Yuhu…iam back. Love you all my reader. Aku mau namatin yang ceritaku turun ranjang baru lanjut yang ini aku selesaikan juga. Jadi sabar
********
Kehidupan dua insan tidak lagi sama. Rasa patuh bukan cinta harus dijalani untuk membuat yang lain bahagia. Tapi mungkin demikian rahasia Tuhan sedang dijalankan.
Beberapa hari ini baik Freya dan Adrian tetap pada rutinitas mereka. Selesai subuh Freya mulai dengan aktivitasnya membersihkan rumah dan memasak sarapan untuk Adrian dan juga dirinya. Sedangkan Adrian sendiri selesai shalat subuh kembali tidur karena ia bertugas malam hingga subuh baru kembali pulang.
Selesai beres-beres Freya mulai menyiapkan sarapan pagi ia hendak masak ayam kecap. Ia memasak dengan cekatan. Selesai masak Freya menuju kamar Adrian dan mengetuknya. Beberapa kali ia ketuk tapi tidak ada jawaban. Karena kesal akhirnya Freya mendorong pintu dan ternyata tidak dikunci. Ia masuk dan menarik selimut Adrian agar bangun. Tapi Adrian tetap saja tidur tanpa terganggu.
"Bangun … molor aja sih, ayo sarapan dulu aku mau berangkat ni. Kalau kamu kurus nanti kata Mami aku ini enggak ngurusin kamu," ucap Freya sambil berusaha menarik tangan Adrian. Tapi ia segera menarik tangannya kembali ketika dirasa tangan Adrian teramat panas. Freya lalu memegang kening Adrian dan memang terasa panas.
"Ian … mas … kamu sakit ?" tanya Freya sambil duduk di samping ranjang Adrian.
"Ian …." Panggil Freya lagi yang sepertinya berhasil, pelan-pelan Adrian membuka matanya.
"Iya, bisa aku minta air ?" Ucap Adrian sambil memandang Freya. Kepalanya terasa sangat sakit sekali. Freya segera ke dapur mengambil yang diminta oleh Adrian. Ia lalu meletakkan air dan membantu Adrian untuk duduk.
"Kamu sakit, biar aku panggilin dokter," ucap Freya lupa kalau Adrian juga seorang dokter.
"Enggak usah, bisa aku atasi sendiri kamu berangkat ke restoran saja … hoeeekkk." Belum selesai bicara, Adrian tiba-tiba saja meras mual lalu muntah tepat di pangkuan Freya.
"M … maaf," ucap Adrian dengan suara bergetar.
"Enggak apa-apa," ucap Freya khawatir. Ia segera membersihkan muntahan Adrian di bajunya lalu setelah berganti baju dengan sigap ia kembali ke kamar untuk membantu Adrian.
"Kamu pindah kamar, disini biar aku bersihin dulu," ucap Freya lalu membantu Adrian untuk berjalan ke kamar utama.
Segera ia balik lagi ke dapur mengambil Air hangat lalu kembali ke kamar. Setelah mengambil washlap Freya membuka baju Adrian yang diikuti patuh oleh Adrian. Pelan-pelan ia membersihkan wajah Adrian lalu badannya. Setelah selesai diambilnya pakaian bersih dari lemari.
"Nah … celananya kamu bisa pakai sendiri kan aku tutup muka ya," ucap Freya dengan muka pipi memerah dan dibalas Adrian dengan anggukan kepala. Freya lalu menutup wajahnya dengan telapak tangannya hingga beberapa saat.
"Sudah," ucap Adrian dengan lemah.
Freya lalu membantunya untuk kembali rebahan.
"Kamu tunggu ya biar aku masakin bubur dulu," ucap Freya lalu beranjak keluar tak lupa ia menelepon asistennya mengabarkan kalau hari ini ia akan libur untuk ke restoran karena keadaan Adrian yang tidak mungkin untuk ia tinggalkan sendiri.
Kemungkinan Adrian kecapekaan, Freya sangat paham tugasnya sebagai Dokter terkadang harus menangani pasien darurat walau tengah malam sekalipun.
Selesai memasak bubur, Freya lalu membawanya ke kamar. Ia membantu Adrian untuk duduk.
