7. Jurit Malam

1115 Words
Acara inti sudah dimulai, yaitu jurit malam. Dalam satu kelompok ada sepuluh orang, satu kelas ada tiga puluh orang. Jadi kurang lebih ada lima belas kelompok yang harus mereka jaga. "Selamat malam!" suara Pak David menggema terdengar di seluruh penjuru. "Malam!" "Malam hari ini kalian akan mengikuti acara terakhir sebagai syarat bisa menjadi bagian dari siswa-siswi di sekolah favorite ini. Jadi kalian harus semangat, jangan mudah menyerah dan saling bekerja sama." pidato dari Pak David yang berdiri di atas mimbar. "Dengarkan apa kata senior, jangan bandel dan selalu awali kegiatan kita dengan berdoa. Ikuti petunjuk yang sudah ada, saling menjaga. Hati-hati, jalanan licin karena hujan barusan. Bahkan sampai sekarang pun masih gerimis." Pak David melihat siswa-siswi barunya yang begitu antusias mengikuti acara jurit malam. "Mungkin tidak banyak yang saya sampaikan. Karena memaksimalkan waktu juga, ini sudah malam. Untuk para anggota OSIS dan PMR mohon kerja samanya. Acara bisa dilanjutkan!" "Siaaap grak!" meski perempuan tapi suara Shevia mampu terdengar di lapangan bebas dan tidak terdengar cempreng. Shevia mengentakkan kakinya seirama dengan ayunan tangannya pada langkah pertama seperti langkah tegap kemudian langkah biasa. Setelah dirasa cukup, Shevia berhenti dan mendongakkan kepalanya sedikit. "Lapor! Apel malam telah selesai!" "Lanjutkan acara!" "Lanjutkan acara!" Shevia mengulangi apa perintah dari Pak David kemudian balik kanan sampai di tempatnya semula. "Hormaaat grak!" serentak mereka semua hormat, Pak David pun membalas hormat dan kemudian menurunkan tangannya. "Tegaaak grak!" Pak David langsung balik kanan dan turun dari mimbar. Shevia balik kanan, menghadap ke arah juniornya. "Untuk mengakhiri apel malam, berdoa dimulai." pimpin Shevia, mereka semua menundukkan kepalanya. "Berdoa selesai!" "Bubar! Jalan!" usai mengucapkan kata perintah barusan, Shevia kembali balik kanan dan ikut bergabung bersama teman OSIS lainnya. Kenapa Shevia yang memimpin apel malam kali ini. Karena kepala sekolah ingin mengadakan rapat kecil bersama anggota OSIS lainnya terutama bersama ketua OSIS dan wakil ketua OSIS. Tapi sekarang rapat itu sudah selesai. Anggota OSIS sudah stand by di lapangan dan mengikuti apel di barisan belakang. "Komando saya ambil alih! Semua baris di lapangan!" sekarang giliran Wekas yang ada di depan. Kebanyakan anggota OSIS sudah berangkat ke pos masing-masing. Hanya tersisa Wekas, Shevia, Nata, Angel, Cahya, Fauzy dan Agung. Sedangkan Shevia dan Nata nanti akan mengontrol ke pos-pos berikutnya, sekarang mereka membantu acara di lapangan terlebih dahulu. Mereka semua baris dengan rapi. Mengawali acara dengan berdoa supaya acara yang mereka selenggarakan dapat berjalan dengan lancar. "Regu pertama langsung maju, jangan lama kalian!" Agung, Fauzy dan Cahya bertugas mengecek perlengkapan mereka. Satu per satu kelima belas regu itu sudah berjalan semua. Regu pertama pasti sudah sampai setengah jalan. Sekarang tugas Shevia dan Nata yang mengecek ke setiap pos. "Enaknya yang malam-malam bisa berduaan sama pasangan." sindir Wekas yang diangguki oleh Angel. "Iya nih, gue juga ingin." "Makanya punya pacar!" ledek Shevia balik. Siapa lagi yang akan membalas ucapan mereka, tidak mungkin jika Nata. Lelaki itu saja irit bicara. Tak mau ditinggal lebih jauh, Shevia berlari menyusul Nata yang sudah berjalan menuju ke pos lima. Total ada sepuluh pos di jurit malam kali ini. Suasana semakin mencekam, sangat gelap dan tidak ada suara lain selain jangkrik yang sedang berkolaborasi dengan kodok. Shevia semakin mengeratkan tangannya ke lengan Nata. "Nat, masih jauh?” Nata menarik tangannya yang dipegang erat oleh Shevia, dia rangkul bahu gadisnya. Lelaki berwajah oriental ini tahu jika gadisnya ketakutan. Tangan Shevia melingkar di perut sixpack Nata. Tindakan yang diberikan Nata mampu membuat Shevia sedikit tenang. Tapi tak berselang lama, Shevia kembali dilanda rasa takut. "Hua...!" jerit Shevia ketika ada dahan pohon yang patah di depan mereka secara tiba-tiba, padahal tidak ada angin sama sekali. "Syut..." hanya itu yang keluar dari bibir Nata untuk menenangkan Shevia. Dapat Nata rasakan bahwa tubuh Shevia bergetar hebat saking takutnya. "Nat, balik saja yuk. Gue takut." rengek Shevia. "Ada gue, She." "Tapi gue takut, Nat!" Nata hanya mengusap-usap punggung Shevia supaya gadisnya itu lebih tenang. Mereka berdiam diri lumayan lama di tempat itu. Nata menunggu Shevia supaya tenang terlebih dahulu. Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan menuju pos lima. Posisi pos lima berada di gedung lama yang tidak terpakai. Jadi rute jurit malam kali ini diawali dari pos satu yang ada di lapangan basket. Lanjut ke lapangan sepak bola yang ada di dekat gerbang utama dan mereka harus melewati ruangan laboratorium biologi yang terbilang angker. Belok ke kanan menuju jalan utama masuk sekolah, melewati taman dan ruang kelas. Setelah sampai di gudang yang lumayan jauh dan tempatnya juga tersembunyi, mereka belok kanan kemudian menemukan gedung lama yang sudah kosong tidak terpakai puluhan tahun. Usai melewati gedung dan beberapa pos, mereka harus melewati lorong penghubung gedung baru ke gedung lama. Kemudian mereka belok kiri, melewati padang rumput ilalang yang ada sumur tua, kamar mandi tak terpakai dan beberapa tempat yang akan membuat mereka kembali ke pos satu. Mereka melanjutkan perjalanan menuju pos lima. Shevia sendiri tidak tahu masih jauh atau tidak. Dia hanya bisa menempel pada Nata. *** Adit kelabakan karena ada beberapa j-u-n-i-o-r yang kesurupan. Mayoritas yang kesurupan itu perempuan. Untung saja dari Adit mau pun Dama dan beberapa anggota OSIS lainnya paham dalam hal kesurupan seperti ini. Mereka bisa mengeluarkan sosok yang masuk dalam tubuh seseorang. "Inggrit, kamu jangan melamun ya." Lify memberikan botol mineral kepada juniornya yang penampilannya sudah parah. Seragamnya basah, rambutnya rusak, dan terus menangis. "Dia masih ada, Lif." ujar Tiara saat gadis itu memegang bahu Inggrit sambil membacakan surat-surat pendek berulang kali. "Panas." Inggrit berusaha menghindar dari tangan Tiara. "Apanya yang panas? Orang dingin begini kok." Lify pun tahu kalau sosok yang merasuki Inggrit pun masih ada. "Tangannya panas." "Keluar kamu!" Tiara berusaha membersihkan sosok itu. "Hahaha... Hihihi... Aku tidak mau!" sentak sosok itu. "Jangan ganggu anak ini!" "Pergi kalian dari sini! Mengganggu tidurku saja! Hihihi..." Adit datang dan membantu Tiara mengatasi sosok mengerikan yang mengganggu Inggrit. "Awas! Panas!" "Dari mana kamu?" Adit berusaha bertanya. "Hihihi... Aku penunggu di sini. Kalian cepat bubarkan acara ini dan pergi!" "Kamu yang pergi!" Adit berhasil mengusir sosok itu dari tubuh Inggrit. Tiara dan yang lainnya berharap sosok itu tak lagi merasuki Inggrit. Karena sedari tadi kerjaannya hanya membuat lelah saja, masuk terus meski mereka sudah berulang kali mengeluarkannya dari tubuh Inggrit. Pak David datang bersama Pak Renal dan Bu Jennie. Pak Renal akan membawa Inggrit ke ruang UKS ditemani Tiara dan Lify menggunakan motor. Sedangkan Pak David dan Bu Jennie akan berkomunikasi dengan sosok penguasa di wilayah ini. Minimal untuk meminta maaf dan meminta izin supaya acara ini lancar. Dua regu yang diberangkatkan paling akhir sudah diperintahkan pulang ke lapangan. Yang berhasil melewati tantangan dan sudah sampai lapangan ada dua regu. Regu tiga masih ada di pos sepuluh dan regu ketiga belas ada di pos tiga. Tinggal tersisa sebelas regu lagi. Sebagian masih ada di perjalanan menuju pos selanjutnya. *** Next...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD