Sudah hampir jam 1 malam.
Ketika aku keluar dari kamarku aku melihat Gibran dari lantai atas sedang tertidur di atas sofa, aku merasa sangat terlindungi ketika ia disampingku, tapi kenapa hati ini susah untuk menerima hatinya? Apa karena keraguanku?
Aku lalu turun dari lantai atas dengan membawa selimut milikku dan ku pakaian diatas tubub Gibran.
Aku sejenak menatap wajah tampannya ketika sedang tidur ia terlihat sangat tenang.
Setelah menatap wajah tenangnya aku mendekati jendela dan melihat suasana di luar sana, beberapa orang yang berada di depan pagar rumahku sedang memasang Camera CCTV yang di sambung langsung di Ponsel Gibran dan juga Laptopku.
Bahagianya hati seorang wanita ketika diberi perhatian seperti diriku sampai Gibran bela-belain untuk membeli semua perlengkapan CCTV agar bisa mengontrolku.
Setelah mengecek keadaan di luar rumah aku lalu kembali kedalam kamar dan mencoba memejamkan mataku.
■■■■■
Author's POV.
Alarm berbunyi!!!......
Jam sudah menunjukkan Pukul 6 Pagi Tapi Lolita hanya membangunkan tangannya dan mematikan bunyi alarmnya itu agar dia bisa tidur dengan tenang.
"Bangun sayang!!!" Suara seorang wanita membangunkannya tapi Lolita susah untuk membuka mata lentiknya.
"Apa kamu lupa semalam punya tamu?" Suara itu lagi-lagi membuatnya berusaha membuka matanya, ia lalu mengingat Gibran dan langsung neranjak dari tidurnya.
"Bunda, teman Loli ada di mana?" Tanya Lolita sembari mengikat rambutnya dengan asal-asalan.
"Udah pulang sayang, Bunda sama Papimu juga tak bertemu dengan temanmu itu, pas kamu sampai dia sudah pamit pulang ke mbok" Kata Ibu Amira sembari memperbaiki Model putrinya yang agak kacau karena baru bangun dari tidur.
"Bunda apaan sih, trus bangunin Loli ngapain? Loli kan dinesnya agak siang" kata lolita dengan bibir manyunnya.
"Papi memanggilmu, jadi kamu harus cepat turun kebawah dan sarapan sama-sama tapi jangan turun dengan model seperti ini, kamu harus mandi dulu" kata Ibu amira sembari melangkahkan kakinya keluar dari kamar sang putri.
■■■■■
Setelah seleaai mandi Lolita lalu turun melewati anak tangga dan melihat beberapa orang sedang melihat ke arahnya, lolita merasa sangat tak nyaman di tatap demikian dengan beberapa orang.
Lolita keheranan melihat tamu di rumahnya, entah apa hubungannya dengannya dia tak pernah tau.
"Bund, ini ada apa? Mereka siapa?" Tanya Lolita keheranan sembari melemparkan senyum manisnya.
"Ternyata Cantik sekali Putrimu Mir" kata salah satu wanita yang seumuran dengan Ibu amira dengan tatapannya.
"Mereka ini adalah keluarga teman bunda dan juga papimu, yang di sana itu adalah teman bisnis Papimu" jelas Ibu amira sembari menunjuk lelaki seumuran Papinya sedang berbicara dengan papinya.
"Trus ini ada apa? Apa hubungannya dengan Loli?" Tanya lolita masih penasaran.
"Papimu akan menjodohkanmu dengan Ponakan teman Papimu itu" kata Ibu amira dengan berbisik.
"Apa?? Papi berniat menjodohkan Loli? Ngapain bunda? Loli udah dewasa untuk mencari Pilihan loli sendiri, kenapa harus pakai di jodohkan segala?" Lolita sontak terkejut tapi ia tak bisa memberontak pada saat tamu Papinya melihat ke arahnya dengan kagum.
"Tenanglah nak, sebentar lagi kamu akan tau" kata Ibu amira sembari menepuk paha putrinya agar tenang.
Beberapa menit kemudian sekeluarga Pak Wardana oamit Pulang
"Semoga kita menjadi besan yang Akur pak ya?? Saya yakin ponakan saya pasti menyukai anak anda" Kata pak Wardana kepada Pak Wibowo Papinya Lolita.
Lolita hanya berusaha tersenyum karena tak mau membuat kedua orang tuanya malu karena sikapnya, apalagi mengingat umurnya yang sudah akan masuk 28 tahun, umur yang sangat dewasa bagi wanita sepertinya.
Sepeninggalan sekeluarga Wardana yang akan menjadi keluarga Lolita.
Lolita lalu melemparkan pertanyaan agak Sinis kepada kedua orangtuanya.
"Papi berniat menjodohkan lolita? Kenapa pi? Apa papi menganggap lolita ini masih anak kecil yang belum bisa mencari pasangan sendiri? Sampai papi nekad menjodohkan Lolita dengan Ponakan teman bisnis papi?" Tanya Lolita dengan nada bicara agak takut.
"Jika papi membiarkanmu mencari pasangan sendiri, papi tak akan pernah bisa bertahan Hidup, Kamu sudah dewasa umurmu sudah hampir 28 tahun dan kamu masih bertekad mencari pasangan sendiri? Sampai kapan? Sampai kapan Papi sama bundamu Menunggu?" Kata Wibowo dengan nada bicara yang mengintimidasinya.
"Apa papi lihat siapa lelaki yang memasang beberapa CCTV di sekitaran rumah kita? Dia lelaki yang Lolita inginkan, dia sudah menemani Lolita dan menjaga Lolita dengan caranya semalaman, karena saat ini Lolita selalu mendapatkan teror dari seseorang" Kata Lolita mencoba meyakinkan Papinya.
"Apa benar? Kenapa tidak kau kenalkan kepada papi dan juga Bunda?" Tanya Wibowo agak melemah.
"Karena lolita dan pria itu belum jadian papi, Lolita meminta waktu sama Papi agar Lolita bisa memperkenalkannya kepada papi di saat waktu yang sudah tepat, jadi ku mohon Pi agar Papi menghentikan Perjodohan ini" Pinta lolita dengan pandangan sedihnya.
"Tergantung jika kamu tak bisa membawa pria itu ke papi mau tak mau kamu harus menerima perjodohan ini, papi tak butuh waktu Lama untuk mengenalinya" kata wibowo agak menekan putrinya.