"Aku suapin ya," ucap Freya yang dibalas anggukan lemah Adrian.
Freya dengan telaten menyuap Adrian yang terlihat menahan mualnya. Selesai minum air hangatnya Freya lalu membantunya untuk tidur kembali saat bel pintu rumahnya berbunyi. Freya menuju ke depan rupanya Dokter Anita. Selesai menelepon Mia Asistennya ia juga menelepon Dokter Nita agar datang memeriksa Adrian.
Dokter Nita merupakan Senior Adrian dan juga Dokter Keluarga Freya. Setelah mengantar Dokter Nita ke kamar ia lalu menuju Dapur untuk membuatkan minum.
"Hmmm … kamu lagi mikirin apa sih ?" tanya Dokter Nita bertanya pada Adrian. Sepertinya kelelahan Adrian karena pengaruh stress yang ada pada dirinya mengakibatkan lambungnya terkena dampaknya.
"Sementara ini kurangi cafein, aku tahu kamu sering begadang tapi sepertinya bukan karena itu, aku rasa ada something wrong yang buat kamu kayak begini," ucap Dokter Nita pada Adrian lagi. Ia tidak perlu menjelaskan sakit Adrian karena dengan perkataannya saja Adrian pasti paham. Adrian hendak berucap tapi dibatalkannya saat melihat Freya masuk.
Freya masuk ke ruangan membawakan teh hangat untuk Dokter Nita.
"Ayo dokter diminum teh nya mumpung masih hangat," ucap Freya dengan senyum manisnya.
"Makasih Frey," balas Dokter Nita lalu mengambil cangkir tehnya.
"Jadi, sakit apa Bapak Dokter kita ini Dok ?" tanya Freya dengan mimik serius.
Setelah meletalkan cangkirnya, Dokter Nita menghela nafas pelan. "Dia hanya butuh istirahat dia kelelahan, tapi perhatikan makannya dan juga kurangi Cafein ya," ucap Dokter Nita tidak mengatakan apa yang tadi ia katakan pada Adrian. Ia juga tahu pernikahan bagaimana yang sedang dijalankan Adrian.
Selain senior Dokter Nita juga adalah kakak sepupu Adrian. Dia sangat tahu jika Adrian memiliki kekasih bernama Diana. Sejujurnya Nita tidak terlalu menyukai Diana, cewek ambisius yang dekat dengan Adrian hanya karena gengsi dan juga materi. Ia tahu karena Diana bekerja di kantor milik Kakaknya. Jika Diana wanita baik-baik mengapa tidak lepaskan saja Adrian begitu mengetahui Adrian sudah menikah, bukannya meminta Adrian untuk menceraikan Freya lalu menikahinya kelak. Dan Adrian yang juga begitu memuja Diana hanya bisa mengatakan iya, padahal saat ini ia juga memikirkan kesehatan jantung Maminya jika sampai ia bercerai dengan Freya. Hal ini juga yang membuat Adrian menjadi pikiran. Nita tahu Adrian sangat menyayangi Maminya, mana mungkin ia membuat hati Maminya terluka. Dokter Nita hanya menghela nafas kesal memandang Adrian dan juga teringat Diana.
"Baiklah Dok, tolong nasehati dia kalau saya yang menasehati mana mau ia mendengarkan, yang ada saya dibilang cerewet nanti," ucap Freya yang dibalas tawa Dokter Nita.
"Kalau dia bandel ikat saja Frey, jangan dilepasin biar jinak," ucap Dokter Nita sambil terkekeh yang dibalas wajah manyun Adrian.
"Aku mau tidur ka', makasih ya kakak sudah datang," ucap Adrian lalu merebahkan tubuhnya karena kepalanya masih pusing.
"Baiklah aku juga mau pamit, cepat sembuh ya dan ingat pesanku tadi," ucap Dokter Nita berpamitan pada Freya dan juga Adrian.
Freya mengantar Dokter Nita ke pintu depan.
"Hmmm … maaf kalau aku lancang." Dokter Nita yang sudah membuka pintu mobil menutupnya kembali.
"Adrian dan Diana jangan terlalu dekat, walau bagaimanapun kalian sudah menikah. Enggak baik kalau dilihat orang. Kamu istrinya, walau aku sangat tahu bagaimana pernikahan yang kalian jalani, tapi cobalah membuat ia bisa jauh dari Diana, karena aku mengenal baik bagaimana Diana yang menurutku tidak tulus pada Adrian. Selain itu kasihan tante Mila kalau kalian sampai bercerai, aku enggak bayangin bagaimana perasaan beliau," ucap Dokter Nita lalu menghela nafasnya pelan.
"Tolong kamu pikirkan Frey, dan maaf ya sudah bicara begini." Dokter Nita tersenyum ke arah Freya.
"Satu hal lagi, jaga Adrian baik-baik ya, sepupuku itu walau ketus dan agak menyebalkan tapi baik hatinya," ucap Dokter Nita lagi sambil tersenyum dan membuka pintu mobilnya.
"Iya Dokter, terimakasih banyak." Freya hanya tersenyum lalu Dokter Nita masuk ke dalam mobil dan melambai ke arah Freya. Meninggalkan Freya yang mencoba mencerna baik perkataan Dokter Nita.
Ia kembali masuk ke dalam rumah menuju kamar Adrian, untuk obat kata Dokter Nita akan ada yang mengantar.
Dilihatnya Adrian tidur dengan gelisah. Freya mendekatinya.
"Mhmm … masih pusing ? atau masih mual ?" Tanya Freya lalu duduk di ranjang di samping Adrian.
"Aku masih pusing saja," ucap Adrian sambil memijat pelan kepalanya sendiri.
"Bisa tolong tutup gorden dan juga tolong nyalakan lampu tidur saja ? Aku enggak bisa tidur kalau terlalu terang." Pinta Adrian pada Freya yang sigap dilaksanakan Freya.
Selesai dengan permintaan Adrian dilihatnya kalau laki-laki yang kini menjadi suaminya itu masih gelisah. "Sini aku bantu pijitin biar enakan." Tanpa menunggu jawaban Adrian Freya naik ke atas ranjang, ia memijat pelan kening Adrian. Sepertinya Adrian merasa enakan dilihat dari ia yang tenang menikmatinya.
Tiba-tiba saja Adrian membuka matanya menatap Freya yang tengah memijatnya. Menatap dalam tepat ke manik mata Freya, membuat Freya salah tingkah tapi tetap melanjutkan memijat Adrian. Malah sekarang ia mencoba membalas tatapan Adrian. Hingga tidak tahu siapa yang memulai bibir keduanya menyatu. Adrian mencium lembut bibir Freya, pelan lalu semakin dalam. Ia menahan tengkuk Freya agar ciumannya lebih dalam lagi. Freya membalas ciuman Adrian. Lidah mereka saling berbelit. Adrian menggesek pelan Lidahnya pada lidah Freya menimbulkan sensasi tersendiri hingga satu erangan lolos dari bibir Freya membuat Adrian semakin menjadi. Ia menggigit pelan bibir Freya lalu menciumnya kembali dengan lembut tapi dalam. Freya ingin melepaskan ciumannya tapi otaknya tidak sejalan dengan tubuhnya ia menikmatinya.
Tangan Adrian menelusup ke dalam kaos Freya, menyingkap Bra yang menutupnya lalu meremas lembut buah d**a Freya, yang pada akhirnya membuat Freya melepaskan ciumannya. Freya sebenarnya ingin lagi tapi berusaha ditahannya. Karena entah mengapa ia teringat pada Diana kekasih Adrian.
Freya buru-buru turun dari ranjang yang dibalas tatapan tidak terima Adrian.
"M … maaf aku ke dapur dulu, kamu istirahat saja nanti kalau perlu sesuatu panggil aku," ucap Freya dengan terbata lalu beranjak meninggalkan Adrian. Tinggal Adrian sendiri yang merutuki kebodohannya yang entah bagaimana bisa merasa nyaman saat mencium Freya hingga akhirnya tangannya tidak bisa ia kendalikan.
"Maafkan aku Freya," gumam Adrian berusaha untuk tidur karena sekarang bukan hanya kepalanya yang tambah pusing tapi bagian bawahnya juga ikut mengeras dan pusing.
*******
Hahaha…..nanti deh disambung lagi ya… love you all reader …