Bab 32. Kebakaran

1537 Words
Terdengar bunyi gelembung meletus. Adi muncul. Tanpa membuang waktu, dia langsung menghentakkan kaki ke tanah, membuat kurungan, lalu menjadikan transparan untuk mencegah orang-orang di luar kurungan tanah melihat apa yang terjadi. Kobaran api sudah melahap seluruh toko mabelnya. Adi tidak boleh membuang waktu, dia harus segera menyelamatkan 20 karyawannya. Adi menghilang, muncul di dalam toko yang terbakar. Kursi, tempat tidur, meja semua sudah dilahap si jago merah. Hawa terasa sangat panas. “Tolong.” Adi mendengar jeritan salah seorang karyawan wanitanya. Dia segera menghilang muncul di dekat karyawan wanita itu, memegang tangannya, menghilang, muncul di luar toko. Adi mendudukkan karyawan perempuan itu. Rudi—orang yang menelponnya, memberi kabar bahwa tokonya terbakar membantu mengevakuasi korban yang lain. Adi menghitung karyawan yang sudah diselamatkan. Total baru sepuluh karyawan, itu artinya masih ada sepuluh lagi di dalam sana. Dia harus cepat. Adi menghilang kembali, muncul di dalam toko. Dia menutup hidungnya, mencegah asap masuk. Dia melihat dua karyawan laki-laki pingsan. Adi muncul di sana, memegang kedua tangan karyawan, menghilang, muncul di luar toko. Rudi menyambut Adi, membantu menidurkan dua karyawan itu. “Tinggal satu lagi, Pak.” Adi mengangguk. Dia sudah menghitung, total sudah 19 karyawan diselamatkan. Adi menghilang lagi, dia muncul di tengah kobaran api. Dia sudah menjelajahi seluruh ruangan toko, tapi tidak menemukan juga. “Tolong.” Adi mendengar lirihan suara orang minta tolong. Adi berjalan mencari dari mana asal suara itu. Ketemu! Itu adalah Febi—satu-satunya karyawan Adi yang masih kuliah. Tubuh Febi tertindih balok kayu besar. Balok kayu itu menyala, pasti panas sekali. Adi segera membentuk sarung tangan tanah, lalu memindahkan balok kayu itu dari tubuh Febi. Setelah itu Adi membantu Febi berdiri, menghilang, muncul di tempat evakuasi. Febi sudah pingsan. Belakang tubuhnya terlihat terbakar. Setelah semuaa karyawannya berhasil diselamatkan, Adi segera menghilangkan kurungan tanah. Rudi sudah menelpon pemadam kebakaran. Lima menit setelah Adi menghilangkan kurungan tanah, pemadam kebakaran datang beserta beberapa ambulans. Semua korban langsung dievakuasi. Pemadam kebakaran melaksanakan tugas mereka. Api yang semula menjilat-jilat udara perlahan mengecil, lalu padam. Bangunan toko mabel Adi hanya menyisakan bagian temboknya saja, isinya, atapnya, serta bangunan toko yang terbuat dari bahan yang mudah terbakar sudah hangus semua. Para warga yang tadi ramai berkumpul berangsur pulang. Beberapa mobil stasiun televisi meliput berita. Rudi bertindak sebagai saksi mata. Dia menyampaikan dari mana sumber kebakaran. Rudi mengatakan kalau kebakaran toko mabel itu disebabkan karena korsleting arus listrik. Setelah memastikan keadaan terkendali semuanya, Adi memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Sebelum itu Adi mempercayakan selebihnya kepada Rudi. Adi harus segera pulang untuk memanggil Ani. Adi harus cepat, kalau tidak orang-orang akan tahu kalau dia memiliki kekuatan. Para karyawan yang dia selamatkan tidak semuanya dalam kondisi pingsan, beberapa dari mereka sadar kalau Adi bisa menghilang. Hanya saja mereka tidak bisa menampilkan ekspresi terkejut karena terlalu khawatir dengan keselamatan mereka. Terdengar bunyi gelembung meletus, Adi muncul di dapur. Adi langsung menceritakan apa yang terjadi kepada Ani dan memintanya untuk menghilangkan ingatan seluruh karyawannya. Ani setuju. Mereka muncul di rumah sakit. Setelah semua karyawan diobati dan boleh dijenguk, Adi dan Ani berkeliling, mereka mengunjungi satu-persatu karyawan. Ani menyentuh tangan mereka, menghilangkan sedikit bagian memori saat diselamatkan oleh Adi. Beberapa karyawan sempat menceritakan apa yang mereka alami kepada dokter, tapi dokter memilih tidak percaya. Syukurlah, semuanya aman terkendali. Adi tidak punya pilihan lain, dia harus menyelamatkan para karyawannya secepat mungkin. Maka jalan satu-satunya adalah menggunakan kekuatan yang dia miliki. Tinggal satu karyawan—Febi. Di antara semuanya, Febilah yang paling parah cideranya. Punggungnya terbakar dan patah karena tertimpa balok kayu. Dia sekarang sedang dioperasi. Sudah dua jam, dokter belum juga keluar. Ani memutuskan untuk menunggu saja, agar bisa langsung melakukan tugasnya. Dua jam kemudian dokter keluar. Dokter mengatakan operasi berjalan lancar, namun Febi belum bisa untuk dijenguk. Febi harus dipindahkan ke ruang perawatan intensif terlebih dahulu. Adi menyetujuinya. Itu tidak masalah, dia bisa menghilang, membawa Ani masuk ke dalam sana, hanya tinggal memastikan situasi aman saja, maka semua akan terjadi sesuai rencana. Setelah Febi dipindahkan ke ruang perawatan intensif, dan memastikan situasi aman, Adi menjalankan rencananya. Dia memegang tangan Ani, menghilang, muncul di dalam ruang perawatan. Tanpa membuang waktu, Ani langsung menyentuh tangan Febi, menghilangkan memorinya di bagian kebakaran saat diselamatkan Adi. Lima menit, selesai. Adi menghilang, langsung muncul di rumah. Saat muncul di rumah, Farhan, Bayu, dan Ryan ada di dapur. Mereka menanyai dari mana Adi dan Ani. Adi menjelaskan apa yang terjadi. Penjelasan Adi mudah untuk dipercaya karena baju Adi juga lusuh dan banyak bercak hitam. Ani menyuruh Adi untuk membersihkan diri. Ani melanjutkan kegiatan memasaknya yang tertunda. Akibatnya, makan malam juga jadi ikut terlambat. Makan malam yang biasa diadakan pukul 7, menjadi pukul 11 malam karena empat jam terpakai di rumah sakit tadi. __00__ Esok paginya Ryan bangun pukul 06.00 pagi. Bayu sudah bersiap memakai pakaian sekolah. Setelah makan malam, Ryan tertidur di kamar Bayu saat sedang membaca novel. Karena Ryan tidur di sana, maka Farhan tidur di kamar Ryan. Ryan langsung mandi, lalu bergabung di meja makan. Adi tidak ada, sepertinya dia kecapekan karena menyelamatkan karyawannya kemarin. Ryan sempat mengeluh, semoga saja agenda latihannya hari ini tidak terganggu. Setelah makan Adi juga belum keluar dari kamarnya. Ryan memutuskan untuk menunggu di ruang tengah sembari membaca novel. Setengah jam berlalu, Ryan menatap pintu kamar pamannya, belum terbuka juga. Kelihatannya Adi benar-benar kelelahan. Tentu saja, dia harus bolak balik menghilang, muncul lagi. Toko Adi terdiri dari tiga tingkat, masing-masing karyawan memiliki posnya sendiri, jadi Adi harus menguras banyak tenaganya untuk menyelamatkan mereka semua. Satu jam lagi berlalu. Adi keluar kamar. Matanya masih sipit, dia baru saja bangun. Adi berjalan menuju dapur, menuangkan air ke dalam gelas, menarik kursi, meminum air tersebut. Ryan menghela napas. Dari apa yang dia lihat, sepetinya latihan hari ini akan ditunda karena kondisi Adi tidak fit sepeti biasa. “Ryan,” Adi memanggil dari dapur. Ryan menutup novelnya, berjalan menuju dapur memenuhi panggilan Adi. Adi tersenyum. Kali ini matanya sudah tidak sipit seperti tadi saat bangun tidur. “Tenang saja, kita akan latihan hari ini.” Ryan langsung bersemangat. Dia tadi mengira tidak akan latihan, ternyata salah. “Baik, Paman.” __00__ Sesuai rencana, latihan sebentar lagi akan diadakan. Farhan, Adi, dan Ryan sudah berada di kolam di dalam gundukan tanah. Sebelum latihan dimulai, Farhan menceritakan tentang Ryan yang bisa bernapas di dalam air dan juga tidak basah saat menceburkan diri ke dalam kolam. Tentu saja itu kabar yang menyenangkan. Semakin hari kekuatan Ryan semakin menunjukkan kemajuan pesat. Beragam kekuatan muncul, dan itu akan membuat Ryan semakin kuat. Sekarang, Ryan hanya tinggal memainkan imajinasinya saja, lalu dia bisa melakukan apa pun dengan cincin berlian itu. Sesuai dengan yang Adi katakan kemarin, hari ini dia akan melatih kegesitan dan ketepatan Ryan dalam menggunakan kekuatannya. “Apa? Bertarung melawan Paman?” Ryan menggeleng tidak setuju. Tentu dia tidak bisa melakukan itu. “Iya. Kenapa?” Adi merasa tidak ada yang salah dengan idenya. Justru itu adalah pilihan yang paling tepat untuk melatih Ryan. Cara seperti itu akan menguatkan insting bertarung Ryan. “Tidak ada salahnya, Ryan.” Farhan setuju dengan ide Adi. Dengan Ryan bertarung melawan pamannya, maka dia akan bisa mengoptimalkan kekuatan yang dia miliki. “Tapi…,” Adi berusaha meyakinkan Ryan bahwa tidak akan terjadi apa-apa. Adi hanya ingin menguatkan insting bertarung keponakannya. Akhirnya Ryan bersedia bertarung bersama pamannya. Tanpa memberi aba-aba, Adi menghilang, lalu muncul di depan Ryan. Dalam jarak tiga puluh centimeter, tangan Adi sudah terbungkus tanah mengikuti bentuk tangannya siap melayangkan pukulan ke wajah Ryan. Ryan menjentikan jarinya. Tameng tanah menghalangi tubuhnya, pukulan Adi mengenai tameng tanah itu. Ryan sengaja membuat tameng yang sekali pukul hancur. Saat tameng itu hancur, Adi kaget melihat Ryan tidak ada di tempat. Ketika dia berbalik arah, Ryan bersiap membalas pukulan pamannya. Ryan melayangkan pukulan yang sama, dengan tangan juga terbungkus tanah. Adi tersenyum sungging, dia menahan tangan Ryan. Dum! Tubuh Ryan dan tubuh Adi terguncang. Wajah Ryan sedikit mengiris mendorong tangannya ke depan. “Lebih kuat lagi, Ryan.” Adi mencengkram tangan Ryan. Sarung tangan tanah Ryan hancur. Nyaris sedikit lagi tangan kosong Ryan tergenggam kepalan tangan tanah Adi, Ryan menghilang. Adi tersenyum. Gerakan Ryan sudah akurat dan cepat. Selama lima belas detik situasi lengang. Ryan belum menampakkan dirinya. Seolah bisa membaca gerakan Ryan, Adi menghentakkan kakinya ke tanah. Gundukan tanah melindungi tubuhnya. Terdengar bunyi dentuman yang cukup kuat. Sudut bibir Adi terangkat sebelah. Ternyata insting bertarungnya masih kuat. Dia masih bisa membaca gerakan lawan. Ryan ternyata berniat menyerang dalam keadaan menghilang. Hantaman pukulannya mengenai gundukan tanah Adi. Ryan muncul. Dia mengembus tangannya yang terasa sakit. Ryan tidak mengira kalau Adi akan berlindung di gundukan tanah. Gundukan tanah yang Adi munculkan cukup tebal, sehingga wajar saja Ryan yang tanpa persiapan kesakitan di bagian tangannya. Adi menghentakkan kaki, gundukan tanah menghilang. Adi sedikit geli melihat Ryan yang kesakitan. “Gunakan insting bertarungmu, Ryan.” Adi menghentakkan kakinya. Tiang muncul, menghantam d**a Ryan. Tubuh Ryan terpental ke atas kencang sekali. Ryan tertawa. Dia sempat menggunakan sarung tangan tanah untuk mencegah tiang tanah itu menghantam tubuhnya langsung. Dia sengaja menerima pukulan itu agar terpelanting ke udara. Tangan Ryan bercahaya, dia mengarahkan tangan ke air kolam. Naga air berukuran panjang 20 meter dengan diameter tubuh 2 meter terbang mengambil tubuh Ryan. Ryan terbang di punggung naga air itu. Adi tersenyum. Ini akan menyenangkan. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD