Yuhu…i am back. Jangan lupa tap love and share juga ya. Makasih reader kesayangan.
********
Akhirnya Adrian dan Freya pindah ke rumah mungil yang di janjikan Kakek. Rumah mungil dan asri yang berada di dekat perkebunan milik kakek Adrian. Rumah dengan satu kamar utama dan satu kamar tamu. Terdapat balkon di belakang yang menghadap ke taman bunga yang dipelihara khusus untuk dijual.
Terdapat hunian di dekat rumah mereka yaitu milik para pekerja yang bekerja di kebun milik kakek. Mereka sudah diberitahu bahwa akan ada yang menempati rumah utama di dekat perkebunan tersebut.
Kakek dan orang tua Adrian hanya mengantar saja, karena Kakek juga hendak memperkenalkan seluruh pekerja pada Freya yang sudah menjadi bagian dari keluarga. Sedangkan Adrian tentu saja mereka sangat mengenalnya. Walaupun terkesan pendiam dan juga jutek nyatanya para pekerja di kebun kakek menyukainya yang katanya lebih ramah daripada kakaknya.
Freya menempati kamar utama dan Adrian yang di kamar tamu. Tapi pakaian Adrian ada di kamar utama, jika sewaktu-waktu Orang tua atau Kakek datang mereka tidak bingung untuk kembali bersandiwara jika mereka tidur satu kamar bukan berpisah kamar seperti kenyataannya.
Freya merasa lebih nyaman dengan tinggal sendiri begini. Saat ini mereka berdua sedang duduk di taman belakang setelah beres-beres. Kakek dan juga orang tua Adrian sudah pulang. Mami tidak mengijinkan mereka membawa pembantu. Semua harus mereka urus sendiri. Mulai dari bersih-bersih, mencuci, masak san semua pekerjaan lainnya. Maminya sebenarnya punya tujuan agar Freya benar-benar mengurus Adrian dengan tangannya sendiri.
"Sesuai perjanjian yang kamu buat dulu, biarlah kita tetap berjalan apa adanya tanpa mencampuri urusan masing-masing," ucap Freya membuka suara mengingatkan surat perjanjian yang Adrian buat sebelum mereka menikah.
"Tapi perjanjian itu kan enggak kamu tanda tangani , walau demikian aku setuju mari lakukan yang tertera disitu kalau kita tidak saling mencampuri urusan masing-masing. Kamu dengan urusanmu dan aku dengan urusanku. Jangan pernah ada cinta diantara kita, yang penting engkau jangan pernah membuatku nyaman maka aku tidak akan pernah betah di sampingmu," ucap Adrian sambil menatap Freya.
"Oke … oke … aku paham, aku tidak ada niat untuk membuatmu nyaman di sampingku karena bocah sableng sepertimu bukan tipeku banget deh," ucap Freya sambil terkekeh.
"Tapi aku juga penasaran, siapa diantara kita berdua yang pada akhirnya merasa sangat kehilangan jika pada akhirnya kita harus berpisah," ucap Freya lagi dengan senyum jenaka ke arah Adrian.
"Itu tidak akan pernah terjadi karena aku mencintai Diana, kau tahu itu bukan," ucap Adrian sambil terkekeh.
"Hahaha … iya aku sangat tahu bosqu, setidaknya menikah denganmu membuatku bisa pelan-pelan dalam mencari suami sungguhan bukan suami sandiwara sepertimu tanpa di ganggu ocehan Papa dan juga Mama menanyakan kapan aku menikah. Engkau tahu itu, rasanya seperti setiap saat hidupmu berada di medan perang," kekeh Freya lalu menyesap teh hangatnya.
"Tapi kamu juga harus hati-hati, karena seperti yang aku katakan padamu jangan sampai orang tua kita dan juga Kakek tahu hubunganmu dengan Diana, karena aku tidak ingin mereka terluka," ucap Freya lagi sambil menarik napasnya.
"Siap bosqu, aku akan berhati-hati," ucap Adrian menirukan gaya bicara Freya.
"Aku mau mandi dulu, oya untuk makan malam kamu mau makan apa ?" tanya Freya sebelum beranjak.
"Apa yang dimasak Chef pasti enak," ucap Adrian menyunggingkan senyum manisnya yang dibalas anggukan Freya yang segera masuk ke dalam. Ia sudah sangat gerah ingin segera mandi.
Selesai mandi ia menanti Adrian yang juga mandi untuk shalat berjamaah. Selesai shalat seperti biasa Freya mencium punggung tangan lalu telapak tangan Adrian dan kali ini Adrian memberanikan diri mencium kening Freya membuat kaget muncul di wajah Freya. Tapi melihat wajah Adrian yang tetap saja datar membuat Freya segera bangkit. Melepas mukenanya lalu kembali ke kamarnya. Ia menggulung rambutnya asal dan berjalan menuju dapur. Ia akan memasakkan makan malam untuk Adrian. Sepertinya ia akan membuat nasi telur omurice saja yang simpel. Karena mereka juga belum berbelanja banyak kebutuhan untuk sehari-hari.
Freya sibuk dengan masakannya tanpa ia sadari Adrian memperhatikannya sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding. Sebenarnya saat mencium kening Freya tadi, Adrian benar-benar ragu tapi diberanikan dirinya untuk melakukannya. Karena rasanya kurang nyaman jika ia tidak melakukannya.
"Eh … ngapain lihat-lihat entar kamu naksir lo," ucap Freya yang mulai menyadari kehadiran Adrian.
"Hahaha … masih banyak stock wanita yang lemah lembut enggak bar-bar kayak kamu yang mengantri untukku jadi enggak mungkinlah aku akan naksir kamu." Tawa Adrian mengejek Freya.
"Hmmm … kalau sampai kamu naksir aku idih malu-maluin jilat ludah sendiri," ucap Freya berbalik mengejek Adrian. Keduanya terlibat obrolan seru sampai akhirnya terhenti karena bel pintu berbunyi. Adrian segera menuju ke depan, saat dilihat rupanya Diana yang datang membawakan ia makanan.
"Siapa yang datang ?" tanya Freya ketika Adrian sudah kembali ke dapur.
"Hmm … itu ada Diana, dia mau makan malam denganku dan kebetulan sudah membawakanku masakannya, kamu tidak keberatan kan ?" tanya Adrian merasa bersalah karena Freya juga sudah memasakkan ia makanan.
"Oh Itu … iya enggak apa-apa, kalian makan saja berdua biar aku makan disini, kalau aku ikutan nanti malah jadi obat nyamuk yang asapnya bisa buat sesak" ucap Freya dengan senyum dipaksakan entah mengapa ia kecewa, tahu begitu lebih baik ia langsung tidur enggak usah capek-capek masak lagi.
Adrian segera mengambil peralatan makan lalu keluar menuju ke balkon atas. Tinggal Freya yang sudah siap dengan dua piring masakannya. Ia menatap nasi goreng ala jepang buatannya dengan senyum kecut.
Ia lalu duduk dan mulai makan dalam diam.sedangkan satu piring nasi goreng yang sudah dibuatnya di masukan ke dalam lemari makan. Ia mendengar tawa riang dari Diana yang sepertinya sedang menyuap Adrian. Diam-diam Freya menuju ke balik kaca melihat ke luar balkon dua insan yang sedang dimabuk cinta itu bersenda gurau. Dengan lilin menambah kesan romantis makan malam mereka.
"Hmmm … dasar bocah sableng pacaran depan mataku, aduh gini ni kalau jomblo," gumam Freya merutuki dirinya.
Ia lalu kembali ke dapur dan mulai meneruskan makannya. Tiba-tiba saja Adrian masuk ke dapur untuk mengambil minum. Matanya sekilas bertatapan dengan Freya setelah itu ia keluar lagi. Tinggal Freya yang meneruskan makannya dalam diam. Selesai makan Freya segera menuju ke kamar ia lelah hendak tidur.
Memikirkan tentang pernikahannya membuat ia lelah. Bagaimana ke depannya biarlah mengalir saja seperti air.
Belum begitu terlalu lelap tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk.
"Freya … kamu sudah tidur ?" Suara Adrian memanggilnya. Dia malas menjawab akhirnya membiarkan saja. Tapi Adrian kembali mengetuk pintu kamarnya, tapi tetap saja Freya enggan menjawab. Lama berselang tidak ada ketukan lagi. Pada akhirnya karena penasaran Freya keluar dari kamar. Ia melihat di balkon sudah sepi tanda makan malam romantis telah usai.
Freya beranjak menuju dapur hendak mengambil air hangat. Ia terpana melihat Adrian duduk di meja makan sambil makan masakannya dengan lahap.
"Loh bukannya tadi makan malam romantis, kok masih makan lagi ?" tanya Freya sambil menuangkan air ke gelasnya.
"Aku masih lapar, aku panggil-panggil kenapa enggak menyahut sih ?" tanya Adrian Ketus.
"Emang ada apa kamu panggil-panggil aku ?" tanya Fteya dengan mimik tak paham.
"Aku mau minta tolong ditemani makan, rasanya sepi sekali makan sendirian," ucap Adrian yang membuay freya teryawa kencang. Sejujurnya Adrian tidak bisa menikmati masakan Diana yang tidak sesuai dengan lidahnya. Tapi begitu makan masakan Freya sangat cocok di lidahnya. Ia jadi teringat almarhumah neneknya. Citra rasa masakan yang dibuat Freya hampir mirip masakan Nenek.
"Idih … aku tadi makan sendiri juga enggak protes tu minta ditemani," sindir Freya secara terang-terangan pada Adrian.
"Lagian kamu aneh, sudah makan kok masih lapar lagi. Emang kamu tadi makan apa sih, makan cinta ya ?" tanya Freya dengan sindiran yang semakin tajam yang hanya dibalas senyuman Adrian.
"Kamu kenapa jadi galak begitu ? Cemburu ?" tanya Adrian mulai menggoda Freya.
"Idih … amit-amit aku cemburu, kayak enggak ada hal yang lain aja kok cemburu sama bocah sableng macam kamu," balas Freya dengan muka galak yang tentu saja dibalas kekehan Adrian.
"Maafin aku ya, tiba-tiba saja Diana datang dan membuat kamu enggak nyaman." Tiba-tiba saja Adrian meminta maaf yang terdengar tulus.
"Hmmm … aku enggak apa-apa Diana datang kesini tapi kalau bisa jangan sampai larut dan juga aku enggak ingin kalian berbuat dosa di rumah ini. Banyak pekerja disini jadi baik kamu atau Diana harus bisa membawa diri," ucap Freya sambil menarik napas lelah.
"Iya aku paham, oya … masakan kamu enak aku suka," puji Adrian tulus pada Freya.
"Hmm … terimaksih, aku mau tidur dulu," ucap Freya sambil menguap kecil pura-pura mengalihkan hatinya yang sebenarnya senang dipuji begitu.
Adrian memandang punggung Freya yang keluar dari dapur. Ia menghela napas lelah dengan keadaannya saat ini. Ia tidak tahu sampai kapan akan terjebak dalam pernikahan sandiwara ini.
********
Aku usahakan secepatnya bisa up lagi biar enggak gantung di hati, kayak digantung pacar bgtu pasti bete ya hehehe….mksih reader love you all