14

805 Words
Lolita sedang di dalam ruangannya saat ini dan menikmati cemilan yang ia beli bersama Yuna sewaktu selesai makan siang bersama, yuna sudah kembali ke kantornya dan lolita kembali keruangannya untuk melanjutkan pekerjaannya. Karena sudah menyelesaikan semua pekerjaannya dari operasi dan juga Mengunjungi semua pasiennya saatnya lolita bersantai. Tiba-tiba di dalam lamunannya ia membayangkan wajah lelaki yang sudah seminggu tak pernah di temuinya, lelaki yang sudah ia tolak perasaannya. "Apa aku bisa bertemu dengan Gibran lagi? Walaupun aku sudah pernah menolaknya?" Batin Lolita sembari menatap langit-langit ruangannya. ■■■■■ Beberapa jam kemudian Lolita sudah lepas dines ia lalu melepas jas dokternya, mengambil tasnya dan melangkah keluar ruangan. Ia berganti shift dengan dokter Meli dokter yang baru pindah dari salah satu rumah sakit di Surabaya. Ia lalu ke parkiran dan memasuki mobilnya, ia melihat sekotak hadiah berwarna pink dengan Ikat pita yang caktik ada di dalam mobilnya saat ini. Lolita lalu mengambil kotak itu dan membukanya dan berteriak sangat kencang karena terkejut melihat kotak yang berisi boneka yang sudah di mutilasi dengan pisau, hal itu semakin seram ketika melihat darah di sekitar tubuh boneka itu. "Apa itu? Apa maksudnya? Siapa yang berani mengirimkanku hadiah seperti itu?" Batin Lolita, hatinya begitu gemetar ketakutannya tak dapat melawan keberanian yang selalu ia tunjukkan kepada semua orang. Seakan-akan Lolita tak bisa bergerak karena saking terkejutnya, ia gemetar dan tak bisa menyalakan mesin mobilnya. Tak lama kemudian mobil mewah parkir tepat di samping mpbilnya tapi Lolita tak sanggup menoleh karena masih begitu syok ketika melihat isi kotak itu. Gibran lalu keluar dari mobil sport mewahnya dan melihat Lolita sedang di dalam mobil dengan wajah pucat, Gibran bertanya-tabya ada apa dengan lolita saat ini kenapa wajahnya begitu pucat dan ketakutan seperti itu. Tak sampai berpikir panjang, ia langsung mengetuk pintu kaca mobil Lolita. Mendengar suara ketukan kaca mobil, lolita terkejut dan melihat ke arah Gibran dengan Mata yang melotot ketakutan. Setelah melihat jika yang mengetuk kaca mobilnya adalah gibran, Lolita lalu membukanya dan langsung memeluk gibran dengan wajah pucat tanpa temaga. "Ada apa denganmu? Kenapa kamu ketakutan sepertu itu? Apa kamu sakit? Atau ada yang mengganggumu?" Tanya gibran keheranan melihat lolita langsung memeluknya tanpa mengatakan apapun. "Ada apa? Apa sesuatu terjadi?" Tanya Gibran, karena merasa aneh lolita tak menjawab pertanyaannya, ia lalu melihat lolita sudah tak sadarkan diri. "Bangun Lol? Ada apa? Kenapa kamu seperti ini?" Tanya gibran sembari memboyong Lolita masuk kedalam lift dan menekan tombol lantai 5 di mana ia bisa membawa Lolita untuk di periksa keadaannya. Sampai di lantai 5 semua orang terkejut melihat Gibran sedang memboyong Lolita, semua perawat lalu berkumpul dan melihat gobran membarongkan lolita di ranjang pasien. "Ada apa ini? Kenapa kalian kumpul?" Tanya dokter Diandra yang sedang bersama dokter Richardo saat ini. "Dokter Lolita dok" jawab salah satu suster sembari menunjuk ke arah Lolita yang sedang terbaring tak sadarkan diri. Melihat hal itu richard dan Diandra lalu berlari masuk kedalam ruang pemeriksaan dan melihat pria yang membawa Lolita kembali kerumah sakit. "Ada apa ini? Kenapa dokter lolita seperti ini? Apa anda mengganggunya?" Tanya richard sembari menuding gibran yang juga sedang khawatir. "Apa anda bisa diam dulu? Tugas dokter untuk pertama kali bukan menginterogasi wali pasien tapi memeriksa pasien" kata Gibran agak kesal dan tudingan pria berjas dokter itu. "Apa maksud anda? Dokter lolita adalah Dokter dirumah sakit ini, dia tak membutuhkan wali" kata richard menantang. "Dok, kita harus memeriksa lolita dulu, jadi anda harus menjaga sikap" kata dokter diandra mencoba mengingatkan atasannya itu. "Saya akan memeriksa Lolita dan mengecek keadaannya jika dia sudah sadar nanti dan msngatakan bahwa kamu yang menyebabkan semua ini, saya akan memanggil polisi untuk datang menangkapmu" kata Richard agak sinis dan berbicara dengan nada marah serta cemburu. Gibran hanya bisa diam dan tak mengatakan apapun karena ia merasa emang tak salah. Beberapa menit kemudian Lolita sadar dan membuka mata lentiknya itu, ia lalu melihat Gibran dan Richard serta diandra disampingnya. "Kamu sudah sadar? Apa kamu merasa pusing? Atau ada bagian yang sakit?" Tanya dokter Richard. Lolita tak menjawab pertanyaan Richard dan hanya menatap Gibran yang sedang acuh tak acuh melihatnya. "Ada apa Lolita? Bagaimana keadaanmu sekarang? Dan ceritakan kepada kami, kenapa kamu bisa sampai seperti ini?" Tanya Diandra. "Saya hanya syok dok" jawab lolita. "Iya kami sudah memeriksamu dan kamu memang hanya syok, tapi saya mau tanya syok karena apa?" "Waktu saya hendak pulang, saya melihat ada kotak hadiah di dalam mobil saya, ketika saya membukanya saya melihat sesuatu yang membuat saya terkejut dok, boneka yang bermandikan darah dan boneka itu sudah di cabik-cabik, saya hanya merasa ada yang mencoba mengancam saya" kata Lolita menjelaskan sedetailnya kepada atasannya. Gibran terkejut mendengar hal itu dan berusaha menahan amarahnya karena sekotak hadiah yang mengancam itu. "Trus apa yang mengancammu adalah Pria ini?" Tanya Richard sembari menunjuk ke arah gibran. "Bukan dok, Dia hanya menolongku" kata lolita sembari menatap gibran penuh pertanyaan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD