Kekasih Hanie

1197 Words
"Om, aku pamit dulu ya. Soalnya baru ingat kalau ada janji dengan klien sore ini," ucap Hanie dengan nada biasa, menyembunyikan ketegangan yang ia rasakan. Bagaimana mungkin Hanie dapat berjumpa dengan Harlan-kekasihnya saat ini. Karena setahunya, Harlan sedang berada di Kalimantan dalam waktu setahun untuk mengembangkan bisnis propertinya. "Om juga mau balik ke kantor, ada meeting dengan investor dari Kalimantan jam 4 sore." Hanie hanya dapat menelan saliva dengan kasar saat mendengarnya. Setahunya, salah satu grup perusahaan Andri bergerak di bidang properti dan mendengar kata customer yang berasal dari Kalimantan membuat Hanie memiliki dugaan jika Harlan adalah sang investor itu. "Kalau begitu aku permisi dulu Om, sampai sampai ketemu lagi." Hanie segera mengambil langkah seribu agar tidak berpapasan dengan sang kekasih. Hanie memilih berpacaran dengan Harlan demi untuk mengubur rasa cintanya kepada Yudistira. Tidak mungkin dia merebut pacar sang kakak, meskipun Hanie mencintai Yudistira dari awal pertemuan mereka. Yudistira yang memiliki aura ceria dan penyayang kepada anak kecil membuat Hanie berdebar saat berdekatan dengan kekasih Hanna. Tadinya Hanie mengira rasa cintanya akan menghilang jika memiliki pacar. karena itu saat usia pernikahan Yudistira dan Hanna menginjak setahun, Hanie menerima pernyataan cinta dari adik pria pengantin wanita yang menjahit baju seragam keluarga di butiknya. Cara yang dipilih oleh Hanie cukup membuatnya melupakan rasa cintanya kepada Yudistira. Bahkan wanita itu rela menyerahkan kegadisannya kepada Harlan dan keduanya kerap melewati malam-malam yang menggairahkan. Hanie pun mengakui jika Harlan adalah pria baik yang mengutamakan dirinya. Rencana Hanie memperkenalkan Harlan kepada kedua orangtuanya sudah di depan mata, bahkan pria itu sudah melamarnya secara pribadi. Namun insiden Hanna yang masuk rumah sakit karena pendarahan merubah rencananya. Dan saat para dokter menyatakan jika sang kakak sudah meninggal, hal itu kembali dengan memantik harapan Hanie untuk menikah dengan Yudistira. "Aku tidak akan membiarkan Harlan merusak rencanaku," gumam Hanie saat sudah berada di dalam mobilnya. *** "Mau apa lagi kamu datang ke mari? Belum cukup kamu menyakiti hati Vidya," tanya Yudistira dengan ketus. "Aku ke mari untuk menjenguk Mas Yudis," jawab Hanie setelah meletakkan parcel berisi buah-buahan. "Enggak kreatif banget sih parselnya. Perasaan waktu itu Tante juga bawa parsel buah," celetukan Vidya yang tiba-tiba membuat wajah Hanie merah akibat malu. "Setidaknya buah-buahan ini lebih banyak manfaatnya daripada cabe-cabean kecil," balas Hanie itu tidak kalah sengit. ''Kalau gitu Tante bisa cepat pergi 'kan? Aku mau istirahat soalnya,'' ucap Vidya yang tidak mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. Sejak suster yang berjaga di ruangannya berkata jika ada banyak pilihan game yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan Vidya, gadis itu terus mencari beberapa game yang sekiranya dapat menjadi hiburan saat dirinya masih harus bed rest selama 2 minggu ke depan. "Dasar bocah ini, enggak ada sopan santunnya saat berbicara dengan orang yang lebih tua. Mau aku pukul tanganmu karena enggak lihat lawan bicaramu?" tanya Hanie dengan menggeram kasar. "Sopan itu juga tergantung siapa orangnya, Tante saja menghina dan menyindir aku habis-habisan setelah pemakaman Papa. Kenapa aku tidak boleh melakukan hal yang sama? Lagian siapa Tante mau memukul tanganku sembarangan," balas Vidya dengan nada yang agak tinggi. ''Hanie, cepat pergi. Jika kamu datang hanya untuk bertengkar dengan Vidya, lebih baik besok-besok kamu tidak perlu menjenguk kami," ucap Yudistira yang mulai merasa jengah akan kelakuan Hanie. Padahal Vidya sudah lebih tenang dibandingkan hari kemarin, sekarang Hanie datang dan kembali memancing amarah Vidya. Rasanya Yudistira tidak dapat menerimanya. "Ckckck, sejak kapan Mas Yudis memperhatikan gadis rendahan yang kampungan ini!" komentar itu membuat Yudistira menjadi geram, secara tidak langsung Hanie menganggapnya sebagai orang kampung karena telah memilih Vidya. "Hanie ... Cepat pergi dari sini sebelum kesabaranku habis," ucap Yudistira dengan nada dingin dan membuat Hanie gemetar. Tanpa banyak bicara, wanita itu segera meninggalkan ruangan rawat keduanya disertai dengan suara hak sepatu yang beradu dengan lantai. "Wanita itu benar-benar membuat kesabaranku habis, Om," ucap Vidya sembari memainkan game mewarnai gambar. "Padahal seingat Om, Hanie bukan orang nyinyir. Kenapa sekarang dia berubah ya?" ucap Yudistira dengan tangan kanan yang bengkak akibat posisi jarum infus yang bergeser. Karena wajahnya sudah tidak terlalu pucat, dokter ke akhirnya memutuskan untuk menghentikan pemberian cairan infus. "Om serius enggak tahu atau pura-pura bego? Sejak awal kami bertemu Tante girang itu udah sinis dan jutek sama aku," celetuk Vidya dengan sinis. "Om benar-benar enggak tahu, Vidya, beneran deh," ucap Yudistira dengan nada yang dibuat imut, Vidya yang melihatnya sampai merinding. "Om sumpah deh jangan sok imut kayak gitu, aku geli campur merinding lihatnya," ucap Vidya dengan nada merajuk. Yudistira mengulas senyum tipis, setidaknya Vidya sudah mau berbicara lebih santai kepada dirinya. Jujur saja, dia merasa tidak nyaman selama sebulan terakhir ini. Malam yang panas itu telah merubah hubungan mereka berdua menjadi canggung. ''Kenapa Om senyum-senyum sendiri kayak orang stress?'' ucap Vidya galak, merasa Yudistira mempermainkannya. "Om baru sadar kalau kamu ini cantik, aduh ke mana yah mata Om selama ini.'' Vidya terkejut saat mendengar gombalan yang keluar dari mulut Yudistira. ''Om Yudis jadi aneh, udah ah aku mau tidur aja,'' ucap Vidya yang setelahnya menutup tubuh dengan selimut, jantungnya berdebar kencang. "Vidya cantik," goda Yudistira. "Udah deh Om jangan ngeledek terus," sahut Vidya yang malu bercampur kesal. *** Hanie ternyata tidak menyerah, kali ini dia datang dengan membawa sekotak pizza ukuran besar. Baik Yudistira maupun Vidya hanya dapat menghela napas saat melihat sifat keras kepala wanita yang berusia 35 tahun itu. Rianti yang hari ini kebetulan dapat menjaga keduanya karena telah menyelesaikan pekerjaannya hanya dapat mengamati interaksi ketiganya. Ingin tahu juga apa yang direncanakan Hanie dan Andri. "Kalau tahu Tante akan datang, aku akan membawakan tiramisu cake kesukaan Tante," ucap Hanie mencoba berbasa-basi. "Tidak perlu repot-repot, Hanie. Lagian Tante udah setahun ini mengurangi makanan yang manis." Hanie hanya tersenyum kecut saat mendapati penolakan Rianti secara halus. Padahal Hanie melihat Rianti sedang memakan kudapan manis itu di sebuah kafe sekitar 3 minggu lalu. "Kalau begitu, lain kali aku akan membawakan teh camomile yang bagus untuk kesehatan," ucap Hanie yang masih berupaya mendapatkan atensi Rianti. ''Kalau merepotkan tidak usah, Hanie." Hanie lagi-lagi hanya dapat menghembuskan napas kasar, dia merasa kesal saat melihat sikap tak bersahabat Rianti kepadanya. Sementara itu, Vidya tertawa puas saat melihat Hanie tidak berkutik di hadapan Rianti. Sikap angkuh yang biasanya ditunjukkan Hanie luntur seketika saat berhadapan dengan Rianti. Yudistira memilih mengerjakan pekerjaannya yang tertunda, dia sudah meminta sekretarisnya datang setelah makan siang untuk membawakan berkas-berkas yang harus dia tandatangani. "Tidak merepotkan koq, Tante. Aku kan sering keluar untuk bertemu customer, jadi sekalian jalan ke rumah untuk nganterin teh camomilenya" ucap Hanie dengan memaksakan senyum. "Ah begitu rupanya, Tante juga sama Hanie. Takutnya pas kamu mau datang, Om dan Tante enggak ada di rumah." Hanie menyipitkan matanya saat mendengar nama Andri disebut oleh Rianti. "Kalau gitu aku bisa titipkan saja sama Om Andri. Aku sepertinya sering juga ke daerah kantornya Om Andri." Hanie akhir dapat bernapas lega saat menyebutkan nama Andri. "Oh, terserah kamu saja," sahut Rianti singkat, dia tidak ingin membuka topik obrolan lagi dengan Hanie. "Aku permisi dulu ya Tante, Mas Yudis cepat sembuh ya." Setelah mengucapkan itu Hanie melangkah keluar dari ruangan perawatan, dia bahkan tidak sudi mengajak bicara Vidya. "Dasar Tante girang genit! Enggak usah ke mari lagi, ganggu banget tahu!" Hanie tersenyum puas saat mendengar jeritan Vidya. Sepertinya dia memang harus lebih menebalkan wajah jika ingin mendapatkan Yudistira.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD