bc

PELAKOR YANG BERTOBAT

book_age18+
3
FOLLOW
1K
READ
city
childhood crush
like
intro-logo
Blurb

Melina menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Dasep dan Halimah. Bahkan ia sampai merelakan hubungan dengan keluarganya sendiri rusak. Dan ternyata, sesuatu yang diraih dengan cara tidak benar itu tidak akan membawa keberkahan.

Melina pun sampai di titik di mana ia akhirnya menyadari jika apa yang diperbuat itu pasti akan selalu ada balasannya.

Apa yang membuat Melina akhirnya bertobat?

chap-preview
Free preview
PEREBUT SUAMI ORANG
“Tante maunya apa sekarang?” tanya Siska dengan dahi berkerut. Melina menatap anak sambungnya itu dengan wajah penuh air mata. “Tolong pertemukan aku dengan ibu kamu, aku hanya ingin meminta maaf darinya,” kata Melina. Siska terdiam, ia menghela napas panjang sambil menatap wanita di hadapannya ini. Setelah hampir dua puluh tahun, ia tidak bisa melupakan apa yang wanita itu pernah perbuat dalam hidupnya. Wanita yang sudah dengan sengaja merebut kebahagiaan Siska bersama kedua orang tuanya. “Tolong, Sis. Tante saat ini hanya minta bertemu dengan ibumu untuk meminta maaf. Tante sadar jika apa yang tante lakukan selama ini adalah salah. Itu sebabnya Tante tidak pernah memperoleh kebahagiaan dalam hidup tante,” kata Melina berusaha memohon. Tampak wajah Siska begitu tenang, tetapi ia melihat ada kebencian dalam sorot ibu muda satu anak itu. Melina kembali terbayang dengan semua kesalahannya 20 tahun yang lalu. Jika ada mesin waktu seperti yang ada dalam film kartun tentu saja ia akan kembali ke waktu itu dan memperbaiki semua. Tetapi, sayang mesin waktu hanya ada di film saja. 20 TAHUN YANG LALU "Kamu nggak berpikir panjang ya, Lina? Kamu itu sudah menghancurkan rumah tangga orang lain!" Sumini menatap adik iparnya tajam. Dia melirik Iman suaminya, seolah meminta dukungan. Iman menghela nafas panjang. "Apa yang mbakmu bilang itu benar. Kamu ke Bandung untuk melanjutkan kuliah. Bukan untuk menggoda suami orang. Kalo tau begitu, kemarin Mas ngga akan kasi izin untuk meneruskan kuliahmu di Bandung," kata Iman. Melina hanya diam, menatap takut pada kakak dan kakak iparnya. Di dalam hati, memang dia membenarkan ucapan kakaknya. Tapi di sisi lain, dia juga sudah jatuh cinta pada Dasep. Lagi pula, kedua orang tua Dasep setuju. Bahkan Dasep dan Halimah pun sudah resmi bercerai. "Tapi, mereka sudah bercerai, Mbak," elak Melina. "Iya, karena ulahmu! Coba kalau tidak diladeni, dia pasti tidak akan mau menggodamu!Orang tuanya juga aneh, anak selingkuh kok dibiarkan." "Ya ,lalu bagaimana sekarang Mba, posisinya mereka mau melamar. Dan lagi mereka juga sudah tau hubunganku dengan Mas Dasep." "Ya, Mba sama mas terserah kaulah, wes! Tapi, kamu itu jangan sampai nyakitin anaknya, ya. Kau yang membuat orang tuanya berpisah," ujar Iman menambahkan. "Satu lagi, ingat omongan Mba. Bukan mba mau nyumpahin. Kalau sekarang saja dia bisa selingkuh, bukan tidak mungkin saat nanti dia menemukan yang jauh lebih baik darimu dia akan berpaling." "Duh, Mbak ini apa sih?Jangan nakutin, dong," protes Melina kesal. "Mbakmu, bicara kenyataan. Mas ini lelaki, jadi tau sifat lelaki itu seperti apa. Orang tua kita sebelum meninggal menitipkanmu pada Mas. Bagaimana nanti mas harus bertanggung jawab?" Akhirnya, dengan berat hati, Iman menyetujui lamaran dari keluarga Dasep. Dan 3 bulan kemudian, pernikahan dan resepsi mereka digelar. Yang paling berbahagia adalah Mariam, ibunda Dasep. Memang hubungan Mariam dengan Halimah tidak begitu baik. Mariam sering sekali menyindir Halimah karna latar belakang pendidikan Halimah. Dan setelah resepsi Dasep dan Melina pun memutuskan untuk bulan madu ke Bali. Karena kebetulan juga Dasep dan kawan- kawannya akan mengadakan pameran lukisan di Kuta Bali. Dasep adalah seorang pelukis, itu adalah hobbynya sejak SMA. Tetapi, pekerjaan itu ia lakukan sesekali saja. Karena Komar sudah mempercayakan bisnisnya kepada Dasep. "Eyang, Mama ke mana sih?' tanya Siska pada Mariam. "Mamamu ya, tante Melina sekarang," jawab Mariam pada cucunya. "Mama ke mana?" tanya bocah kecil itu sambil menarik ujung daster yang dikenakan Mariam. "Mamamu itu udah ngga sayang. Sekarang, kan ada Mama Melina," bujuk Mariam. "Siska nggak mau Eyang, tante Melina bukan Mamanya Siska," kata Siska sambil mengentakkan kaki dan mulai menangis. "Pokoknya, mama Siska itu tante Melina, ngerti!" bentak Mariam kesal. Tentu saja hal itu membuat bocah kecil berusia 2,5 tahun itu menjerit dan menangis. Mendengar suara tangis cucunya Komar segera menghampiri. Pria berusia 50-an itu menatap tajam pada istrinya, meminta penjelasan. "Ini loh, Pak. Siska ini, mamanya terus ditanya. Sudah empat bulan kok nggak lupa sama mamanya. Aku maunya dia lupain Halimah," ujar Mariam menjelaskan. "Ya, nggak bisa begitu juga, Bu. Namanya anak kecil jangan dipaksa. Ayo, sini Siska sama Eyang aja. Amih nggak asik, ya? Kita beli coklat sama es krim kesukaan Siska,ya," bujuk Komar pada cucunya. Setelah pergi berbulan madu, Melina dan Dasep pun kembali ke rutinitas seperti biasa. Hari itu, Melina kebetulan harus menyelesaikan beberapa surat di kampus untuk keperluan wisudanya. "Kau mau ke mana, Ti?" tanya Mariam yang sedang menyuapi Siska makan. "Ke kampus, Bu. minggu depan aku, kan, wisuda. Ada apa memangnya Bu? "Dasep tau kamu mau pergi?" "Iya Bu, tadi pagi sebelum Mas berangkat kerja, saya sudah pamit." "Jangan lama, begitu urusanmu selesai, segera pulang." Melina hanya mengangguk, tanpa mengucap salam lagi. Dia tidak peduli apa lagi pamit pada Siska. "Eh, mantu kurang ajar!Baru jadi menantu, sudah nggak sopan. Ini juga, anaknya bukan diurusin, sibuk sama urusan dia aja," gerutu Mariam. "Eyang kenapa?"

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook