Di kantor, Tiyas tenggelam dalam pekerjaannya, tak dipedulikannya bel jam pulang. Satu persatu karyawan mulai berhamburan meninggalkan pabrik. Tiyas masih bertahan, ia enggan berhenti. Jika berhenti bekerja, air matanya akan kembali tumpah. Ia tidak menyadari sosok yang dulu dikaguminya menatap iba. Alan mendekat, mengampiri wajah gundah itu. "Tiyas, sudah jam pulang kantor, kenapa masih bekerja?" tanya Alan. Tiyas tidak menggubris, ia terlalu sibuk bekerja. Alan mengambil pakasa mouse dari tangan Tiyas lalu men-save datanya. Kemudain tangannya mencabut kabel komputer. Tiyas diam tanpa reaksi. Lalu dirapikannya berkas yang masih beserakan di atas meja. Memasukkannya dalam satu file. Sesaat kemudian, ia mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan Alan tanpa pamit. "Yas, ... Tiyas! Tu