Bab 23. Kisah

1546 Words
“Tepat 10.000 tahun yang lalu, hal semacam ini pernah terjadi. Seorang pemuda di pedalaman Negeri Zalaraya datang ke Istana menuntun untuk dijadikan raja. Pengawal kerajaan yang berjaga di pintu masuk saat itu tertawa mendengarnya. Bagaimana mungkin penduduk pedalaman tiba-tiba datang lalu minta untuk dijadikan raja. Tidak terima ditertawakan seperti itu, pemuda tersebut menyentuh pundak dua penjaga. Perlahan tubuh mereka mengeras, lalu berubah menjadi batu. “Tidak butuh waktu lama, berita itu tersebar hingga ke seluruh penjuru Negeri Zalaraya. Para petarung terhebat kerajaan pun kebingungan dengan apa yang terjadi. Belum pernah mereka melihat seseorang memiliki kekuatan semacam itu. Raja yang memimpin kerajaan saat itu meminta para pengawal untuk memanggilnya. Setibanya pemuda itu di sana, dia sama sekali tidak ingin menundukkan tubuhnya memberikan penghormatan kepada sang Raja.” Adi dan Ani saling tatap. Mereka seperti pernah mendengar kisah ini. “Raja saat itu tidak marah. Dia justru tertawa, lalu turun dari singgasana, memeluk pemuda tersebut.” Farhan bertanya, “Bagaimana itu bisa terjadi?” Bi Narti tersenyum. “Dia adalah anak dari Raja yang selama ini dicari. Setelah itu, Raja mengumumkan bahwa pemuda itu adalah anaknya. Satu Negeri saat itu heboh. Mereka tidak pernah tahu kapan sang Raja menikah, lalu bagaimana bisa tiba-tiba Raja memiliki anak? Rakyat berkumpul di depan istana menuntut kebenaran yang selama ini disembunyikan oleh sang Raja. Raja tidak bersembunyi, dia memenuhi tuntutan rakyatnya. Raja menjelaskan kepada rakyatnya bahwa ternyata dia telah menikah dengan seorang rakyat biasa. Saat istrinya melahirkan ada sebuah peristiwa yang sangat dahsyat. Badai petir, angin kencang, gempa bumi melanda Negeri Zalaraya saat itu. “Sebuah angin p****g beliung besar membawa anak Raja pergi. Seluruh pengawal kerajaan ditugaskan untuk mencari di mana putra Raja. Istri Raja meninggal setelah melahirkan. Sejak saat itu Raja selalu menunggu kapan anaknya akan datang kembali.” “Bukankah ini dongeng Gunfrenta?” tanya Ani. Bi Narti mengangguk. “Benar. Gunfrenta bukan dongeng seperti yang selama ini kalian dengar, Adi, Ani. Orang tua kalian pasti selalu menceritakan dongeng ini sebelum tidur, bukan?” Bi Narti menggeleng. “Ini sungguhan. Nyata.” “Lantas apa yang terjadi dengan Gunfrenta?” Kali ini Bayu yang bertanya—penasaran dengan kelanjutannya. “Gunfrenta mewarisi sifat sang Raja. Di umurnya yang baru menginjak 17 tahun saat itu, dia menjadi Raja. Rakyat senang dengan kepemimpinan Gunfrenta. Selain itu, Gunfrenta lah yang mewariskan kekuatan yang kalian miliki sekarang ini. Sebelum hadirnya Gunfrenta, tidak seorang pun memiliki kekuatan seperti kalian ini. Semua bertarung menggunakan tenaga. Hadirnya Gunfrenta membawa perubahan dan kemajuan di Negeri Zalaraya. “Menyadari bahwa akan ada orang jahat yang nantinya akan menyalahgunakan kekuatan, Gunfrenta membuat sebuah alat pusaka untuk menyimpan semua kekuatannya. Sejak awal aku sudah curiga dengan berlian yang ada di tangan Ryan. Aku rasa berlian itulah pusaka yang Gunfrenta buat.” “Benarkah?” Adi kagum. “Kalau begitu-” “Lebih tepatnya kekuatan berlian itu menemukan orang yang tepat. Itu kenapa kekuatan yang ada di dalam berlian itu masuk ke tubuh Ryan dan memaksa untuk keluar secara bersamaan. Ryan kaget, tubuhnya belum siap untuk menerima kekuatan dahsyat itu.” “Apakah dengan adanya berlian itu kita bisa mengalahkan penyihir Hyunfi?” Bayu bertanya. “Seperti yang aku katakan tadi, butuh waktu yang lama untuk menyesuaikan antara kekuatan dan emosi dalam diri Ryan. Setiap kekuatan akan menjadi efisien jika bisa menyatu dengan penggunanya,” terang Bi Narti Adi mengangguk setuju, begitu juga dengan Ani. Apa yang Bi Narti katakan benar adanya. Kekuatan akan semakin menjadi efisien jika berhasil menjadi klop. Mereka berdua sudah merasakan hal itu. Bi Narti berpamitan. Bi Narti mengatakan bahwa Ryan hanya perlu istirahat saja, semua akan kembali seperti sedia kala. Adi juga sempat menyakan, apakah Ryan sudah bisa mulai latihan besok atau tidak. Bi Narti membolehkan, namun dengan syarat jangan terlalu memaksakan. Kekuatan dalam cincin itu tidak ada yang tahu bagaimana dahsyatnya. Adi dan Ani mengantarkan sampai ke teras rumah. Bi Narti menangkat tangan, mengarahkan ke depan. Portal berwarna hijau muncul hingga seukuran orang dewasa. Dia berpamitan sekali lagi, lalu lenyap bersama portal hijau itu. Di kamar, Farhan sudah lega. Dia bersyukur tidak terjadi apa-apa dengan Ryan. Rasa khawatirnya juga perlahan hilang. Bayu sudah bergantian kembali mengompres Ryan. Suhu tubuhnya masih panas, tapi tidak seperti tadi. Suhu tubuh Ryan sekarang menyentuh angka 40. Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Bayu menguap. Farhan menyuruhnya untuk tidur saja, karena besok dia juga harus sekolah. Bayu mengiyakan. Karena kamarnya sedang dipakai, Bayu tidur di kamar yang pintunya sudah lepas dibuat Ryan. Farhan duduk di sebelah Ryan, menatapnya. Dia mengecek suhu tubuh Ryan. Sudah sedikit berkurang. Bi Narti tadi mengatakan kalau suhu tubuhnya Ryan akan berangsur normal. Dia butuh istirahat yang cukup untuk itu. Farhan menguap. Sudah satu jam berlalu. Dia juga butuh istirahat. Dengan posisi duduk bersandar, Farhan menutup matanya, tidur. __00__ Ryan membuka matanya perlahan. Keadaan kamar remang-remang. Hanya ada cahaya yang berasal dari lampu belajar milik Bayu. Dia menoleh, Farhan duduk di sampingnya—bersandar—memejamkan mata. Ryan duduk. Kepalanya terasa sedikit pusing. Farhan terbangun merasa ada Gerakan. “Kamu sudah bangun, Yan?” tanyanya dengan mata sipit—berusaha mengunpulkan kesadaran. “Sejak kapan aku tidur?” Farhan membenarkan posisi duduknya. “Sehabis makan malam.” Ryan hendak turun. “Kamu mau ke mana?” “Aku mau ke kamar mandi.” Sebelum Ryan turun dari tempat tidur, pintu kamar terbuka. Bi Ani muncul sudah menggunakan celemek. “Segera turun ke bawah, kita sarapan.” “Baik, Bi,” Farhan yang menjawab. Keluar dari kamar mandi, Ryan melihat jam. Pukul 6 pagi. Kalau dia tidur setelah makan malam, kenapa baru bangun jam segini kepalanya terasa pusing? Atau gara-gara dia tidur terlalu lama? Ryan dan Farhan bergabung di meja makan, tidak dengan Bayu. Bayu sudah pergi lebih dulu ke sekolah karena ada keperluan mendadak. Menu sarapan pagi hari ini adalah bubur ayam. Ryan makan perlahan karena sambil menahan rasa pusing di kepalanya yang semakin terasa. Farhan jangan ditanya lagi. Dia sudah masuk ke ronde kedua. Si Perut Karet itu memang jagonya makan. Ani menanyakan bagaimana kondisi Ryan. Ryan menjawab baik-baik saja tapi wajahnya meringis menahan sakit. Jika dilihat, sepertinya Ryan melupakan kejadian saat dia memukul pintu hingga terlepas dari engselnya. Juga melupakan apa yang terjadi sebelum dan setelah itu. Adi dan Ani bertukar pandang. Mereka sepakat untuk membiarkan saja