15

776 Words
Lolita POV. Sampai dirumah aku langsung masuk kamar karena Papi sama bunda tak ada dirumah saat ini, aku masih penasaran apa yang terjadi, aku juga sedang mencoba mengingat siapa yang sudah mengancamku sampai segitunya karena yang ku tau aku tak pernah menyakiti orang lain. Tiba-tiba nada Sms masuk kedalam Ponselnya. Gibran +6289856679*** : Periksa CCTV parkiran yang ada dirumah sakit, jangan biarkan orang itu mengancammu terus menerus, jadi kamu harus mengambil tindakan. Sms Gibran membuatku agak tenangan dikit walaupun aku sudah menyakitinya tapi ia tetap memperhatikan keadaanku. ■■■■■ Jam sudah menunjukkan Pukul 8 malam, jadi sejarian ini aku tertidur dan tak sadar jika aku sudah menghabiskan waktu berjam-jam untuk tidur. Aku lalu turun melewati anak tangga dan belun nelihat Papi dan juga bunda dirumah. "Non sudah bangun? Ayo non makan malam dulu" panggil Mbok sembari menata makanan di atas meja. "Mbok, apa Papi sama bunda sebelum pulang?" Tanyaku sembari duduk di depan meja makan. "Belum non, kata Nyonya sama Tuan mereka akan kembali besok siang" jawab Mbok santun. Aku lalu menikmati makan malam tanpa Papi dan juga bunda dirumah walaupun aku sudah terbiasa sendirian dirumah tapi kali ini aku merasa begitu takut dan gelisah siapatau saja ada sesuatu yang terjadi ketika aku dirumah sendirian. Setelah selesai makan malam aku kembali ke kamar dan melihat di jendela kacaku, pemandangan di luar sana begitu sunyi, aku melihat seseorang menatap ke arah jendelaku dengan setelan baju serba hitam dan pria itu bertubuh kekar dan menggunakan masker untuk menutupi wajahnya, Dengan cepat aku lalu menutup jendelaku dan bersembunyi di balik tembok. "Siapa pria itu? Apa dia mengenalku? Atau aku memang mengenalnya?" Tanyaku merasa gelisah. Aku lalu kembali ke tempat tidurku dan menutupi seluruh badanku dengan selimut, aku sungguh takut, Papi dan juga bunda belum juga pulang, apa yang harus ku lakukan jika saja pria itu nekad membunuhku karena dia pasti pria yang sama yang sudah mengirimiku boneka berlumuran darah itu. Tak lama kemudian Ponselku berdering. Gibran +6289856679*** Memanggil...... "Hallo? Gib, aku takuttt" Jawabku walaupun agak terkejut. "Ada apa? Kamu kenapa? Apa sesuatu terjadi?" Tanya gibran. "Aku takutt....ada pria yang sedang mengawasi rumahku dan selalu melihat ke arah kamarku" "Baiklah....aku akan kesana sekarang" kata gibran sembari mengakhirii telfon. ■■■■■ Tak lama kemudian aku mendengar suara bel pintu, aku lalu turun melewati anak tangga dan melihat lewat jendela dan melihat Gibran sedang menunggu di depan pintu. Aku dengan cepat membuka pintu rumahku dan menyuruhnya masuk. "Kamu ga apa-apa?" Tanya gibran khawatir sembari melihatku dari atas sampai bawah. "Aku ga apa-apa" kataku, aku ingin sekali Memeluk pria kekar sekaligus tampan ini yang sedang dengan wajah khawatirnya tapi aku tak mungkin melakukan itu ketika aku pernah menolak perasaannya. Aku lalu membuatkan teh hangat untuknya karena cuaca begitu dingin, malam sudah mulai mencekam karena sebentar lagi jam 9 malam. Aku lalu menaruh secangkir teh hangat di atas meja, aku melihat gibran sedang berbicara dengan seseorang lewat telfon dan sesekali membuka horden untuk melihat keadaan di luar. "Gua tungguin ya?" ".........." "Gua butuh malam ini" kata gibran sembari mondar mandir. "........." "Iya secepatnya" ia lalu mengakhiri telfonnta dengan seseorang, entah siapa yang ia tungguin dan apa yang di butuhkannya aku ga tau. "Ini tehmu, minum dulu agar kamu merasa hangat" kataku mencoba mengencerkan suasana karena Gibran selalu berusaha diam dan tak mengatakan apapun. Gibran laku kembali duduk di hadapanku, ia merasa sangat gelisah entah apa yang dia gelisahkan saat ini aku juga ga tau. "Apa kamu mencurigai seseorang?" Tanya Gibran. "Mencurigai? Ga ada" jawabku sembari menatapnya. "Apa kamu punya musuh?" Tanya gibran seperti detektif saat ini yang menginterogasi Tahanan. "Ga ada juga, selama ini aku baik sama semua orang, emangnya ada apa?" kataku. "Aku butuh petunjuk saja untuk mengetahui siapa b******n yang sudah menerormu sampai segininya, coba kamu ingat apa ada hadiah yang sering kamu terima akhir-akhir ini?" Tanya gibran yang masih dengan tatapan Interogasi. "Selama ini ada pengagum rahasia yang selalu mengirimiku bunga dan juga coklat serta kotak makanan dan untuk kali pertamanya seseorang mengirimiku Boneka seram yang berlumuran darah seperti itu, sampai kemarin aku syok melihatnya" kataku menjelaskan. "Jika pemberian itu bunga beserta coklat dan juga Kotak makanan yang kamu terima tiap hari, aku tau siapa orangnya, tapi yang ga aku habis pikir, kenapa kamu di teror sampai segininya sedangkan kamu ga punya musuh dan ga pernah punya masalah dengan orang" kata gibran sembari berdiri dan membuka horden melihat suasana di luar sana. "Kamu tau siapa yang mengirimiku bunga dan juga coklat setiap hari? Siapa?" Tanyaku agak penasaran ketika pembicaraan kami melenceng ke pemberian seseorang. "Kamu akan tau siapa dia, tapi bukan itu yang penting saat ini, aku harus menemukan siapa b******n itu" kata gibran geram.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD