"Jadi bagaimana urusan dengan Mama tadi? Berjalan lancar?"
"Kenapa kau malah meneleponku? Tanyakan sendiri pada Mamamu. Kau ini aneh sekali. Aku baru sampai di rumah jadi aku matikan teleponnya, ya," ucap Emily kesal karena ya, bagaimana tidak, dia baru saja sampai di rumah dan Giorgio sudah meneleponnya.
"Ya, aku tidak enak menanyainya karena pasti dia lelah. Lagipula kata pelayan di rumahnya, dia langsung masuk kamar setelah sampai rumah dan belum terlihat keluar lagi. Mungkin saja dia sedang tidur sekarang, karenanya aku meneleponmu dan mencari jawaban darimu saja,"
Mendengar itu Emily memutar bola matanya kesal. Ya, jika pria itu tahu jika Mamanya mungkin merasa lelah dan butuh istirahat bukankah itu berarti dirinya juga? Bagaimana bisa Giorgio tidak mengerti hal itu? Astaga...
"Tidak ada yang terjadi. Semuanya berjalan lancar tadi. Mamamu bahagia bisa membantu teman lamanya. Dan ya, aku juga tidak sengaja memberitahunya kalau aku hanya sekretarismu. Lagipula jika kupikir lagi lebih baik begitu karena tidak bisa rasanya aku terus membohongi Mama mu yang baik itu," ucap Emily asal sambil terlihat merapikan barang belanjaan miliknya yang tadi dibelikan oleh Mama Giorgio.
Tidak. Bukannya Emily juga matre dan senang dibelikan semua barang-barang itu. Mama Giorgio lah yang memaksa ingin membelikan semua itu meski Emily sudah mengatakan tidak perlu karena dia merasa memiliki semuanya di rumah. Lagipula, jika dia memang membutuhkan dan menginginkan sesuatu, Emily lebih dari sanggup untuk membelinya sendiri.
Ya. Meski uang yang dimilikinya saat ini bukan sepenuhnya hasil kerja kerasnya sendiri, melainkan juga masih berasal dari pemberian orang tua dan juga kakaknya tapi, Emily menyimpan dan mengatur keuangannya dengan baik selama ini. Jadi dia boleh berbangga diri untuk hal yang satu ini.
"Ya, meski kau tidak memberitahunya sekalipun aku yakin dia pasti sudah tahu. Tapi ya sudahlah jangan dibahas lagi. Kalau begitu beristirahatlah. Terima kasih sudah menemani Mamaku seharian ini. Oh ya, karena 2 hari pertamamu bekerja aku sudah memanjakanmu, jadi bersiaplah mulai besok kau akan sibuk sekali. Tidrulah lebih cepat agar kau bisa datang ke kantor lebih awal. Banyak tugas menunggumu di sana,"
Emily terlihat menghembuskan nafas beratnya karena bahkan Giorgio tidak bisa membiarkannya istirahat dengan tenang tanpa harus memikirkan hal yang berat seperti pekerjaan.
'Itulah mengapa aku tidak yakin dengan anggapan Mamanya jika Giorgio memiliki ketertarikan kepadaku. Dia kejam sekali dan ya, dia juga bukan tipeku. Kurasa lebih baik kami terlibat dalam hubungan profesional begini saja. Aku tidak mau lebih,'
"Baiklah. Kalau begitu sampai jumpa besok," ucap Emily kemudian memutuskan panggilan telepon itu sepihak begitu saja membuat Giorgio terlihat menatap ponselnya tidak percaya di tempatnya berada saat ini.
Ya. Baru kali ini ada wanita yang bertingkah acuh padanya dan itu adalah Emily. Karenanya hal itu membuat Giorgio penasaran. Apakah Emily memang wanita yang berbeda dari yang lain atau hanya berlagak dan pura-pura saja di depannya?
'Aku yakin dia pasti akan menunjukkan sifat aslinya tidak lama lagi. Mari kita coba memberinya sedikit tekanan di kantor. Pasti akan seru,'
***
Pagi harinya dengan langkah pasti, Emily berjalan santai menuju ruangannya dan karena masih terlalu pagi, jadi suasana kantor masih terasa sepi.
Bukannya ingin mencari perhatian karena ingin menjadi kesayangan Giorgio, hanya saja dia ingin tahu saja apa seperti apa pekerjaan menumpuk yang menunggunya seperti kata Giorgio padanya di telepon semalam.
Apakah pria itu bersungguh-sungguh atau hanya menakut-nakutinya saja?
"Oh hai. Kau Asisten William, 'kan? Kau datang pagi juga?" ucap Emily saat dia baru saja keluar dari dalam lift, membuat pria yang dipanggilnya itu terlihat membalikkan badan dan,
"Aku datang pagi karena harus mengoper pekerjaan yang kemarin terpaksa kuhandle kembali kepadamu. Tidak banyak kok. Aku yakin kau pasti bisa menyelesaikannya sebelum Bos Giorgio datang," ucap William terdengar sarkas membuat Emily merasa aneh karenanya.
Pasalnya Emily tahu jika William adalah pria yang baik. Sejak dia masuk ke kantor, William seorang saja yang tetap tersenyum padanya, saat orang lain menatap sinis padanya karena berpikiran buruk tentangnya. Tapi ada apa dengannya hari ini?
"Ini semua adalah pekerjaanmu. Minimal selesaikan setengahnya sampai Bos nanti datang. Aku akan kembali ke ruanganku. Jika kau butuh sesuatu kau tahu harus apa, 'kan?" ucap William yang hanya dijawab anggukkan kecil saja karena Emily lagi-lagi merasa aneh saat mendengar kalimat terakhir William itu.
"Terima kasih atas tawaran bantuannya tapi kurasa, aku bisa menyelesaikan semuanya sendiri," ucap Emily dengan percaya diri membuat William terlihat tersenyum dan kemudian pergi meninggalkan Emily di sana.
Emily yang merasa mendapat tantangan langsung duduk di kursinya dana mulai mengerjakan satu-persatu map tebal yang katanya harus selesai sebelum Giorgio datang nantinya. Ya, dia rasa dia bisa melakukannya.
Tapi, Emily dibuat sedikit tidak percaya saat ternyata di setiap map itu ternyata sudah terdapat kertas note yang bertuliskan hal-hal yang harus di lakukan oleh Emily. Tapi Emily yang tidak percaya begitu saja memilih untuk memastikan terlebih dahulu apakah instruksi yang tertulis di kertas note itu memang benar adanya ataukah hanya tipuan dan jebakan saja untuknya. Tapi ternyata benar. Kertas note itu merupakan petunjuk bantuan untuknya bisa menyelesaikan semua pekerjaan itu dengan cepat dan lebih menghemat waktu. Tapi siapa yang melakukan itu untuknya? Apakah William? Tapi bukankah tadi pria itu terlihat kesal kepadanya? Kenapa perilaku dan tindakannya berbeda?
'Sudahlah. Dari pada pusing memikirkannya, lebih baik aku mulai bekerja. Waktuku tidak banyak,' batin Emily dalam hati.
Satu persatu file pekerjaan yang tadinya menumpuk di mejanya, mulai selesai dikerjakan oleh Emily dan bahkan dia langsung mengopernya kepada divisi yang bersangkutan.
Melelahkan memang karena dia harus naik turun lift untuk mengoper semua pekerjaan itu sendiri tapi ya, itu sudah menjadi tugasnya.
Dan sekarang tinggal 5 map terakhir dan itu sengaja disisakannya karena ya, map itu hanya perlu tanda tangan Giorgio saja untuk selesai dan Emily sengaja ingin pamer, memang berniat untuk langsung memberikan berkas-berkas itu saat pria itu datang nanti.
'Mari kita lihat bagaimana ekspresi terkejutnya melihatku bisa menyelesaikan pekerjaanku secepat itu. Dan ya, kurasa aku harus berterima kasih kepada William nanti. Tapi dengan cara lain atau mungkin saat kami sedang diluar kantor saja. Agar tidak tercipta rumor yang macam-macam,' batin Emily dalam hati.
"Kau sedang bermain ponsel? Apakah kau sudah menyelesaikan semua pekerjaanmu? Kenapa terlihat santai sekali?" ucap Giorgio yang baru saja datang dan langsung bertingkah menyebalkan dengan memarahi Emily yang bahkan baru saja memegang ponselnya untuk melihat pukul berapa saat itu.
"Sudah. Aku sudah menyelesaikan semuanya, Sir. Dan ya, perlu Anda tahu jika saya tidak sedang bermain ponsel. Saya tadi hanya ingin melihat jam saja. Ini ada beberapa file yang harus Anda tanda tangani. Mari segera selesaikan semuanya karena saya ingin izin pergi sarapan sebentar setelahnya," ucap Emily dengan berani membuat Giorgio menatap Emily dengan tatapan yang tidak bis diartikan di sana.
"Baiklah. Ayo kita selesaikan semua itu di ruanganku sekarang,"