4. Aku tidak mau hamil

1830 Words
Tanpa menunggu jawaban atau sahutan dari Ela, Malik dengan langkah tenang bahkan terlihat angkuh segera keluar dari dalam kamarnya meninggalkan Ela yang tatapannya masih menatap takut kearah punggung tegap milik Malik yang tubuhnya saat ini sudah di telan oleh pintu kamar, yang sengaja Malik tutup. Seakan-akan Ela, anak kepala pembantu di rumah ini, sedang membereskan ranjangnya yang sangat kacau. Dan Ela saat ini? Perempuan yang sudah umur 20 tahun itu, meraih dan mengambil dengan tangan gemetar koper warna hitam ukuran sedang yang ada di depannya. Wajahnya pucat pasih, wajahnya juga di penuhi oleh bulir-bulir keringat yang besar. Keringat yang muncul karena rasa takut yang lebih mendominasi dirinya saat ini. Rasa takut pada Tuan Malik, dan rasa takut pada Ibunya yang paling besar. Ibunya yang sudah mewanti dirinya, apabila ia berpapas dengan Tuan Malik, maka ia harus segera menjauh dan masuk ke dalam kamarnya. Tapi, apa yang terjadi 20 menit yang lalu, mengingatnya membuat Ela terlihat menggelengkan kepalanya kuat, dan tangannya dengan kasar meraih satu papan obat yang ada di atas tumpukan uang. "Aku... Aku nggak mau hamil. Aku nggak mau hamil...."Ucap Ela panik. Ela yang detik ini sudah berdiri dari dudukan menyedihkannya di atas lantai, Ela yang merasa sakit di pusat intimnya tadi, kini sudah tidak sakit lagi, dan rasa sakit serta perih itu sudah hilang entah kemana. Dan Ela yang hampir berjalan menuju kamar mandi Tuan Malik, urung di saat Ela tak sengaja melirik kearah ranjang yang super berantakan. Dan Ela juga baru menyadari, kalau ia dalam keadaan yang sangat mengenaskan juga saat ini, rambut berantakan, dan tubuh bagian bawahnya tidak tertutup apapun, telanjang, dan ternyata rok setumit yang Ela pakai tadi berada di samping selimut yang tergeletak dengan mengenaskan di atas lantai samping kiri ranjang. Ela memungut dengan cepat roknya, dan memakainya juga dengan cepat. Setelah penampilannya terlihat agak baik, Ela dengan kedua lutut yang gemetar hebat, menarik seprei kotor itu untuk Ela cuci, demi Tuhan... saat ini, entah kenapa pusat intim Ela terasa sangat sakit saat ini. Bahkan membuat Ela menangis, rasanya sakit, perih, dan panas bagai terbakar.... Tapi Ela sadar, ia anak pembantu, sadar dan ingat akan ucapan Tuan Malik tadi, takut juga akan di ketahui oleh ibunya dengan apa yang sudah terjadi pada dirinya, membuat Ela walau dalam keadaan sangat sakit, tetap membereskan dan menarik seprei kotor itu untuk ia segera cuci. Tapi, hampir saja seprei itu terlepas dari ranjang, tangan Ela berhenti menarik, dan tubuh Ela menegang kaku mendengar ada suara... Ceklek Mendengar suara pintu Tuan Malik yang di buka dari luar, membuat Ela reflek dan spontan menatap keasal suara, dan tubuh Ela semakin menegang kaku melihat... melihat Tuan Malik lah yang membuka pintu dan berdiri dengan wajah datarnya di ambang pintu sana. Tidak. Tidak hanya ada Tuan Malik, tapi di samping kanan Tuan Malik, ada seorang wanita cantik, bahkan sangat cantik yang pinggang rampingnya sedang Tuan Malik dekap dengan hangat dan posesif... "Kata kamu, Mas. Pembantumu sudah selesai membereskan kamarmu, tapi apa yang aku lihat saat ini?"Ucap suara itu dengan nada yang terdengar sangat tidak suka dan kesal. Membuat Ela tersadar, dan membuang cepat tatapannya kearah lain, yaitu menunduk, menatap kaki telanjangnya di atas lantai. Tapi, baru sekitar 3 detik Ela menunduk, kepala Ela kembali terangkat di saat... "Apa yang kamu pikirkan? Kamu di bayar untuk bekerja, bukan untuk melamun dan seperti orang bodoh. Segera bereskan kamarku, dalam 5 menit semuanya sudah harus rapi, dan beres!"Ucap suara itu terdengar sangat dingin, dan tegas. Dan jelas, pemilik suara dingin dan tegas barusan adalah suara milik Malik. Malik yang saat ini, terlihat sedang merangkum lembut dagu wanita cantik itu, dan Tuan Malik yang bahkan sedang mengecup lembut dan hangat kening wanita cantik itu. Dan Tuan Malik.... "Karena sangat merindukanmu, aku sampai mimpi basah tadi, Sayang. Aku nggak suka aroma parfummu hari ini, kamu mandi dulu ya, Sayang? Biar proses buat bayi nya nanti bisa nyaman dan lancar..."ucap Malik dengan nada suara yang terdengar sangat-sangat lembut. Dan jelas, ucapan Malik mendapat anggukan patuh dan lembut dari Sandra, perempuan cantik yang selalu Malik rangkul pinggangnya dari tadi, dan perempuan yang akan jadi istri Malik 1 bulan lagi.... *** Malik melirik sekali lagi kearah pintu kamar mandi, sudah tertutup rapat, dan tetesan air yang jatuh dari shower di dalam sana mengisi kamarnya yang sunyi, artinya... Sandra sedang mandi saat ini di dalam sana. Dan Malik dengan wajah datar, tatapan yang terkunci pada punggung ringkih Ela. Ela yang masih ada dalam kamarnya, Ela yang membelakanginya saat ini, dan Ela yang sedang menyelesaikan pekerjaannya yang sedang memasang seprei dengan susah payah saat ini. Dan Ela .... Ela yang kaget dan terkejut bukan main di saat dengan agak kasar, dari arah belakang ada orang yang menarik pergelangan tangannya. Dan jelas orang itu adalah Tuan Malik. Tuan Malik yang menatap Ela dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan bak laser, dan tatapan Tuan Malik terhenti dan menatap lama pada tangan kanan Ela yang mengepal kuat sedari tadi.... "Aku suka cara kerjamu, kamu sadar akan posisimu, sebelum keluar dari kamar ini, kamu membereskannya dulu, dan hal itu menyelematkan aku dan juga kamu. Sandra tidak akan tahu dan salah paham, dan juga kamu dan ibumu tidak akan di pecat..."Ucap Malik dengan senyum yang sangat-sangat tipis kali ini, melihatnya membuat jantung Ela yang entah kenapa sangat sakit. Sangat-sangat sakit melihat Tuan Malik yang kecup hangat kening wanita cantik tadi, dan jantung Ela yang menggila tanpa Ela tahu kenapa dan apa artinya, hanya karena melihat senyum tipis Tuan Malik. Tuan Malik yang merampas kasar satu tablet obat yang Ela pegang kuat dan erat sedari tadi dari tangannya. "Jangan ambil obat itu. Jangan ambil. Saya belum..." "Biar aku tenang, aku sendiri yang akan memasukan obat ini ke dalam mulutmu, Ela..."Ucapan takut dan panik Ela di potong telak oleh Tuan Malik yang saat ini sedang ambil satu gelas minuman sisa semalam yang ada di atas nakas. Dan Tuan Malik saat ini sudah kembali berdiri tepat di depan Ela. Ela yang wajahnya semakin pucat pasih saat ini. Dan Ela bagai kerbau yang di cocok hidungnya, membuka mulutnya, dan menerima 3 pil sekaligus yang Tuan Malik masukan dengan pelan-pelan ke dalam mulutnya, dan dalam waktu 3 detik, obat itu sudah berhasil Ela telan dengan wajah pahitnya... bahkan kedua mata Ela terlihat tertutup rapat saat ini, dan kedua mata Ela yang tertutup rapat terbuka lebar di saat Tuan Malik... "Aku nggak suka dan mau apabila kamu hamil karena kejadian tadi, Ela. Toh, kalau pun kamu hamil juga, kamu sendiri yang akan repot, karena sampai mati, aku nggak akan suka anak itu, dan nggak akan sudi mengakui anak itu kalau dia adalah anakku. " *** Malik setelah mengatakan hal yang buat hati Ela sangat sakit dan kesulitan bernafas saat ini, dan tanpa menunggu jawaban atau sahutan dari Ela, langsung pergi meninggalkan Ela. Ela yang tatapannya masih menatap lurus kearah Tuan Malik yang melangkah lebar menuju kamar mandi sambil membuka dan melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya, dan di saat tinggal bokser dan Tuan Malik ingin membukanya, Ela dengan cepat-cepat membuang tatapannya kearah lain. Apa yang ingin di lakukan Tuan Malik dengan wanita cantik tadi di dalam kamar mandi? Mereka... mereka mandi bersama? Tapi... umur mereka sudah dewasa nggak mungkin kan mereka mandi bersama? Ucap batin Ela bingung dan penuh tanya. Dan dengan tangan yang reflek dan tanpa Ela sadari sudah berada di depan d**a Ela. d**a Ela yang entah kenapa terasa sangat-sangat sesak dan sakit, semakin sesak dan sakit di saat Ela menekan kuat dadanya, berharap rasa sesak dan sakit yang ia rasa, bisa sedikit berkurang, tapi rasa sesak dan sakit yang ia rasakan saat ini malah semakin menjadi-jadi. Membuat Ela rasanya ingin pingsan dan mati, dan sudah cukup, Ela tidak sanggup lagi, di saat rasa mual dan ingin muntah tiba-tiba melanda hebat perut dan perasaan Ela saat ini. Ela dengan sisa tenaga yang perempuan muda itu miliki, Ela melangkah menjauhi ranjang Tuan Malik. Ela ingin segera keluar dari kamar ini. Tapi, baru sekitar 3 langkah Ela melangkah, langkah Ela terhenti di saat Ela menyadari... "Ada uang di koper...."Bisik Ela pelan, dan membalikkan badannya kearah koper yang ternyata ada tepat di bawah kakinya di samping ranjang sedari tadi, dan saat ini, dalam sekejap, Ela sudah berdiri lagi tepat di depan koper dan denngan susah payah, menahan rasa sakit dan mual di perutnya, Ela menunduk, lalu mendorong koper itu agar masuk ke dalam kolong ranjang, dan Ela menghembuskan nafasnya lega, di saat koper itu, sudah tidak bisa Ela lihat lagi. Sudah tersembunyi di bawah kolong ranjang. "Itu bukan uangku, aku... aku nggak mau ambil uang itu... aku... aku hanya mau, semoga aku nggak hamil, Tuhan. " "Aku... Aku nggak mau hamil. Aku nggak mau hamil anak Tuan Malik. Aku... Aku nggak mau hamil anak penjahat, aku juga nggak mau ibu marah. Aku nggak mau ibu juga tahu kalau Tuan Malik udah perkosa aku tadi. Aku nggak mau....." "b*****t! b*****t, Sandra! Kamu enak, Sayang. Ahhh, kamu enak... kamu sempit, enak... sayang... enak!!!" Ucapan dengan suara gemetar Ela, terpotong telak oleh racauan dan umpatan keras yang sangat Ela kenali siapa pemilik suara barusan. Jelas, suara barusan adalah milik Tuan Malik. Mendengarnya entah kenapa, Ela bukannya merasa takut kali ini, tapi Ela malah merasa sakit... dadanya...dadanya terasa sangat sesak dan perih... Dan Ela tanpa membereskan dan memasangkan sampai selesai seprei di ranjang Tuan Malik, Ela dengan tergopoh sudah berlari keluar dari kamar Tuan Malik. Yang sekali lagi, dengan tipis bisa Ela dengar. Tuan Malik meracau-racau, dan mengumpat seperti tadi. Ela yang masih polos, belum terkontaminasi sama hal yang berbaur dewasa, baru umur 20 tahun, dan mendapat pelecahan untuk pertama kalinya beberapa saat yang lalu dari anak majikan ibunya. Merasa bingung dan bertanya-tanya, kenapa Tuan Malik mengumpat? Apa yang sedang Tuan Malik dan wanita cantik itu lakukan di dalam kamar mandi sehingga berteriak enak. Dan yang Ela tahu, tadi 25 menit yang lalu, Tuan Malik... membuka seluruh bajunya, Tuan Malik menciumnya, Tuan Malik... bahkan memegang 'itunya' di bawah sana, Tuan Malik... bahkan mencium itunya juga... Ela sangat takut.... Kata ibunya, apabila ia berciuman dengan laki-laki, maka ia akan hamil dan melahirkan satu anak, dan apabila ada laki-laki yang memegang itunya, dan menyatukan itunya dengan tempat pipis laki-laki, maka Ela akan hamil dan melahirkan 3 anak.... Dan yang lebih parah, yang buat Ela takut setengah mati saat ini, apabila ibunya tahu kalau ia sudah ciuman, dan itunya sudah di pegang Tuan Malik... ibunya akan mati. Ibunya mengatakan akan mati, apabila ada yang menciumnya atau memperkosanya.... Dan agar ibunya tidak mati, Ela akan merahasiakan kalau Tuan Malik sudah menciumnya. Sudah memegang itunya bahkan lebih dari memegang. Dan Ela berharap, obat yang Tuan Malik kasih tadi, bisa buat ia nggak hamil. Ela... Ela suka anak kecil, tapi bukan begini caranya untuk memiliki anak. Cara yang benar untuk memiliki anak, kata ibunya, ia harus menikah dulu.... Sekali lagi, Ela nggak mau hamil, apalagi hamil anak Tuan Malik yang jahat. Sama Tuan Malik juga, jahatnya tadi, katanya tidak akan suka anak itu kalau ia hamil. "Tolong, tolong bantu aku, aku nggak mau hamil... aku nggak mau hamil, Tuhan... tolong..." Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD