PART 6

1076 Words
Yuhu…iam back..lama nunggunya ya..maaf bangett ******** Adrian mengendarai mobilnya dengan pelan. Keduanya diam membisu tidak ada yang memulai untuk berbicara. Tidak berapa lama mobil memasuki pelataran rumah Adrian. Freya segera membuka pintu mobil dan keluar tanpa menunggu Adrian. Saat melewati ruang tengah sudah ada mertua dan juga Kakek Adrian. Mami Adrian segera menghampiri Freya. "Sayang … kamu sudah makan belum ?" tanya Mila mertua Freya khawatir pada menantunya dan tentu saja merasa bersalah juga. "Sudah Mi, tadi Freya makan di resto," ucap Freya sambil tersenyum. "Mami sudah makan ?"  tanya Freya pada mertuanya karena tadi Adrian bilang Maminya enggan makan. "Belum sayang, Mami khawatir sama kamu. Syukurlah kamu sudah pulang. Maafin Mami ya mungkin cara Mami enggak berkelas," ucap Mila Mertua Freya sambil memeluk menantu kesayangannya itu. Walau tidak suka dengan cara mertuanya, tapi Freya juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkannya. Karena mereka sangat tahu pernikahan bagaimananyang dijalani anaknya. Mertua dan juga kakek mertuanya sangat menginginkan cucu. "Enggak apa-apa Mi, ayo mami makan dulu atau Freya temani Mami makan atau gimana ?" tawar Freya dengan senyum manisnya. "Enggak usah sayang … biar Papi yang temani Mami makan, kamu istirahat ya sayang," ucap Mami mertuanya sambil membelai lembut rambut Freya. Akhirnya setelah menyapa Papi Mertua dan juga kakek, Freya segera masuk ke kamar ia ingin mandi. Tapi sepertinya ia harus mengantri karena Adrian sudah di dalam kamar mandi. Saat ia ngobrol dengan mertuanya tadi, Adrian sudah duluan masuk kamar. Freya menunggunya sambil memainkan ponselnya. Tak berapa lama pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Adrian yang hanya menggunakan handuk. Freya meliriknya sekilas tapi pada akhirnya menatap Adrian tidak berkedip. "Ya ampun … badan kamu kenapa merah-merah begitu ? salah makan ?" tanya Freya dengan mimik lucu. "Iya … serangganya sadis, mabok serangganya sampai dicakar begini," ucap Adrian menunjukkan punggungnya yang sebenarnya merah-merah itu adalah karena ulah Freya saat tidak sadar membuat jejak begitu banyaknya. Dan juga cakarannya di pungung Adrian saat ia menarik Adrian untuk mencumbunya. "Hmmmm … jangan bilang kalau itu karena semalam," tanya Freya lebih tepatnya meyakinkan dirinya kalau itu bukan seperti yang ia pikirkan saat ini. "Kamu sadis ya kalau enggak sadar begitu," ucap Adrian menggoda Freya. "Ah … kamu bohong … itu pasti kamu habis kerokan kan ? atau habis makan apa gitu terus alergi." Freya tetap ngotot meyakinkan dirinya kalau itu bukan karena dirinya. "Enggak lah … kamu mau aku ceritakan gimana semalam aksi kamu," ucap Adrian mengerling jenaka ke arah Freya. "Idih …. bocah sableng, ogah ah … bicara saja tu sama tembok," ucap Freya lalu buru-buru ke kamar mandi menutupi malunya. Ternyata ia begitu agresif sekali. Jejak merahnya bertebaran di tubuh Adrian. Freya menanggalkan pakaiannya dan melihat p******a dan juga tubuhnya yang terdapat jejak Adrian. Membayangkan payudaranya disentuh membuat Freya sedikit mengerang. Adrian laki-laki pertama yang mengambil ciumannya laki-laki pertama yang juga melihat tubuhnya tanpa busana dan Laki-laki pertama yang menyentuhnya walau belum sampai melakukan hal yang lebih. Freya pernah menjalin kasih, tapi ia tidak pernah sekalipun berciuman. Hanya sekedar pegangan tangan atau mencium kening saja tidak lebih. Selesai membersihkan dirinya, Freya segera keluar dari kamar mandi dan mendapati Adrian sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil memainkan ponselnya. Adrian melihat Freya yang sudah selesai mandi. "Kamu belum shalat kan ? Jamaah sama aku ya ?" ucap Adrian menawarkan. "Belum, hmm … iya deh," jawab Freya membalas senyum Adrian. *Manis banget sih bocah sableng kalau senyum, batin Freya menilai* Adrian memakai sarung lalu menggelar sajadah menanti Freya yang masih mengenakan mukenannya. Mereka berdua larut dalam munajat panjang ke hadiran sang pencipta. Mengukir cinta yang lebih indah. Selesai Shalat Freya mencium punggung tangan lalu telapak tangan Adrian seperti yang biasa dilakukan Mamanya pada Papanya jika selesai Shalat. Adrian ingin mencium kening Freya seperti yang dilakukan Papinya tapi di tahannya, ia takut Freya salah sangka. Padahal Freya pikir Adrian akan melakukannya karena Papanya biasa melakukan itu pada Mamanya. Selesai Shalat Adrian membereskan peralatan Shalatnya demikian juga Freya. Mereka berdua kembali membisu tidak ada yang ingin mulai berbicara. Hingga akhirnya terdengar ketukan di pintu. Rupanya Mami memanggil. Adrian segera keluar diikuti oleh Freya. Mereka berdua sudah ditunggu Kakek yang hendak bicara. "Freya … Kakek harap sikap Adrian selama menjadi suami kamu tidaj menyebalkan ya," ucap Kakek sambil tersenyum yang dibalas senyum juga oleh Freya. "Kakek dan Juga Papi mertuamu sudah memutuskan kalau kalian akan tinggal terpisah dari kami untuk belajar mandiri dan lebih saling mengenal." Kakek menarik napas sebelum melanjutkan sambil melirik pada Mami yang mulai menangis. Bagaimana bisa ia jauh dari putra bungsunya itu, tapi keputusan Papi dan juga Kakek yaitu Ayahnya tidak mungkin ia bantah. "Kami sudah mempersiapkan sebuah rumah kecil untuk kalian tinggali sementara rumah kalian sedang proses pembangunan. Besok pagi kalian sudah bisa pindah." Putus Kakek yang dibalas anggukan Freya dan juga Adrian. "Ada yang mau kalian tanyakan ?" tanya Kakek sambil tersenyum dengan senyum yang tentu saja meneduhkan mengingatkan kembali Freya akan Kakeknya yang telah tiada. "Tidak ada Kakek, baik Ian maupun Freya sudah paham," ucap Adrian sambil menyikut lengan Freya. "I … iya Freya Paham dan kemanapun Mas Adrian pergi Freya ikut," ucap Freya spontan tapi kata-katanya membuat Adrian kaget tapi sedikit senang seakan-akan mereka suami istri yang saling mencinta tapi nyatanya tidak. "Baiklah kalian bisa istirahat sekarang," ucap Kakek lagi mempersilahkan Adrian dan Freya kembali ke kamar. Mereka berdua lalu berdiri berpamitan untuk kembali ke kamar. Saat di kamar mereka berdua kembali membisu. Hingga akhirnya Freya yang membuka suaranya mengajak Adrian bicara. " Hmmm … itu kata-kataku tadi jangan dimasukan hati, aku hanya bicara untuk meyakinkan dan menyenangkan hati kakek saja tidak lebih" ucap Freya teringat ucapannya yang akan mengikuti kemanapun Adrian pergi. "Aku paham bahasa sandiwaramu, jadi tenang saja aku tidak berpikir yang aneh-aneh karena hubungan kita ini juga sebuah sandiwara bukan," ucap Adrian dengan senyum yang sangat manis tentunya yang entah bagaimana menimbulkan sedikit ya hanya sedikit debaran di hati Freya. "Baiklah, aku mau tidur sekarang untuk masalah bawaan besok saja karena sekarang aku sangat lelah. Setidaknya dengan rumah baru kita berdua akan lebih leluasa tanpa harus tidur sekamar atau saling mencampuri urusan masing-masing," ucap Freya sambil merentangkangkan tangannya seakan-akan menyambut sebuah kebebasan lalu ia menjatuhkan badannya ke ranjang menarik selimut dan mulai tidur dengan nyaman meninggalkan Adrian yang mengirim pesan pada Diana kalau mulai besok ia akan pindah rumah jadi mereka bisa leluasa untuk bertemu. ******* Aku hanya mau minta maaf lama baru hadir kembali. Karena kesibukan dan juga tiba2 kondisi yang drop akibat kelelahan yang membuatku berhenti sejenak. Aku harap semuanya bersabar, aku tetap melanjutkan menulis cerita ini sampai selesai dan membuat kalian akan merasa senang membacanya. Konflik yang ringan atau berat yang akan aku tampilkan setidaknya tetap membuat kalian tersenyum. Thanks bangettttt yang masih setia menanti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD