalahkan Nevard dan Penyihir Hyunfi. Tapi tetap saja, mereka harus datang dengan persiapan. Tiba-tiba Ryan menghilang. Adi tidak akan membiarkan Ryan bertindak gegabah. Emosinya masih belum stabil, dan Ryan akan bertindak mengikuti emosinya. Adi menghilang. Dia tahu ke mana Ryan pergi. Mereka berdua muncul berbarengan di kamar Ryan. Ryan mengangkat kasurnya, mengambil buku bulan. Nyaris Ryan membuka buku itu, Adi mengambil paksa Buku Bulan tersebut. "Tenangkan pikiranmu, Ryan!" Nada bicara Adi naik satu oktaf. Dia harus melakukan itu agar membuat Ryan sadar. "Kita harus berdiskusi terlebih dahulu, jangan bertindak gegabah." "Bagaimana dengan mama dan papaku? Apakah kita harus menunggu kepala mereka dipenggal baru kita datang?" Mata Ryan berkaca-kaca. Dia sangat mengkhawatirkan Rangga dan Riana. Portal berwarna hijau muncul. Ryan, Ani, dan Bi Narti keluar dari sana. Ani langsung menghampiri, memegang tangan Ryan. "Kamu harus tenang, Ryan. Kita akan pergi ke sana, tapi setidaknya kita harus mengatur strategi terlebih dahulu." "Pamanmu benar, Ryan," timpal Bi Narti. "Nevard dan Penyihir Hyunfi telah bersatu, mereka tentu sudah mengatur strategi yang jitu untuk menaklukkan kita. Jika kita datang ke sana tanpa persiapan, maka sama halnya dengan kita menyerahkan diri secara suka rela." Sekarang Ryan sudah lebih tenang. Dia mulai bisa mencerna apa yang Adi, Ani, dan Bi Narti katakan. Itu semua benar. Tujuan mereka datang ke sana adalah untuk menyelamatkan, bukan untuk menyerahkan diri. Mereka memang harus datang dengan persiapan. Sudah cukup. Nevard tidak lagi boleh mengambil banyak korban. Bahkan kini kehidupan Rangga dan Riana terancam. Nyawa Maury akan terbuang sia-sia jika mereka datang dengan tangan kosong. Ryan memijat pelipisnya. Dia terduduk lemas di tanah. Farhan merangkul bahu Ryan, memberikan semangat. "Apa yang harus kita lakukan sekarang, Adi? Bi Narti bertanya. Adi melihat semua wajah yang ada di sana. Dia harus memikirkan tindakan selanjutnya. Dia harus memutuskan hal yang tepat untuk dilakukan sekarang. Terdengar bunyi gelembung meletus. Bayu muncul dengan seragam sekolahnya. Ketika melihat kondisi Ryan dan wajah khawatir dari semua yang berada di sana membuat Bayu bertanya, "Apa yang terjadi?" Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD