"Kebetulan gue sendiri yang jaga di pos enam. Tapi gue tidak ketemu sama mereka tuh." heran Adit.
Adit tidak melihat keberadaan Nata dan Shevia di sekitar mereka. Bahkan tadi Adit pulang lewat lorong itu langsung ke gedung baru. Tidak berputar ke gedung lama dan gudang.
"Ini aneh, mereka pasti lagi tersesat di dunia lain." ujar Pak David tiba-tiba.
"Dunia lain?" mereka semua kaget mendengar apa yang dikatakan Pak David tentang dunia lain.
"Iya, pasti mereka sedang dibawa mereka ke dunianya. Kita harus cepat mencari mereka."
"Ayo Pak kita cari Shevia dan Nata." Wekas sudah menggebu-gebu ingin mencari kedua sahabatnya yang hilang dibawa sosok ghaib.
"Kita berpencar atau bagaimana, Pak?"
"Adit, Lify, Raynald, Agung, Angel ikut sama Bapak langsung lewat di lorong. Dama, Tiara, Fauzy, Rizky, Nova ikut sama Pak Renal ke jalur keberangkatan. Wekas, Agnee, Arif, Tian dan Ane ikut Pak Dani ke jalur pulang. Nanti kita ketemu di ruang guru gedung lama. Itu kan pas ruangannya di depan lorong. Kalian mengerti?" Pak David memberi tugas masing-masing.
"Mengerti, Pak."
"Dan untuk anak PMR tolong bantu anggota OSIS menjaga j-u-n-i-o-r kalian yang sedang beristirahat."
"Siap, Pak."
"Ya sudah, sebelum kita berangkat lebih baik kita berdoa dulu." tidak ada yang tersisa. Semua berangkat sesuai team-nya masing-masing.
Adit dan yang lainnya langsung berangkat menuju lorong gedung lama. Medan yang harus mereka lalui tidak terlalu sulit ketimbang jalan yang menuju gudang dan jalan menuju semak-semak ilalang.
"Kalian harus saling menjaga."
"Nata!"
"Shevia!"
"Kalian di mana?!"
"Nat!"
Semuanya berteriak menyerukan nama Nata dan Shevia. Mereka mencari-cari di mana kedua anggota OSIS yang hilang itu.
"Tadi saya sama Raynald sudah berkeliling membereskan perlengkapan jurit malam juga tidak bertemu dengan mereka, Pak." ujar Raynald membuat Pak David semakin yakin kalau Nata dan Shevia memang dibawa ke dunia mereka.
"Shevia!"
"She!"
"Nata!"
"Kalian di mana?!"
"Jangan bercanda!"
***
Sementara regu yang dipimpin Pak Renal mereka juga diganggu. Berkali-kali mereka seperti mendengar suara orang minta tolong. Tapi setelah didekati arah suara itu, tidak ada siapa-siapa. Medan yang mereka lalui sedikit mengerikan, karena harus melewati gudang dan makam keluarga.
"Es kutub! Lo di mana?!"
"Nata!"
"Shevia!"
"Kalian jangan bercanda!"
“Kalian dengar kan?!”
"Kita mencari kalian!"
Tiara seolah sudah tak mampu berteriak karena tenaganya memang sudah tinggal setengah lagi. Dia sudah lelah menghadapi sosok Melati tadi yang mengacaukan acara dan sekarang mencari Nata dan Shevia.
"Kamu kuat, Ra?"
"Kuat Pak, saya cuma merasa berat saja di kaki." keluh Tiara meringis karena kakinya tiba-tiba sangat berat dipakai melangkah.
Dama melihat ke arah kaki Tiara yang katanya berat. Ada sosok perempuan berpakaian serba putih, rambutnya panjang menutupi seluruh wajahnya dan sosok itu mengesot. Pantas saja Tiara merasa berat di bagian kaki, sosok itu memegangi betis Tiara sehingga jika Tiara jalan sosok itu terseret.
"Bentar ya, Ra." Dama mendekat dan memegang betis Tiara yang dipegangi oleh mahkluk ghaib seperti suster ngesot itu tapi dia bukan suster.
Dama berusaha melepaskan tangan s-e-t-a-n satu itu dari betis Tiara. Dengan kekuatan penuh, akhirnya sosok mengerikan itu pun melepaskannya. Sebelum pergi, sosok itu mengangkat tangannya dan seolah menunjuk sesuatu. Tapi Dama tidak mau ambil pusing, dirinya takut disesatkan oleh sosok seperti itu.
"Bagaimana Ra, masih berat?"
"Loh, kok enteng sih, Dam? Wah, pasti ini tadi ada yang ikut ya di kaki gue?"
"Iya, tapi sudah kok. Dia sudah pergi, sekarang kita lanjut mencari Nata sama Shevia lagi."
***
Next...