hal itu berjalan sebagaimana mestinya. Sebelum berpamitan tadi malam, Bi Narti mengatakan bahwa Ryan akan berangsur pulih, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Lima belas menit, sesi sarapan pagi selesai. Ryan terhuyung saat berdiri. Farhan membantunya berjalan menuju kamar. Seperti biasa, Ryan menawarkan diri lagi untuk membantu Ani membereskan meja makan, dan ditolak lagi oleh Ani. Melihat kondisi Ryan yang kurang fit seperti itu, lebih baik menyuruhnya untuk istirahat ketimbang membantu membereskan meja dan cucian piring kotor. Adi yang membantu Ani. Dia mengangkat semua piring kotor ke tempat cucian. Ani mencuci semuanya. “Bagaimana kalau aku mengobatinya?” Adi mengangguk—setuju. Ryan belum fit. Dia tidak bisa berlatih dalam kondisi seperti itu. Tapi kalau tidak segera latihan maka akan semakin banyak waktu yang terbuang. Mereka harus segera bersiap. “Setelah selesai mencuci piring, aku akan mengobatinya, agar bisa segera latihan.” Itu tindakan yang tepat. Semakin lama Ryan sembuh, maka artinya akan semakin lama waktu yang terbuang, sedangkan seharusnya sudah digunakan untuk latihan. Setelah mendengarkan kisah yang Bi Narti ceritakan, membuat Adi jadi tahu apa alasan kenapa Penyihir Hyunfi mengawasi Ryan. Berlian itu menjadi alasan kenapa Penyihir Hyunfi mengawasi Ryan. Dia ingin mengambil berlian itu. Sudah lama sekali sejak dia menunggu berlian itu muncul, lalu ketika berlian itu sudah datang ke tangan Ryan, barulah penyihir Hyunfi menampakkan diri. Sampai saat ini Adi belum menemukan jawaban bagaimana bisa Penyihir Hyunfi datang ke bumi. Tidak ada yang bisa membuka portal menuju dunia lain kecuali Buku Bulan dan Buku Matahari—dan buku ini hanya bisa membuka portal saat gerhana matahari setiap seratus tahun sekali. Itu terjadi beberapa hari yang lalu seharusnya. Sedangkan perkiraan, Penyihir Hyunfi sudah lama mengawasi Ryan. Ini masih menjadi misteri bagi mereka. Oleh karena ini, Penyihir Hyunfi bisa datang kapan saja. Jika Ryan tidak kunjung berlatih, maka mereka dalam bahaya. Ani harus segera mengobati Ryan. Usai mencuci piring, seperti perkataannya tadi, Ani pergi ke kamar untuk mengobati Ryan. Adi juga ikut. Tiba di sana, Ryan sudah tertidur. Itu ide bagus. Jika Ryan tidur seperti itu, maka pengobatan Ani akan berjalan lebih cepat. Setelah menyuruh Farhan untuk turun, Ani naik ke atas kasur, duduk di sebelah Ryan—menggantikan posisi Farhan tadi. Dia mengambil tangan Ryan, memeriksa nadinya. Setelah ditemukan, Ani memejamkan mata. Tak lama, tangan Ani mengeluarkan cahaya, semakin lama semakin terang. Wajah Ryan yang semula kelihatan pucat berangsur segar. Deru napas Ryan terdengar lebih halus dan juga tenang. Kehebatan Ani tidak bisa dipungkiri. Meskipun sudah berada cukup lama di Bumi, kekuatannya justru semakin matang dan hebat sekarang. Adi tersenyum, senang melihat kemajuan istrinya. Adi juga senang melihat Ryan yang sebentar lagi akan kembali fit. Latihan harus segera dilakukan, jika mereka tidak mau kecolongan. Sesuai janjinya pada Riana dan Rangga, Adi akan melatih Ryan sekuat dan sebisanya. Bukan sekedar berjanji kepada mereka berdua, harapan para penduduk Negeri Zalaraya secara tidak langsung juga berada di pundak Adi. Mereka yang selama ini disiksa oleh Nevard—rakyat-rakyat Negeri Zalaraya menantikan kapan pemimpin mereka akan muncul itu menyelamatkan mereka. Semua menantikan itu. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD