Pencuri! Nggak tau diri! Kurang baik apa aku sama kamu! Anakmu kusekolahkan ditempat yang sama dengan anakku, tapi ini balasan yang kuterima! Hari ini juga keluar dari rumahku! Aku tidak sudi mempekerjakan maling!" Natasya berkacak pinggang dihadapan Ratmi yang menangis bersimpuh.
"Saya berani sumpah, Nyah. Saya tidak mencuri perhiasan itu" ujar Ratmi membela diri. " Mana ada maling mau ngaku! Aku gak mau tau, hari ini juga tinggalkan rumah ini!" Natasya meninggalkan Ratmi di ruang tamu. Sembari mengusap air matanya, ia mengemasi barang barangya.
"ini tas saya, Nyah. Silakan jika Nyonya ingin memeriksa." Ratmi meletakkan kedua tasnya disamping Natasya. Sepertinya ia masih enggan menoleh pada Ratmi. Tangannya membongkar baju yang telah tersusun rapi. Setelah puas dengan aksi geledahnya, Natasya pergi meninggalkan Ratmi dengan pakaian yang berserakan. Ratmi kembali merapikan. Pilu, itulah rasa yang menghimpit di dadanya. Tak pernah ia bayangkan sebelumnya, majikan yang selama ini begitu baik, berubah menjadi singa betina.
Ratmi duduk di teras menanti suami dan anaknya. Tiga puluh menit kemudian sebuah mobil sedan memasuki halaman. Ratmi segera berdiri menghampiri suaminya.
"Ayo Pak, kita pergi dari sini. Nyonya sudah tidak mengizinkan kita bekerja disini lagi." ujar Ratmi terisak.
"loh, memangnya ada apa, Buk?" tanya Saleh kebingungan. "Nanti Ibuk cerita di jalan, Pak!" Ratmi mendekati Tiyas lalu meraih tangannya" Ayo, Nduk kita balik ke kampung, kamu sekolah di kampung saja, ya?!" bujuk Ratmi pada putri semata wayangnya itu.
"Tiyas nggak mau sekolah di kampung. Buk! Tiyas mau sekolah di sini sama Mas Dirga!" Tiyas berusaha melepaskan diri dari Ratmi yang menarik paksa dirinya menuju gerbang. Dirga yang baru turun dari mobil segera meraih tangan Tiyas. Sekuat tenaga ia menariknya masuk ke dalam rumah.
"Jangan bawa Tiyas, Mbok! Lepaskan Tiyas! Jangan pergi Tiyas... Tiyas...!" teriak Dirga histeris melihat Tiyas ditarik paksa oleh Ratmi.
Natasya setengah berlari menghampiri Dirga lalu menarik anak bungsunya itu masuk ke dalam rumah. Dirga meronta sekuat tenaganya. Ia berusa membuka pintu, namun Natasya sudah terlebih dulu mengambil kunci. Anak lelaki yang masih duduk di kelas tiga sekolah dasar itu, berguling guling di lantai. Sesekali kakinya menendang pintu. Namun usahanya sia sia, Natasya tidak mengubris aksinya. Hingga dua jam kemudian, Dirga tertidur di lantai.
Enam belas tahun kemudian....