"Hei... halo... kau ini kenapa? Sejak tadi melihatku tertegun begitu. Kau tidak pernah melihat wanita cantik, ya?" ucap Emily dengan percaya diri saat melihat Giorgio nampak menatapnya terkagum karena ya, diakuinya sendiri jika dia memang tampil sangat cantik sekali di sana.
Hasil make over orang-orang salon ternama itu bisa dibilang sangat berhasil mengubah Emily yang tadinya merupakan seseorang gadis yang cuek akan penampilannya, menjadi terlihat feminim dan manis sekali. Ya, buktinya Giorgio saja sampai terhipnotis seperti itu setelah melihatnya.
Gaun mini dress berwarna pink pastel dipadukan warna putih terlihat sangat cocok untuk warna kulitnya dan juga tatanan rambutnya yang dibuat setengah terikat itu menambah anggun penampilannya. Juga jangan lupakan kemilau payet yang menyerupai berlian dibeberapa bagian mini dress itu, membuat siapapun yang melihat Emily saat ini akan terpukau oleh kecantikannya.
"Siapa bilang kau cantik? Aku tadi terdiam karena kukira kau orang lain tadi. Yasudah ayo masuk mobil. Sepertinya kita tidak bisa sampai tepat waktu di tempat acara karena saat dalam perjalanan ke sini tadi lalu lintas macet karena ada kecelakaan di dekat perempatan, tapi mari berdoa semoga saja areanya sudah dibersihkan," ucap Giorgio membuat Emily memilih untuk tidak menjawab apapun dan langsung menurut saja untuk masuk ke dalam mobil.
Ya, anggap saja diamnya Emily saat ini sebagai bentuk terima kasihnya karena Giorgio sudah mau repot menyiapkan dirinya hingga penampilannya sangat cantik sekali malam ini.
"Itu kau bawa apa, sih? Sepertinya merepotkan sekali," ucap Giorgio saat melihat paperbag cukup besar yang sejak tadi dibawa Emily itu.
"Oh, ini. Ini kado untuk Mamamu. Dan ini kartu kredit milikmu," ucap Emily sambil terlihat mengembalikan kartu kredit milik Giorgio di sana.
"Akhirnya kau dapat kadonya juga? Apa isinya? Sini coba kulihat," ucap Giorgio yang dengan tanpa permisi terlihat terburu-buru membuka paperbag yang dibawa Emily itu dan setelah melihat apa isinya, Giorgio dibuat tidak percaya karenanya.
"Kau sungguh membelikanku ini untuk kuberikan pada Mama? Yang benar saja," ucap Giorgio terlihat tidak suka dan memandang sebelah mata syal yang dibeli oleh Emily itu.
"Ini bukan untukmu. Aku membelinya dengan uangku sendiri jadi ini milikku. Aku merasa tidak enak saja datang tanpa membawa apa-apa. Jadi aku membeli ini tadi. Memangnya kenapa dengan syal ini? Ada yang salah?" tanya Emily yang memang tidak mengerti. Kenapa memangnya jika Emily ingin memberikan syal itu sebagai hadiah ulang tahun? Tidak ada salahnya, 'kan?
"Mamaku sudah punya banyak sekali sejenis syal seperti ini dan bahkan sebagian besar miliknya itu adalah dari merk dan brand ternama. Menurutmu dia akan menerima syal pemberianmu ini? Aku sekedar mengingatkan saja agar nanti kau tidak terlalu kecewa," ucap Giorgio yang ya, entah mengapa berhasil membuat rasa percaya diri Emily turun drastis di sana.
"Aku yakin Mamamu tidak punya yang seperti ini. Sudahlah kenapa sibuk sekali berkomentar, sih. Mau diterima atau tidak yang jelas aku sudah berusaha, 'kan. Lagi pula aku memberinya hadiah sebagai formalitas saja. Bukan untuk mengambil hatinya," ucap Emily yang membuat Giorgio terlihat menatapnya sebentar dan,
"Ya, kau benar juga. Sudahlah, sebentar lagi kita sampai. Kau cukup mengatakan iya saja saat di sana nanti. Jangan berdebat ataupun berargumen denganku. Mari kita berpura-pura berteman baik untuk satu malam ini saja" ucap Giorgio membuat Emily menatap pria itu menyelidik merasa curiga dan,
"Kau ini sebenarnya kenapa? Kau membuatku tampil cantik dan meminta kita akur untuk semalam? Apakah kau membawaku ke pesta ulang tahun Mamamu karena kau didesak untuk membawa teman wanitamu ya? Tapi kenapa aku yang kau bawa? Kenapa tidak yang lain? Aku yakin banyak sekali wanita yang bersedia menjadi istrimu, 'kan?" ucap Emily membuat Giorgio menatapnya sebentar dan kemudian menghela nafas lelahnya.
"Masalahnya, aku tidak menginginkan semua wanita itu. Aku benci melihat wanita yang berlagak seperti penggoda dan terlihat murahan. Apalagi yang dengan jelas menunjukkan niat ingin mendekatiku karena uang. Wanita seperti itu tidak layak dijadikan teman hidup," ucap Giorgio membuat Emily langsung merasa bangga pada dirinya sendiri karena jika Giorgio mengajaknya berarti, pria itu memandangnya sebagai wanita istimewa dan berbeda dari yang lainnya.
"Ya sudah. Baiklah. Mari akur untuk malam ini saja. Tapi jangan mengatakan hal mengejutkan seperti kau akan menikahiku dalam waktu dekat. Aku akan sangat marah jika itu terjadi. Aku masih ingin menikmati hidup dan bukannya terjebak tinggal satu rumah bersamamu," ucap Emily memperingatkan Giorgio dan ya, terlihat pria itu setuju.
"Ya, baiklah. Kau tenang saja. Akupun belum memiliki keinginan dalam waktu dekat. Aku masih ingin menikmati kebebasanku sebelum nanti aku akhirnya membina keluarga kecilku. Meski aku tidak yakin apakah aku mampu untuk itu," ucap Giorgio bersamaan dengan mobil yang mereka tumpangi itu berhenti dan ya, Giorgio kemudian turun duluan dan memutari kap mobil untuk membukakan pintu Emily di sana.
Emily merasa lucu karena bosnya yang kaku itu ternyata tahu bagaimana cara memperlakukan wanita. Dan ya, akhirnya karena di sana ramai orang yang baru datang juga, akhirnya Emily meraih tangan Giorgio yang ingin membantunya turun dari mobil. Ya, berpura-pura mesra tidak seburuk itu.
"Kau harus hati-hati berbicara apalagi pada satu orang yang paling berbahaya di sini. Dia adalah Aunty Sonia. Lidahnya tajam dan seringkali membuat lawan bicaranya terpojok tak berkutik. Jika dia mendekatimu dan mulai mengajakmu berbicara, lebih baik pergilah menghindar saja. Oke?" ucap Giorgio berbisik pada Emily dan ya, tentu saja Emily mengerti sekali jika pasti ada orang yang seperti itu dalam sebuah keluarga. Dan dia tidak pernah takut apapun.
"Tenang saja. Aku mengerti," ucap Emily sambil tersenyum saat mengatakannya karena ya, entah mengapa dia merasa orang-orang yang dilewatinya memperhatikannya dengan cara yang tidak biasa di sana.
"Maaf, karena aku populer jadi, akan ada banyak sekali orang yang tidak suka melihatku membawa wanita bersamaku. Jika banyak orang berisikap sinis padamu nanti, anggap saja mereka cemburu karena kau datang bersamaku. Lihat. Itu Mama," ucap Giorgio membuat semua pertanyaan Emily terjawab sudah dan kemudian dia beralih melihat Mama Giorgio berada tidak jauh di depan sana.
"Apakah dia sedang tersenyum ke arahku sekarang? Apakah dia galak? Kau mengajakku kesini tanpa persiapan apapun. Bagaimana jika aku salah bicara saat di depannya nanti?" ucap Emily cemas membuat Giorgio memindahkan tangan wanita itu yang tadinya mereka saling menggenggam tangan satu sama lain, kini Giorgio membuat seolah Emily sedang merangkul lengannya mesra.
"Sudah ikuti saja apa kataku," ucap Giorgio kemudian terlihat berjalan mengajak Emily semakin dekat ke arah Mamanya dan,
"Hai, Ma," ucap Giorgio menyapa Mamanya di sana dan Emily sendiri hanya mampu tersenyum tanpa bisa berkata apa-apa. Dia merasa gugup sekali.
"Hai, Nak. Kau datang juga? Inikah temanmu yang kau maksud itu? Dia cantik sekali ya. Siapa namamu, Sayang?" ucap Mama Giorgio terdengar ramah dan dari suaranya saja Emily tahu jika dia adalah wanita penyayang.
"Saya Emily, Tante,"