6. Games

1542 Words
Semua anak-anak OSIS sedang bersiap menunggu j-u-n-i-o-r mereka datang. Acara sebentar lagi akan dimulai, ada yang bersiap di lokasi dan ada yang bersiap di ruang OSIS. "Lo mau jurit malam atau mau ngondek, Ngel?" Dama enek sendiri melihat Angel yang dari tadi ribut dandan pakai ini pakai itu. "Diam lo, enggak usah julid sama orang." Angel masih sibuk memakai maskara di bulu matanya. "Lipstik." tangan kanan Angel meminta ke arah Cahya, tangan kirinya memberikan maskara ke Ane. Nova membereskan pakaian kotor Angel ke dalam papper bag. "Bedak gue mana lagi?" Angel semakin mempertebal polesan di wajahnya.  "Hello... Ini ruang OSIS, bukan ruang make-up." Lify ikut gedek dengan tingkah Angel. "Ayo dayang-dayangku, kita sudah siap buat bergelut dengan junior-junior kita yang manis dan lucu-lucu." Angel keluar dari kandang, alias ruang OSIS. Diikuti oleh Cahya, Ane dan Nova. Adit hanya bisa geleng-geleng dengan tingkah Angel-sepupunya. Tak habis pikir kenapa bisa seperti itu bentukannya. Padahal adik Angel juga tidak begitu. Terlahir dengan otak normal, tidak geser sedikit pun seperti Angel yang sudah tak waras. "Lo kayak Angel, gue gorok leher lo." hardik Dama pada Tiara yang hanya nyengir kuda. Gadis itu memang suka dandan, tapi tak seheboh Angel yang keterlaluan. "Sudah yuk, sudah jam lima ini. Harus tepat waktu, jangan sampai telat." Adit menggiring teman-temannya supaya cepat ke lapangan. Semua juniornya juga pasti sudah baris di lapangan. Ada Wekas, Shevia, Rizky, Agung, Agnee, Amel, Fauzy, Raynald, Olive dan Gita yang mengkoordinir sebelum acara opening. Diawali oleh Adit, beberapa anggota OSIS ikut saja ke lapangan. Sekolahan ini teramat elite, mereka tak perlu capek-capek menuruni tangga. Ada lift yang disediakan khusus untuk murid dan guru. Jadi tak perlu membuang waktu terlalu lama. "Es, lo sudah cek ulang kan semua lokasi tadi?" Adit memandang Nata yang berdiri santai di pojokan. Nata hanya mengangguk tanpa bersuara. Tangannya selalu saja sibuk memainkan rubrik kesayangannya. Nata juga tak tersinggung harus dipanggil es. Memang kenyataannya dia orang yang dingin. "Tidak ada yang kurang kan?" Lagi-lagi Nata hanya menjawab dengan gerakan badan. Tidak ada suara sedikit pun yang keluar. Seperti yang dilakukan saat melihat Angel, Adit hanya bisa geleng-geleng kepala. Entah kenapa dirinya memiliki teman yang bentukannya aneh-aneh seperti mereka. "Rubrik saja lo mainkan." sindir Tiara. "Yang penting bukan Shevia." sahut Nata cepat tanpa menatap Tiara. Mereka sedikit bingung apa maksud dari perkataan Nata. Tapi beberapa detik kemudian mereka tertawa terbahak-bahak. Jarang ngomong, sekalinya ngomong bikin puyeng. "Hahaha... Coba kalo She dengar, bakal kegirangan dia." Pintu lift terbuka, mereka sudah sampai di lantai dasar. Tinggal berjalan dan melewati beberapa ruangan mereka langsung sampai ke lapangan. Semua juniornya sudah baris rapi. Adit langsung mengambil posisinya. "Selamat sore." sapa Adit kepada semua juniornya. "Sore, Kak!" seru mereka membalas sapaan dari sang ketua OSIS. "Kalian semua sudah siap dengan acara malam ini?" "Siap, Kak!" "Ada yang sakit atau kurang enak badan?"  Tidak ada yang memisahkan diri dari barisan. Jadi Adit anggap semua juniornya sehat, tidak ada yang sakit satu pun. "Bagus, nanti kalau di tengah acara ada yang merasa tidak kuat. Langsung bilang ke ketua regu atau langsung ke kakak kelas yang ada di sekitar kalian. Mengerti?" "Mengerti, Kak." Untuk pemanasan diambil alih oleh Lify untuk baris berbaris. Tujuannya supaya semua saraf mereka tidak tegang. Mereka bernyanyi lagu-lagu komando dan bersenang-senang di lapangan sebelum masuk ke waktu makan malam. Mereka sudah kembali baris untuk bersiap makan malam. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Acara masih berjalan di lapangan. Para senior sedang bergantian makan malam juga, tapi bukan di depan j-u-n-i-o-r mereka pastinya. Yang memimpin acara makan kali ini adalah Tiara, Adit, Raynald dan Amel. Yang lain pasti sedang makan di tempat masing-masing. "Hadap kanan, hadap kiri grak!" Raynald melihat juniornya sudah saling berhadapan untuk mengambil posisi makan. "Selamat makan." sambung Raynald. Semua juniornya sudah duduk dan membuka bekal mereka masing-masing. Tugas keempat senior ini hanya mengawasi dan menegur mereka jika ada yang berbicara saat makan. "Jangan lebih dari lima menit!" gema suara Raynald membuat mereka buru-buru menghabiskan bekal makanan. "Hitungan ke lima harus sudah selesai!" "Satu! Tiga! Lima! Tidak boleh ada yang menyendok! Yang masih ada sisa nasi di kotak makannya harus push-up sepuluh kali!" Tiara, Amel dan Adit berkeliling melihat kotak nasi juniornya. Mereka langsung menyuruh push-up jika menemukan. "Silakan minum!" setiap kegiatan harus diawali dengan perintah. "Makan selesai!" semua j-u-n-i-o-r berdiri dengan posisi masih saling berhadapan. "Hadap kanan, hadap kiri grak!" "Bubar jalan!" Raynald pun balik kanan seperti para juniornya. Wekas, Shevia, Nata, Lify dan anggota OSIS lainnya satu persatu berdatangan. Bergantian Adit, Amel, Raynald dan Tiara yang makan malam. Sambil menunggu beberapa senior yang masih makan. Rizky mengisi acara dengan sesi tanya jawab tentang sejarah sekolahan. Mereka bebas bertanya apa pun tentang sekolah kepada senior yang dituju. "Acara tanya jawab sudah selesai. Kita masuk ke acara game. Biar lebih jelasnya sama Kak Lify. "Begini, untuk game dibagi jadi lima kelompok. Jadi per kelas ya, kelompok pertama kakak seniornya ada Kak Wekas, Kak Dama, Kak Agnee dan Kak Tiara. Kelompok kedua dibimbing sama Kak Tian, Kak Angel, Kak Shevia dan saya. Kelompok tiga, empat, lima...." Lify selesai membacakan siapa saja kakak pembimbing yang menemani mereka game. "Karena sudah dibacakan, kakak kelas yang diberi tugas untuk membimbing bisa langsung mengambil alih komando." Lify turun dari podium, dirinya lanjut bergabung bersama kelompoknya. Adit berkeliling mengontrol kegiatan yang sedang berlangsung. Ditemani Nata yang terus memainkan rubrik tiada henti. Mereka semua bermain game masing-masing yang ditentukan oleh senior. Adit mendatangi kelompok satu dulu yang dibimbing oleh Wekas, Dama, Agnee dan Tiara. "Ok, game yang bakalan dimainkan itu namanya dunia simensis. Jadi kalau saya mengucapkan kata perintah diawali dengan simensis maka harus kalian lakukan. Kalau tidak ada kata simensis jangan dilakukan. Sample ya, buat kakak-kakak bisa baris." Dama menjelaskan game yang akan dimainkan di kelompoknya. Agnee, Wekas dan Tiara berbaris di depan Dama. Adit dan Nata hanya memerhatikan saja bersama j-u-n-i-o-r mereka yang belum paham.  "Masuk ke dunia simensis." ujar Dama. "Perhatikan itu seniornya kasih contoh." seru Adit yang masih mengontrol kelompok satu. "Simensis lompat." seperti yang dijelaskan Dama tadi, jika diawali kata sismensis maka harus dilakukan. Ketiga senior itu pun melakukannya. "Simensis jalan di tempat, simensis berhenti, simensis pegang kepala, simensis duduk, berdiri." Dama mengucapkan semua kata-kata itu secara cepat. Pada kata terakhir ternyata Wekas berdiri. "Nah, Kak Wekas ini kalah. Karena kan tidak ada kata simensis berdiri, cuma berdiri doang. Tapi Kak Wekas malah berdiri. Terus kalau ada kata simensis tapi tidak dilakukan, nanti juga bakalan dihukum." "Keluar dari dunia simensis." Dama mengakhiri sample pada juniornya. Ketiga senior itu sudah berdiri dan mencari tempat masing-masing. "Kalian mengerti?" Dama berganti melihat juniornya. "Ada yang belum paham tidak? Tanyakan saja, dari pada nanti dihukum." Wekas ikut bersuara. "Paham, Kak!" "Kalau begitu, permainan bisa dimulai. Kalian melingkar ya, komando ada di saya. Jangan lakukan kalau perintah itu bukan dari saya." Adit kembali memutar dan lanjut ke kelompok dua. Jika tadi komando dipimpin oleh Dama, kelompok dua dipimpin oleh Shevia. Gadis berpipi chubby itu pun sedang menyanyikan lagu kepala pundak lutut kaki. Mereka sedang main dunia terbalik. Jika Shevia mengucapkan kepala maka yang dipegang adalah kaki. Jika pundak maka lutut, begitu sebaliknya dan kaki itu harus memegang kepala. Jadi kebalikan dari nyanyian. "Ok, sudah tahu kan game-nya bagaimana. Bisa dimulai ya?" "Bisa, Kak!" "Pokoknya fokus sama diri sendiri, jangan ikut-ikutan atau tengok kanan kiri." "Nanti yang salah langsung ditarik ya." Angel dan anggota OSIS yang ditugaskan memimpin game di kelompok dua ikut berdiri dan bermain. Termasuk Adit dan Nata yang hanya mampir sebentar. "Mulai ya. Kepala pundak lutut kaki, lutut kaki. Kepala lutut." "Nah, ada tiga yang salah." seru Shevia melihat ada tiga juniornya yang tetap memegang lutut saat Shevia mengucapkan kata lutut. "Biarkan mereka bertiga menunggu di sana. Kita main lagi." "Kepala, kepala, lutut, pundak, kepala. Ya yang salah langsung pisah ya." tawa Shevia. Mereka semua berseru tertawa saat ada yang salah. Permainan ini lumayan mengasah konsentrasi dan kecepatan. Adit bubar dari barisan, Nata masih mengekor. Mereka kini lanjut ke kelompok tiga, empat dan yang paling terakhir adalah kelompok lima. Kelompok tiga bermain balonku, permainan yang menyanyikan lagu balonku dengan benda yang dioper dari orang satu ke orang lain yang ada di sebelahnya sesuai tempo. Jika tempo dari pemimpin lambat maka benda itu pun lambat diopernya, jika cepat maka cepat juga diopernya. Siapa yang mendapat bagian pas dor di lagu balonku, dialah yang kena hukuman. Kelompok empat bermain opas, permainan yang menyebutkan namanya sendiri dulu baru nama teman yang ingin disebutkan. Semisal pemimpin bilang opas Budi. Budi nyambung bilang Budi Ana, kemudian Ana nyambung menjadi Ana Tia, dan Tia juga nyambung jadi Tia Galuh. Jadi peraturannya tidak boleh mengucapkan nama yang habis menyebutkan namanya. Semisal Budi Ana, Ana Tia, Tia Ana. Seperti itu tidak boleh, berarti Tia kalah. Manfaat game ini untuk lebih cepat mengenal orang baru dalam sebuah kelompok. Di kelompok terakhir, yaitu kelompok lima. Mereka bermain aritmatika. Jadi biasanya perempuan bernilai lima dan laki-laki bernilai sepuluh. Atau kalau tidak, tergantung pemimpin game yang menentukan berapa nilai dari laki-laki dan perempuan. Pemimpin akan memberi pertanyaan dari angka yang ditambah, dikurang, dikali dan dibagi. Semisal pemimpinnya bilang 5+20-15×2:2 = berapa? Secepat kilat mereka harus mencari pasangan. Jika perempuan bernilai 5 berarti harus dua perempuan biar nilainya sepuluh. Jika laki-laki bernilai 10, maka dia sendirian pun sudah benar. Jika ada yang nilainya kurang, maka dia kalah. *** Next...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD