HAK ASUH YANG BERPINDAH

1186 Words
“Sudahlah, kamu berikan saja Siska kepada ibu kandungnya. Lagian sebentar lagi kamu kan mau punya anak. Ngapain sih ngurusin terus anak itu,” kata Melina kepada Dasep. “Dia kan anakku, kamu udah tau kalo aku sayang sama anakku. Dan aku ga mau nanti Siska kayak ibunya, sekolah cuma sampai SMP,” kata Dasep. “Alah, si Halimah kan bisa usaha sendiri. Dia kan kerja, lagian aku yakin kok bapak kamu pasti bakalan kasi uang buat cucunya,” kata Melina. Dasep menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Rasanya ia kesal juga kalau harus bertemgkar terus dengan Melina masalah anaknya. Kalau nanti anak mereka lahir juga pasti Melina sibuk dan lagi, pekerjaannya di Bali tidak bisa terlalu sering ditinggalkan. “Ya sudahlah terserah saja, kalau kamu mau memberikan Siska kepada Halimah ya berikan saja,” kata Dasep. Sementara itu di rumah sakit, Halimah dan Siska tengah berpelukan. Tepatnya, Siska tidur di pelukan Halimah. Gadis kecil itu rupanya rindu kepada ibu kandungnya. ** Pagi itu saat Dasep dan Melina ke rumah sakit, tampak Halimah sedang bicara dengan Komar dan Mariam dengan serius. Dasep pun segera menghampiri mereka. “Ada apa ini?” tanya Dasep. “Ini si Bapak mau kasi Siska ke mantan istri kamu,” kata Mariam. “Loh, ya ga apa-apa, Bu. Apa salahnya sih? Siska kan anaknya Halimah juga,” kata Komar. “Trus kalo ga bisa makan kumaha? Bagaimana kalo cucu saya kelaparan?” tanya Mariam kesal. “Insya Allah saya bisa, Bu.” “Kita kan bisa tetap memberi uang untuk kebutuhan Siska meskipun dia bersama Halimah,” kata Komar. “Terserah ajalah, tapi kalo Dasep ga-“ “Saya setuju, Bu. Nggak apa-apa Siska sama Halimah,” sahut Dasep. Mariam mengerutkan dahinya dan ia merasa sangat bingung. Padahal tadinya sang anak begitu ngotot mempertahankan anaknya tapi kenapa sekarang malah begitu? “Tuh, kan si Dasepnya juga ga apa-apa,” kata Komar. Mariam hanya melengos kemudian dia pun melangkah pergi dengan perasaan yang kesal. Sementara Komar hanya menggelengkan kepalanya. “Bapak akan membayar uang administrasi rumah sakit dulu. Besok bapak akan antar Halimah dan Siska ke rumah Halimah,” kata Komar. Lelaki yang sudah menua itu pun segera melangkah pergi. Sementara Dasep, Melina dan Halimah. “Jangan geer dulu, kamu. Saya kasi Siska ke kamu karena Melina lagi hamil dan dia ga boleh cape. Jadi, saya ga mau tiap hari dengar ribut-ribut cuma gara-gara Melina marahin Siska. Anak itu sekarang banyak bandelnya,” kata Dasep. “Bukan anaknya yang bandel, Mas. Tapi, kamu yang ga bisa mengerti perasaan anak,” kata Halimah. “Kamu jangan cari ributlah, Halimah! Yang jelas mulai sekarang Siska tanggung jawab kamu!” kata Dasep. Lelaki itu pun segera menggandeng tangan Melina untuk pergi. “Eh, kalian ga liat Siska dulu?!” seru Halimah saat melihat kepergian Melina dan Dasep. “Kamu aja yang urus, kamu kan ibunya,” jawab Dasep tanpa menoleh sama sekali. “Eh, dasar gelo!” gerutu Halimah. Ia tidak habis pikir kenapa mantan suaminya itu begitu tidak peduli dengan anak sendiri. Padahal awalnya, Halimah selalu kesulitan hanya untuk membawa Siska pergi. Tapi, kali ini kenapa lelaki itu begitu pasrah memberikan sang anak kepadanya. Tidak beres! Beberapa hari kemudian, Halimah membawa Siska pulang bersamanya. Dokter sudah mengizinkan Siska untuk pulang. Saat tiba di rumah kontrakannya, Halimah melihat beberapa tas dan dus . Ia tau bahwa itu pasti adalah barang- barang milik Siska. Dalam hati Halimah menjerit. Apa karena Melina akan segera melahirkan sehingga Siska tidak ada gunanya lagi seperti barang bekas. "Siska, kita sudah sampai. Sekarang Siska tinggal sama Mama, ya. Rumah Mama memang tidak sebesar rumah eyangmu. Tapi, mama janji akan menjaga Siska dengan baik," Kata Halimah. Ia berusaha keras menahan air matanya agar jangan jatuh. Ia tau, Siska tidak bisa melihat air matanya, tapi dia bisa mendengar isaknya. "Ma ... Papa, Amih dan mama Melina sudah membuang Siska, ya? Apa karena Siska bandel sampai kecelakaan? Papa marah karena aku ngabisin uangnya?" Halimah tersentak mendengar pertanyaan Siska. Ia langsung menghambur memeluk gadis kecil itu. Hatinya terasa perih dan hancur. "Ya Allah ... tentu tidak. Mama yang meminta Siska pada Papa, supaya Mama bisa menjaga Siska dengan baik. Lagi pula, Mama kesepian di rumah ini," jawab Halimah dengan suara mantap. Meskipun ia sangat membenci mantan suaminya itu, Halimah tidak mau Siska juga membenci Papa kandungnya. 'Jika ia harus membenci Papanya, biarlah ia membenci. Tapi bukan karena aku yang mengajarkan untuk membenci Papanya sendiri,' kata Halimah di dalam hati. Semenjak perceraiannya, Halimah sudah memaafkan Dasep dan Melina. Hanya saja, Halimah merasa kecewa karena perlakuan keluarga Dasep kepadanya. Kecuali Komar tentunya. Mantan ayah mertuanya itu tidak pernah sekalipun berbuat jahat kepada Halimah. "Nanti, Mama akan mencari Guru untuk membantu Siska les, soalnya mama kan kerja." Halimah memang hanya mengenyam pendidikan sampai bangku SMP tetapi, Halimah adalah anak yang rajin. Ia rajin membaca. Ketika ia menikah dengan Dasep dulu, Halimah sering belajar dari buku- buku Dasep yang tersusun rapi di rak buku. Sehingga Halimah tidak sebodoh yang keluarga Dasep kira. Halimah, adalah seseorang yang memiliki wawasan luas dari buku-buku yang ia baca. Kemampuan bahasa Inggris Halimah pun baik. Halimah memanfaatkan kecanggihan teknologi jaman sekarang, di mana semua info bisa didapat dari Google dan menonton youtube. Dia ingin sang anak tidak seperti dirinya. Halimah mau Siska mengenyam pendidikan tinggi sehingga tidak bernasib seperti dirinya. "Siska dengarkan mama baik- baik. Siska harus tetap semangat dan belajar dengan baik. Mama mau, Siska kelak menjadi orang yang sukses. Bisa membuat Mama bangga. Mama janji akan selalu berada dekat Siska dan menjaga Siska. Siska juga janji sama Mama, kalau Siska tidak akan pernah jauh dari Mama," ucap Halimah. Siska mengangguk. "Siska janji, Ma. Siska janji belajar yang rajin, Siska janji ngga akan pernah buat Mama susah," ujar gadis kecil itu. Halimah memeluk erat bidadari kecilnya itu. "Ya sudah, sekarang kita ke kamar. Siska istirahat dulu, Mama mau membereskan rumah dan barang- barang Siska. Setelah itu kita beli makanan." "Siska mau makan kupat tahu, Ma," pinta Siska. "Iya, nanti kita beli. Sekalian sama kue surabi, Siska mau?" "Iya Ma, Siska mau!" seru gadis kecil itu gembira. Siska memang sangat menyukai kupat tahu dan kue surabi. Dan Halimah ingin membahagiakan Siska meskipun hanya sekedar membelikan makanan kesukaannya saja. Halimah ingin memberikan kehangatan bagi Siska. Setelah membereskan rumah dan merapikan barang-barang milik Siska. Halimah menepati janjinya dengan membawa Siska membeli makanan kesukaannya. Setelah itu, Halimah mampir sebentar ke tempatnya bekerja untuk bertemu Kokom. "Siska sudah pulang?” sambut ceu Kokom. Sebelumnya, Halimah sudah memberitahu Kokom tentang keputusan Dasep dan keluarganya melalui SMS. Sehingga Kokom tidak terlalu terkejut. Dan juga tidak membahasnya di depan Siska. "Siska sudah makan?" tanya Kokom sambil menuntun Siska untuk duduk di sofa. "Sudah, Siska sudah makan kupat tahu sama kue surabi tadi sama Mama," jawab Siska. "Betul sudah kenyang? Kalau mau makan, uwak ada pepes ikan mas sama lotek. Siska mau makan lagi?" Siska menggeleng perlahan. “Makasih, Wak. Udah kenyang, kok.” “Ya sudah, tapi nanti bawa makanan, ya,” kata Kokom, “Oya, Siska sekarang tinggal bersamamu, Halimah?” Halimah menganggukkan kepalanya, “Itu sebabnya saya ke sini, Ceu. Apa boleh jika saya bekerja sambil membawa Siska?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD