11. Voice

495 Words
Samar-samar Shevia dan Nata mendengar suara seseorang yang memanggil nama mereka. Tapi mereka tidak tahu dari mana asal suara itu. Mereka juga tidak bisa melihat siapa yang memanggilnya. Tapi dari suaranya, mereka berdua bisa mengenali itu suara siapa. Selang beberapa menit, suara itu menghilang. Shevia tidak lagi menghiraukannya, dirinya kembali fokus makan jajanan itu. Paling juga cuma halusinasi gue doag. Batinnya mencoba menenangkan diri sendiri. Tapi setelah beberapa menit suara tadi menghilang, sekarang suara orang-orang yang memanggil namanya serta nama Nata kembali terdengar. Shevia merasa sedikit ada yang aneh, pasalnya suara itu sangat menyerupai suara teman-temannya. "Nat, itu kayak suara Adit, Lify, Wekas, Tiara, Dama, Angel sama yang lainnya." bisik Shevia begitu pelan di dekat telinga Nata. Nata mendengar dan masih bersikap tenang. Dirinya tahu kalau ini sudah bukan situasi yang wajar. "Kalian kenapa?" tanya Adit tiba-tiba yang membuat Shevia gugup seketika. "Em... Enggak, tidak apa-apa. Kita berdua baik-baik saja." ujar Shevia gugup. "Sorry Dit, gue harus balik ke pos satu. Tiba-tiba gue tidak enak badan." dan lagi, Nata tak mau tinggal diam. Dia harus membantu Shevia dalam bicara. "Es kutub, lo di mana?!" "Nata!" "Shevia!" "Jangan bikin kita khawatir!" "Nat!" "Nata!" Shevia mau pun Nata kembali mendengar teriakan yang memanggil nama mereka berdua. Mereka semakin was-was, kenapa mereka seolah sedang berada di sebuah dimensi lain. Berhadapan dengan teman-temannya tapi di sisi lain juga teman-temannya mencarinya. "Mau ke mana sih, Nat? Sudahlah di sini saja sama gue sama yang lainnya. Lagi pula kan acara juga belum selesai." Adit berusaha mencegah kepergian Nata dan Shevia. "Tapi gue tidak enak badan tiba-tiba. Tidak mungkin gue paksa, nanti takutnya malah gue pingsan di sini." Nata sudah membalikkan badannya sambil terus merangkul Shevia. "Eits... Kalian di sini saja sama gue sama yang lain. Nanti kita ke pos satu bareng-bareng saja." Dama sudah menghadang langkah Nata yang mau balik ke gedung baru. Tubuh Shevia kembali bergetar hebat. Mereka mulai merasakan hal aneh yang tak bisa ditebak sama nalar manusia normal. Tangannya semakin erat memeluk pinggang Nata. "Awas, gue mau balik ke pos satu." Nata berusaha menyingkirkan Dama, tapi tubuh sahabatnya itu sangat kuat. Bahkan bergoyang pun tidak. "Shevia!" "Nata!" "Alvia!" "Kalian dengar kita apa enggak?!" "Kita mencari kalian!" "Kalian di mana?" "Nat!" "She!" Suara itu semakin jelas di indera pendengaran Nata mau pun Shevia sehingga membuat mereka yakin, yang ada di sekitar mereka itu bukan sahabat-sahabatnya. "Kalian siapa?!" bentak Nata menatap orang-orang yang ada di sekelilingnya tertawa terbahak-bahak. "Hua... Nata...!" jerit Shevia tiba-tiba. Nata hanya bisa memejamkan matanya rapat-rapat. *** Adit dan yang lainnya ikut bingung, ke mana perginya Nata dan Shevia? Bahkan beberapa kali dirinya mencoba menelefon Nata tapi nomornya tak aktif. Lify juga berusaha menghubungi Shevia, tapi hasilnya sama saja. Tidak ada jawaban dari Shevia. Padahal sekarang sudah jam dua pagi, harusnya Nata dan Shevia sudah selesai mengecek semua pos. "Tujuan mereka tadi ke pos berapa? Ada yang tahu?" Adit menatap ke semua anggota OSIS. "Mereka tidak bilang tujuan awal mau ke pos mana. Tapi yang jelas mereka harusnya lewat pos enam. Soalnya mereka langsung menuju ke arah lorong penghubung, Dit." jelas Wekas yang diangguki oleh Angel. Karena mereka berdua yang bersama dengan Shevia dan Nata di jam-jam sebelum mereka mengecek kondisi pos. *** Next...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD