Bab 31. Biawak raksasa

1485 Words
Ryan meletakkan balok es berisi biawak raksasa itu di bawah gubuk. Adi menatap biawak itu marah. Inilah penyebab kenapa ikan-ikan di dalam kolamnya habis, ternyata semuanya disantap oleh biawak itu. Adi juga marah karena kakinya hampir saja putuh olehnya. Bayu bertanya bagaimana bisa ada biawak yang mencapai ukuran sebesar itu. Adi mengatakan itu tidak mengherankan. Biawak air memang bisa hidup sampai tiga meter panjangnya. Biawak yang sekarang ada bersama mereka kurang lebih berukuran dua meter. Setelah berdiskusi, Adi memutuskan untuk menelpon otoritas satwa liar agar biawak tersebut diamankan. Bayu memastikan tidak ada siapa pun yang melihat mereka membawa biawak tersebut dalam keadaan beku. Ryan menggunakan kekuatannya, menyeret biawak itu dengan ujung tangannya sampai di rumah. Bayu mengambil alih tugas. Dia memunculkan sebuah kandang besi yang bisa mengurung biawak tersebut. Setelah biawak dimasukkan ke dalam kandang, Ryan mengarahkan jari telunjuknya ke balok es, dua detik, balok es itu mencair. Biawak tersebut langsung menabrak-nabrak kandang, berusaha ingin melepaskan diri. Mendengar suara keributan di belakang rumah, Ani keluar untuk melihat. Dia terkejut ketika melihat biawak seukuran itu. Adi menceritakan apa yang terjadi di kolam dan juga memberitahu kalau ikan-ikan di kolam habis. Setelah ditelepon, setengah jam kemudian petugas datang untuk mengamankan biawak raksasa itu. Para tetangga datang untuk sekedar melihat dan mengambil gambar. Tentu saja pemandangan seperti itu jarang dilihat. Para tetangga pun pulang setelah biawak dipindahkan. Mereka juga bersyukur biawak itu ditangkap cepat. Mereka bersyukur karena kalau sampai biawak itu tidak tertangkap, mungkin ternak mereka akan terancam. __00__ Selesai mandi, Ryan memutuskan untuk melanjutkan membaca novel lanjutan Negeri di Ujung Tanduk. Novel itu adalah seri kedua. Lanjutannya berjudul Pulang. Baru saja membuka halaman pertama Adi memanggilnya. Ryan menunda aktivitas membacanya, dia memenuhi panggilan pamannya. “Apakah kamu mau latihan hari ini?” Adi bertanya. Dia tengah duduk di ruang tengah. Asap kopi hangat terlihat mengambang di udara. “Tentu saja, Paman!” Ryan terlihat bersemangat. Dia memang berharap secepat mungkin bisa menguasai seluruh elemen kekuatan Negeri Zalaraya. “Setelah paman menghabiskan kopi ini, kita latihan.” Ryan mengepalkan tangannya seraya berkata, “Yes!” Dia kembali ke kamar, bersamangat sekali. Farhan baru selesai mandi. Dia masuk ke dalam kamar. Melihat Ryan kegirangan seperti itu membuatnya bertanya. Tidak biasanya Ryan segirang itu. “Kamu kenapa, Yan?” tanya Farhan. “Tidak ada. Aku hanya bersemangat sekali untuk latihan.” Ini adalah latihan kedua, namun semangat yang Ryan rasakan melebihih semangat latihan di hari pertamanya. Ryan juga tidak tahu kenapa. Tapi yang pasti, Ryan ingin secepatnya bisa menguasai seluruh elemen kekuatan Negeri Zalaraya secepat mungkin. Bukankah ada pepatah yang mengatakan; lebih cepat lebih baik. Situasi juga menuntut Ryan untuk berpikiran seperti itu. Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Salah satunya bagaimana bisa Penyihir Hyunfi bolak-balik datang ke bumi. Itu yang sekarang menjadi titik fokus mereka semua. Bi Narti yang biasanya menjadi sumber pengetahuan mereka tidak mengetahui hal itu, lantas pada siapa mereka bertanya. Ryan juga kehilangan tempat bertanyanya. Rangga dan Riana juga entah bagaimana kabarnya. Tiba-tiba Ryan teringat mereka berdua. Semoga saja Riana sudah sembuh, karena mereka kembali ke Negeri Zalaraya adalah untuk mengobati Riana. Adi sudah selesai meminum kopinya. Dia memanggil Ryan, mengajak ke tempat latihan. Ani dan Bayu memilih untuk tinggal di rumah, sedangkan Farhan memilih untuk ikut melihat Ryan latihan. Sampai di ruang bawah tanah, Ryan menghentakkan kakinya—membuat kursi tanah untuk tempat duduk Ryan. Latihan kali ini adalah kekuatan air. Adi sengaja membawa satu botol air mineral dari atas. Dia menggunakan air itu sebagai alat untuk membantu Ryan. “Paman rasa kamu tidak akan butuh waktu yang lama untuk menguasai elemen air ini, Ryan,” Adi mengutarakan argument-nya. Ryan mengepalkan tangan. “Semoga apa yang Paman katakan benar.” Adi membuka tutup botol, menumpahkan air ke tanah. Ryan mengarahkan tangannya ke air, membalikkan telapak tangan menjadi menghadap ke atas. Sangat menakjubkan. Airnya tidak tumpah ke tanah, melainkan ikut naik, mengikuti Gerakan tangan Ryan. Farhan terkejut. Itu luar biasa sekali. Ryan tidak membutuhkan latihan. Lihat. Ryan langsung bisa menggunakan kekuatan air. “Paman sudah menduganya. Kamu bisa membekukan air, Ryan. Otomatis untuk hal kecil semacam ini kamu pasti bisa,” Adi tersenyum bangga melihat kemajuan pesat keponakannya. “Sepertinya untuk memaksimalkan kekuatan airmu, kita tidak bisa latihan di sini. Kamu memerlukan air yang lebih banyak untuk mengeksplorasi kekuatanmu.” Farhan setuju dengan apa yang Adi katakana. Ryan juga, dia merasa itu ide bagus. Tiba di kolam, Adi menghentakkan kakinya. Kurungan tanah mengelilingi mereka dan juga kolam ikan. Tingginya ke langit-langit mencapai lima puluh meter. Adi menepukkan tangannya, seketika tempat mereka menyala. “Apakah tidak ada yang melihat kurungan tanah ini dari luar, Paman?” tanya Ryan memperhatikan sekitar. Bagaimana jika ada yang melihat kurungan tanah setinggi ini di luar sana. “Kamu tenang saja, Ryan. Paman membuat ini transparan. Mereka yang di luar melihat seperti tidak terjadi apa-apa.” Ryan mengangguk. Dia lupa kalau pamannya ini memiliki kekuatan gabungan sama seperti anaknya—Bayu. Adi menguasai kekuatan tanah, memunculkan benda, dan satu lagi masih belum disadari Ryan. Ryan mengangkat tangannya. Dia membayangkan seekor naga di kepalanya. Seperti apa yang dia pikirkan, naga air muncul dari dalam kolam. Naga air berukuran panjang 20 meter dan diameter tiga meter terbang melingkar di atas mereka. Adi dan Farhan menatap takjub. Lihat. Bukankah kemajuan Ryan semakin pesat. Dalam sekejab dia sudah bisa membuat naga dari air. Ryan tersenyum. Sambil terus menyuruh naga air itu bergerak, Ryan akhirnya tahu di mana kunci kekuatan miliknya. Belum semua dia coba memang, tapi Ryan adalah ahlinya dalam mencari hipotesis. Saat ini hipotesis Ryan adalah, dia hanya tinggal membayangkan sesuatu di benaknya, lalu cincin di jari manisnya akan menyala, kemudian Ryan tinggal mengarahkan tangannya ke objek, maka akan muncul atau terbentuklah apa yang dia inginkan. Ryan mencobanya lagi. Dia mengepalkan tangannya—membayangkan naga air itu berubah menjadi unicorn. Berhasil. Naga itu langsung berubah wujud menjadi unicorn persis seperti apa yang Ryan bayangkan. Farhan nyaris tidak bisa membuka mulutnya karena saking kagetnya dengan kekuatan Ryan. Itu sangat fantastis menurutnya. Adi geleng-geleng kepala melihat itu. Dia yakin dengan adanya Ryan bersama mereka, mereka akan bisa dengan mudah kembali merebut tahta. Meskipun demikian, mereka harus tetap waspada karena apa pun bisa terjadi. Ryan mengepalkan tangannya, unicorn air itu masuk kembali ke dalam air, menyatu dengan air kolam. Ryan tidak bisa mengutarakan bagaimana senangnya dia bisa menggunakan kekuatan air sekarang. Dia masih tidak sabar bisa membuat apalagi dengan cincin berlian yang ada di tangannya. Baiklah. Sekarang tugas Adi sudah berubah. Tugasnya adalah mengajari Ryan bagaimana mengontrol kekuatannya. “Jika kamu bisa melalukan apa pun dengan cincin itu, maka latihanmu sekarang adalah ketepatan.” Tiba-tiba ponsel Adi berdering. Adi segera mengangkat telepon. Setelah bercakap-cakap selama sepuluh menit Adi berkata, “Sayangnya kita tidak bisa latihan hari ini, Ryan. Ada hal yang harus paman urus.” Ryan mengangguk. “Baiklah, Paman. Kita bisa latihan esok hari.” Adi setuju. Dia berpamitan dengan Ryan dan Farhan. Sebelum berangkat, Adi menghentakkan kakinya, memasukkan kembali kurungan ke dalam tanah. Adi langsung berangkat ke tempat tujuan, Ryan dan Farhan kembali ke rumah. __00__ Entah ada angin dari mana, tiba-tiba Ryan memikirkan hal yang sangat aneh. Dia terpikirkan untuk memeriksa apakah benar ikan di kolam pamannya itu sudah habis dimakan biawak. Setelah mengutarakan pikirkan anehnya itu kepada Farhan, justru dia bukannya malah menganggap itu aneh, Farhan malah menyruh Ryan untuk melakukan itu. Tanpa membuang waktu, Ryan langsung menceburkan diri ke dalam kolam. Ryan menahan napasnya. Air di kolam pamannya itu cenderung menghitam, karena memang biasanya kolam ikan nila seperti itu. Anehnya, Ryan sama sekali tidak kesulitan melihat. Dia bisa melihat dengan jelas rumput di dinding kolam, lumpur, dan ikan-ikan kecil yang berenang ke sana kemari. Tanpa Ryan sadari, dia bisa bernapas di dalam air. Ryan menimbulkan kepalanya. “Bagaimana?” tanya Farhan di bibir kolam. “Sebentar.” Ryan kembali masuk ke dalam. Kali ini dia tidak lagi menahan napasnya. Dia mencoba biasa saja. Benar. Ryan bisa bernapas di dalam air. Ini sungguh luar biasa. Dia berenang menyusuri kolam. Tidak ada ikan-ikan yang berukuran besar terlihat. Ryan hanya melihat sedikit ikan-ikan berukuran sejari kelingkingnya, masih bayi. Ternyata benar. Ikan-ikan di kolam pamannya sudah habis disantap biawak tadi. Entah berapa lama biawak itu sudah bersarang di kolam ini. Ryan merasa bersyukur karena dia bisa melihat biawak itu tepat waktu. Para tetangga benar, kalau biawak itu terlambat ditangkap, maka hewan ternak mereka seperti: ayam, angsa, bebek, kambing, bahkan sapi pun bisa menjadi incaran biawak itu. Ryan keluar. Dia mengatakan kalau ikan-ikan di kolam pamannya sudah habis. Ryan naik ke permukaan. Farhan menatapnya sambil menganga. “Ryan?” Ryan kebingungan menatap wajah Farhan. “Kenapa?” Farhan menyuruh Ryan berputar. Dilihatnya tubuh Ryan dari atas ke bawah. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, tubuhnya sama sekali tidak ada yang basah. Bahkan ujung rambutnya tidak ada setetes air pun. Farhan tidak menyangka akan menyaksikan hal ini. “Aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi.” Ryan pun keheranan. Dia sama sekali tidak membayangkan kalau ingin tidak basah. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD