Satu minggu sudah Dirga tidak masuk kantor. Hanya kabar burung sayup-sayup terdengar oleh Tiyas. Kabar Dirga yang memilih kembali ke Amrik yang pergi tanpa pamit. Kabar perjodohan Adit dengan mantan adik iparnya. Semua sampai ke telinga Tiyas, walau masih simpang siur. Walau terasa sangat tiba-tiba, Tiyas mencoba tenang. Menunggu kabar pasti melalui ponselnya. Tidak, Tiyas tidak berani duluan menghubungi Adit atau pun Dirga. Ia memilih menunggu dan menunggu. Malam ini, gadis berlesung pipi itu, gelisah. Ada sepi yang datang menyergap, menghantui hingga mata sulit terpejam. Ia duduk bersila mengambil n****+ yang baru dibelinya. Tapi, tak satupun kalimat yang mampu dicerna, bahkan walau hanya satu paragraf. Tiyas menutup buku itu, mengembalikan ke rak kecil di sampingnya. Diraihnya hap