23. Cerita Beno

1523 Words
"Tolong...!" Suara lengkingan seorang gadis di dalam kamar membuat anggota keluarga berhamburan datang ke kamarnya. Mereka takut terjadi sesuatu pada putrinya. "Tiara...! Kamu kenapa?" seorang wanita paruh baya mendatangi anak gadisnya yang baru saja bangun dari tidur. Tiara seperti orang linglung, dia meraba-raba wajah dan seluruh tubuhnya sendiri. Terutama bagian yang dia anggap sakit, tapi saat dia periksa sendiri tidak ada yang sakit sama sekali. "Tiara... Bilang, kamu kenapa?" sang mama jadi khawatir pada Tiara. Tiara menatap kedua orang tuanya yang tampak bingung. Dirinya melihat pakaian yang dia pakai, baju tidur gambar mickey mouse. Bukan baju main seperti yang dia pakai saat ke rumah Shevia. "Ma, sekarang hari apa?" Tiara memegang bahu mamanya. "Kamu enggak lihat Papa pakai baju santai sepagi ini? Ya jelas hari minggu." lelaki paruh baya yang berdiri di samping sang mama pun turut bersuara. "Bagaimana caranya aku pulang semalam?" tanya Tiara lagi. "Ya diantar Dama, kamu ini kenapa?" Tiara makin bingung atas apa yang dia alami. Apa mungkin semua hanya mimpi. *** Tak beda jauh dengan Tiara, gadis cantik berpipi chubby itu juga terbangun dalam keadaan kaget. Dia melihat ke sekitar, ada Lify yang tidur di sebelahnya. "Kok Lify tidur di sini?" Shevia bingung sendiri. Gadis itu pun melakukan hal yang sama seperti Tiara, mengecek seluruh tubuhnya. Dia melihat keningnya, tidak ada darah atau bekas luka sama sekali. "Huaa...!" "Hua...!" Shevia berjingkat kaget tatkala mendengar suara teriakan Lify barusan. Teman akrabnya itu terbangun seperti orang habis mimpi buruk. Mereka berdua saling pandang satu sama lain. Shevia masih berusaha mengontrol napasnya. Dia bahkan sampai memegangi dadanya yang benar-benar kaget mendengar teriakan Lify. "Kok gue di sini, She?" tanya Lify bingung. Kepala Shevia menggeleng berulang kali mendengar pertanyaan Lify. Mereka sama-sama tidak tahu kenapa mereka bisa tidur satu ranjang di kamar Shevia. "Bukannya semalam itu, gue lagi sekarat karena ulah kuntilanak merah ya?" Lify seolah bertanya pada Shevia, meminta kepastian dari temanya itu. Shevia berlari ke arah Lify. Kali ini tertarik pada pertanyaan temannya itu. Mereka masih sama-sama ketakutan. "Jadi lo mimpi yang sama kayak gue?" kali ini giliran Shevia yang bertanya. "Mimpi? Apa yang semalam itu mimpi? Gue merasa itu nyata banget." Lify malah balik bertanya. "Gue juga enggak tahu pasti, Lif. Gue juga merasa semua itu nyata, tapi bagaimana bisa gue bangun dalam kondisi sehat?" Shevia benar-benar tak habis pikir. Mereka berdua berlari ke arah ruang keluarga. Di sana aman-aman saja, tidak ada barang pecah satu pun. Semuanya rapi dan ada pada tempatnya. "Non... Mau Bibi siapkan sarapan sekarang?" tanya sang asisten rumah tangga. "Bi... Bi... Aku mau tanya, semalam ada teman-temanku datang ke rumah tidak?" Shevia tampak gugup menanyakan hal ini pada pembantunya. "Iya Non, semuanya datang ke rumah. Memangnya kenapa?" "Terus terjadi apa lagi Bi, selain mereka mengumpul di rumah?" "Enggak ada apa-apa, Non. Mereka pulang sekitar jam sepuluh malam, tapi Non Lify bilang katanya mau menginap saja." jelas pembantu Shevia. "Hah? Aku bilang mau menginap di sini, Bi?" Lify makin bingung saja. "Iya Non, tadinya Den Adit kekeuh mau mengantar Non Lify pulang tapi Non Lify tidak mau." "Semalam mati lampu tidak, Bi?" "Enggak Non." "Semalam Nata minta es batu buat kumur-kumur tidak?" Kepala pembantu Shevia menggeleng mendengar pertanyaan majikannya. Dia malah tampak bingung akan pertanyaan Shevia. *** Nata memandang wajahnya dari pantulan cermin. Berulang kali dia mengecek kondisi bibirnya. Tidak ada yang luka sama sekali. "Perasaan gue semalam ciuman sama She..." ujar Nata lirih. Lelaki itu tidak mengerti, kenapa dirinya semalam bisa ciuman dengan kekasihnya itu. Padahal selama ini, mereka belum pernah ciuman sama sekali. Dan semalam Shevia benar-benar lihai memainkan bibir serta lidahnya. Drt... Drt... Drt... Nata menoleh ke arah ponselnya. Tertera nama Shevia di sana, panjang umur sekali gadisnya itu. Tanpa menunggu lama, Nata langsung menerima panggilan dari Shevia. "Hallo..." "Nat, bibir lo luka tidak?" tanya Shevia di seberang tanpa basa-basi. Nata mengernyitkan keningnya, bagaimana bisa Shevia tahu akan hal yang dia bingungkan pagi ini. "Kenapa memangnya?" Nata berjalan ke ranjang, dia duduk sambil memandang tubuhnya dari cermin yang ada di sebelah kiri ranjangnya. "Jawab saja, luka apa enggak?" nada bicara Shevia terdengar gugup di seberang. "Enggak." jawab Nata jujur. "Ok... Ajak yang lain ke rumah gue sekarang juga, gue tunggu dan tidak pakai lama." Klik! Nata memandang ponselnya. Dia sedikit bingung akan tingkah Shevia pagi ini. Meski sedikit bingung, akhirnya Nata mengirim pesan pada keempat teman laki-lakinya agar ke rumah Shevia sekarang. Nata juga akan segera siap-siap. *** Semua orang memandang wajah teman-temannya satu persatu secara bergantian. Mereka sudah menceritakan apa yang membuat mereka kebingungan. "Jadi intinya, kita berdelapan mimpi hal yang sama." Adit menarik kesimpulan atas apa yang mereka ceritakan ternyata nyambung satu sama lain. Mereka semua tidak mengerti apa maksud dari mimpi tersebut. Kenapa mereka bisa bermimpi yang sama. "Apa ini salah satu pertanda kalau mereka masih mengganggu kita?" Agnee menatap semua teman-temannya satu persatu. "Tapi apa hubungannya sama kita, Ag? Mereka merasa terganggu sama kita karena jurit malam waktu itu?" Lify masih tidak mengerti kenapa semua ini terjadi pada mereka. "Dan kenapa mereka sampai berani hadir dalam mimpi? Ikut kita ke rumah dan ke mana-mana kita pergi?" Tiara menggigit bibir bawahnya, menatap semua temannya. "Kapan kita mau cari tahu tentang sejarah lorong itu?" Adit tahu, ini berat tapi harus dilakukan. "Apa tidak ada solusi lain, Dit? Kita berdoa atau apa begitu?" "Kita sudah berdoa bersama kan She, di sekolah. Tapi gangguannya masih sampai sekarang." Wekas bersuara. Mereka semua berpikir, bagaimana caranya menghentikan gangguan yang diberikan oleh sosok astral penunggu lorong sekolah. "Kita temui Pak Beno sekarang juga, beliau tukang kebun terlama di sekolah. Siapa tahu beliau tahu tentang sejarah sekolahan." usul Tiara. Dama orang pertama yang mengangguk setuju akan usul Tiara. Mereka terlihat berpikir sebentar dulu, sebelum memutuskan untuk melakukan tindakan. "Ok... Kita ke rumah Pak Beno sekarang juga." Adit menganggukkan kepalanya setuju. Kedelapan remaja tadi pun bergegas menuju rumah tukang kebun sekolah terlama di tempat mereka sekolah dengan harapan ada jawaban yang jelas dari pencarian mereka selama ini. *** "Kalian masih diganggu oleh mereka?" kedua mata Beno melebar mendengar cerita siswa-siswi tempatnya bekerja diganggu oleh sosok makhluk astral penjaga lorong. "Iya Pak, maka dari itu kami ingin mencari tahu kenapa kami diganggu. Barang kali Bapak tahu sejarah dari lorong penghubung gedung lama tersebut sampai pada akhirnya tempat itu tidak lagi dijamah sama sekali?" ujar Adit mewakili semua teman-temannya. Beno tampak berpikir, dia menimbang-nimbang apakah dirinya akan memberi tahu kedelapan remaja tersebut. "Bapak tidak tahu pasti bagaimana ceritanya. Karena saat Bapak bekerja di sana, lorong dan gedung lama sudah tidak digunakan." Beno menghela napas sejenak. "Tapi dari cerita yang Bapak dengar dari almarhum Abah, dulu ada sepasang kekasih yang sekolah di sana. Mereka sangat awet hingga membuat beberapa siswa lain cemburu. Siswi tadi suka sekali bermain musik jika jam istirahat tiba. Sampai pada suatu ketika, siswi tadi diperkosa dan dibunuh di lorong oleh laki-laki yang dulu pernah dia tolak." Beno kembali menjeda penjelasannya. Kedelepan remaja tadi terlihat syok mendengar cerita dari Beno. Mereka tidak menyangka jika ada kisah tragis di balik megahnya sekolah tempat mereka belajar. "Siswi tadi diperkosa di depan kekasihnya di salah satu kelas gedung lama. Usai diperkosa, siswi tadi dibunuh di lorong dan kekasihnya dipenggal kepalanya hingga putus di dekat sumur tua yang ada di ladang." Beno tampak berat menjelaskan hal ini. Para remaja tadi makin tidak menyangka saja atas apa yang dikatakan oleh Beno. Mereka yakin jika Beno tidak sedang mengarang cerita. "Lalu laki-laki yang memperkosa dan membunuh tadi bagaimana, Pak? Apa dia dipenjara?" Lify tampak penasaran akan kelanjutan cerita Beno. "Laki-laki itu gantung diri di salah satu ruang kelas yang berbeda dengan gedung tempat dia memperkosa siswi tadi. Tapi anehnya, sampai sekarang jasad sepasang kekasih tadi belum juga ditemukan. Hanya ada jasad siswa yang menggantung tadi." Beno menatap kedelapan siswa-siswi yang datang ke rumahnya hanya untuk menanyakan hal ini. "Lalu, dari mana semua orang tahu kalau dia membunuh murid yang pacaran tadi?" Dama merasa ada yang sedikit mengganjal di sana. "Dari darah yang bercecer di sepanjang lorong. Darah perawan dan cairan s-p-e-r-m-a yang ada di salah satu gedung lama dan darah yang merembes ke tanah di sekitar sumur tua. Ditambah di saku celana murid yang gantung diri tadi, ditemukan pisau penuh darah. Dan di dekat sumur tua ada sebuah kapak yang diduga dipakai untuk memenggal kepala siswa yang dibunuhnya." Shevia merasa kepalanya pusing mendadak. Dia serasa tak sanggup lagi untuk mendengar lanjutan cerita dari Beno. Ini teramat rumit baginya. "Kalau kami ingin mencari tahu tentang semua ini, bagaimana caranya Pak?" Dama membuka suara. "Untuk apa kalian mencari tahu? Tidak ada yang berani mencari tahu misteri ini." nada suara Beno terdengar berubah saat mendengar pertanyaan Dama barusan. "Kami ingin menyelesaikan masalah ini, Pak. Kami lelah terus-terusan diganggu seperti ini. Barang kali, kami bisa membantu mereka." Wekas membantu Dama bicara. Tiara melihat ada sesuatu aneh dari Beno. Tapi dia hanya diam, Tiara takut salah bicara dan malah membuat Beno curiga padanya. "Berhenti mengusik mereka, kalian sudah beda alam. Dan lebih baik kalian pulang sekarang, Bapak sibuk." Beno tiba-tiba pergi meninggalkan para remaja tadi begitu saja. Lify semakin bingung dibuatnya. Mereka saling tatap dan sama-sama merasa ada sesuatu hal aneh yang masih Beno sembunyikan. Tapi tanpa ingin mengganggu Beno lagi, akhirnya mereka putuskan untuk pulang. *** Next...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD