1. Saya mirip siapa, Tuan?
judul n****+ : Menikah Dengan Anak Majikan Ibuku
Penulis :SabanaLiar
*
SATU
Ya Tuhan...
Rasanya jantung Ela di dalam sana ingin meledak, tangannya juga gemetar hebat saat ini. Tak hanya gemetar, tapi terlihat berkeringat juga.
Dan saat ini, kedua matanya yang bulat dan putih jernih, melirik kearah depan, samping kiri, dan samping kanan, tapi sunyi dan sepi. Tidak ada satu orangpun dalam rumah megah dan super luas ini.
Di dalam ruang keluarga yang super luas dan besar ini yang di isi dengan ornamen-ornamen mahal, hanya ada dirinya seorang diri dengan beberapa kain lap dan satu bungkus tisu basah yang ada di atas meja.
"Sumpah, Ela sangat takut ibu."Bisik Ela dengan suara yang sangat lirih dan pelan.
Ya, Ela takut. Ela tidak berani menyentuh barang-barang mahal yang ada dalam rumah ini, terutama barang-barang mahal dan antik milik Nyonya Citra.
Nyonya Citra yang kemarin siang menitah Ela, agar Ela tidak menjadi tukang siram kebun lagi, tapi menjadi pekerja yang membersihkan dan melap barang-barang antik dan mahal miliknya. Gaji yang akan di terima Ela juga 3 kali lipat lebih besar apabila ia menjadi tukang bersih barang antik milik nyonya Citra. Dan sumpah, Ela nggak tertarik dengan gaji besar, tapi andai resiko kerjanya tidak seram, mungkin Ela akan senang. Tapi, untuk menolak titah dan perintah Nyonya Citra juga, Ela tidak berani dan tida berdaya juga untuk menolaknya.
Dan jelas Ela sangat takut, sebelum Nyonya Citra dan Tuan Dani Arifin pergi 20 menit yang lalu, Nyonya Citra berpesan agar Ela membersihkan hati-hati barang-barang mahal miliknya. Dan mengatakan jangan sampai barang-barangku lecet apalagi pecah, karena persatu barang mahal itu, harganya rata-rata main 1 bahkan sampai 2 M. Membuat Ela bergidik mendengarnya.
"Ela mengundurkan diri dan cari pekerjaan yang lain saja, ibu nggak akan di pecat kan nanti?"
"Jelas di pecat, Ela. Jangan bodoh! Jangan buat ibumu susah. Ibumu di pecat uang untuk kirim nenek dan kakek di kampung, nggak ada. Nenek dan kakek mu mau makan apa nanti?"Ucap Ela kesal pada dirinya sendiri. Bahkan Ela terlihat menjambak rambutnya frustasi.
Kepalanya sangat sakit dan pusing saat ini. Vas bunga yang sangat berkilau yang ada di depannya saat ini, melihatnya saja... jantung Ela rasanya ingin meledak apalagi untuk memegangnya.
Dan Ela merutuk, kenapa dirinya masih sangat penakut, gugup, dan kampungan? Padahal dirinya dan ibunya sudah bekerja hampir 10 tahun di rumah keluarga Aerifin ini.
Kenapa?
Bahkan ibunya juga menjadi kepala pelayan, dan bisa di katakan tangan kanan nyonya Citra.
Tapi, walau begitu, bagaimana Ela tidak takut, gugup dan sangat segan pada Nyonya Citra. Entah kenapa, selama 6 tahun terakhir ini, Nyonya Citra seakan menatap Ela dengan tatapan marah, benci dan sinisnya. Kadang, ada tatapan sedih dan juga iba di mata Nyonya Citra apabila sedang menatap Ela.
Dan di saat dengan gemetar tangan Ela hampir meraih lembut vas bunga langsing warna putih kristal yang ada di atas meja.
Tangan Ela hanya melayang diatas udara di saat...
"Kamu pembantu juga kan, di sini?"Ucapan dengan nada suara yang terdengar berat sekaligus terdengar dingin di telinga Ela membuat Ela sontak menatap keasal suara.
Karena sumpah, entah kenapa mendengar suara tegas, berat dan dingin barusan, berhasil membuat jantung Ela rasanya ingin meledak di dalam sana.Ela juga dalam sekejap berkeringat dingin.
Dan tubuh Ela menegang kaku di saat Ela menatap keasal suara, pandangan Ela langsung di sambut oleh tubuh tinggi tegap, basah, dan telanjang d**a milik seorang laki-laki dewasa dan super tampan yang ada di depan Ela. Jarak berdirinya dengan Ela sekitar 4 meter.
"Kamu pembantu di rumah kan, di rumah ini? "Ucap atau tanya suara itu lagi, dan kali ini langsung mendapat angggukan cepat dan kaku dari Ela.
"Y----Ya, Tuan. Saya pembantu di rumah ini...,"
"Bantu lepaskan celanaku, dengan sialanannya, ada yang nyangkut di reselting, kemari cepat. Aku ingin segera mandi!!!"Ucapan dengan nada takut-takut Ela di potong telak oleh suara dingin bahkan terdengar seperti sebuah bentakan di telinga Ela oleh Tuan Malik....
Ya....
Tuan Malik adalah anak tunggal dan sematawayang Nyonya Citra dan Tuan Arifin yang baru pulang dari luar negeri...
Dan Ela bukannya bangkit dengan cepat dan mendekat kearah Tuan Malik. Tapi dengan tubuh yang gemetar hebat dari ujung kaki hingga ujung kepala, reflek mengesot mundur, menjauh dari Tuan Malik, tapi sial! Tubuh mungil dan gemetar Ela malah sudah mentok dengan meja.
Dan Ela panik di saat Tuan Malik... Tuan Malik yang entah kenapa Ibunya... Ibunya larang keras dirinya 1 minggu yang lalu, apabila berpapas atau melihat Tuan Malik segera sembunyi atau langsung ke kamar....
Dan Tuan Malik sedang melangkah mendekati dirinya saat ini dengan wajahnya yang terlihat sangat menyeramkan…
Tidak! Jangan mendekat. Teriak batiin Ela kuat.
Ela yang wajahnya sudah pucat pasih.
Apa yang harus Ela lakukan, ibu....? Tuan... Tuan Malik sudah berdiri tepat di depan Ela.... Ela takut Ibu...
****
Malik melangkah hanya 7 langkah, masih ada jarak sekitar 30 cm dengan tempat Ela duduk meringkuk, membuat Ela menghembuskan nafasnya lega, dan Ela juga dengan tubuh yang entah kenapa lemas, bangkit dengan cepat dari dudukannya di atas lantai.
Dan kembali, tubuh Ela menegang kaku, dan hampir terududuk lagi di atas lantai di saat...
"b******k! Waktuku terbuang percuma, sekian menit lamanya gara-gara kamu, sialan!"Itu jelas suara dan ucapan milik Tuan Malik.
Tuan Malik yang menatap Ela dengan tatapan marahnya dan kedua matanya bahkan terlihat merah membara saat ini.
"Kemari cepat, bangun dan berdiri lah di depanku."Titah Tuan Malik dengan urat leher yang terlihat menonjol jelas saat ini di lehernya, bahkan urat keningnya juga menonjol dengan jelas, membuat Ela cepat-cepat mendekat pada Tuan Malik.
Dan Ela tercekat, tubuh Ela kembali menegang kaku bahkan mulut Ela sedikit terbuka saat ini, karena di saat Ela sudah berdiri dengan jarak hanya sejengkal dengan Tuan Malik....
Tuan Malik... Tuan Malik langsung merangkum agak kasar dan kuat dagunya. Membuat jantung Ela rasanya ingin meledak di dalam sana. Ela menahan nafasnya juga kuat. Aroma segar sehabis menggosok gigi dari mulut Tuan Malik, menggelitik tanpa ampun perut Ela, dan tangan dingin plus lebar dan kekar milik Tuan Malik yang basah seakan bisa menembus sampai ke tulang terdalam milik Ela. Terasa segar dan dingin, tapi terasa sakit juga karena tekanan rangkuman yang Tuan Malik lakukan pada dagunya lumayan kuat dan kasar.
Ela juga tidak berani bernafas, Ela menahan nafasnya kuat, karena Ela takut, hembusan nafasnya akan menerpa wajah Tuan Malik. Karena jarak antara wajah keduanya saat ini, benar-benar sangat dekat.
"Kamu... ternyata Ela anak Bu Arum....,"Ucap suara itu dengan nada yang terdengar sangat rendah dan berat, berhasil membuat Ela tersentak kaget. Bahkan Ela juga reflek melangkah mundur, menjauh dari Tuan Malik.
Tuan Malik... Tuan Malik masih mengingatnya? Mengingat wajahnya? Ini tidak mungkin, Ela tidak sengaja mendengar ucapan Ibunya dengan pembantu yang lain, 6 tahun tidak pernah balik ke kota dan negara ini, Tuan Malik bahkan melupakan wajah pembantu yang sudah mengasuhnya sedari kecil hingga ia SMP.
Tapi, dirinya dan ibunya? Yang merupakan pembantu di rumah ini juga. Masih di ingat sama Tuan Malik?
"Cepat, singkirkan apapun yang menanggal dalam resleting celanaku, terlambat 3 detik, aku bersumpah, tidak sampai 5 menit, kamu dan ibumu akan terdepak dari rumah ini tanpa bisa mendapatkan apa-apa. Bahkan semua barangmu akan ku ambil lalu ku buang, dan nenekmu yang sakit jantung di kampung, akan segera mati kalau tidak ada kiriman uang dari ibumu, Ramela Hanindya...."Ucap Tuan Malik dengan nada yang sangat tegas dan seriusnya. Dan tanpa menunggu jawaban atau sahutan dari Ela yang semakin kaget dan tidak percaya, bahkan Tuan Malik masih ingat nama lengkapnya, tentang neneknya di kampung, dan sebagainya.
Tubuh Ela di paksa dengan kasar agar berlutut di depannya. Dan Ela dengan wajah pucat saat ini sudah berlutut di depan Tuan Malik. Tuan Malik yang ternyata sedang menunduk dengan tatapan tajam dan dinginnya. Menatapnya sangat dalam membuat Ela rasanya mual dan ingin muntah tapi di tahannya sebisa mungkin.
"Cepat singkirkan benda sialan itu, Ela.... Cepat atau kamu akan menyesal....,"Bentak Tuan Malik tertahan.
Dan Ela tanpa berani berkata, mengulurkan tangannya yang sangat gemetar untuk melihat apa yang membuat resleting celana levis yang digunakan Tuan Malik saat ini macet.
Dan Ela sudah menemukan dalang yang membuat ia berada dalam jarak dekat bahkan berkomunimasi dengan Tuan Malik, Tuan Malik yang ternyata semakin menyeramkan hanya karena dua benang kecil ada yang nyangkut di sana, dan sumpah... Ela dengan tangan yang semakin gemetar hebat, mencoba menarik 2 benang itu, tapi... susah sekali. Dan karena tidak tahan dengan posisinya dengan Tuan Malik.
Sekuat tenaga, Ela mencoba menarik dua benang itu, tapi....
"Ahhhhh...,"Desahan reflek keluar dari mulut Tuan Malik di saat tidak sengaja Ela... Ela menyenggol agak kuat, pusat intim milik Tuan Malik yang ternyata sedang menatapnya dalam dan tajam saat ini.
Dan Ela....
"Sa---- Maaf, Tuan. Sa... Saya tidak sengaja...."Ucapan terbata dan susah payah Ela harus terhenti di saat kembali, dagunya di rangkum dengan sangat kuat dan kasar oleh Tuan Malik.
Tuan Malik yang saat ini menunduk.... menunduk mendekatkan wajahnya dengan wajah Ela yang sebisa mungkin ingin menghindar, tapi rangkuman Tuan Malik sangat kuat dan kasar sehingga Ela tidak bisa berkutik di buatnya, dan di saat hembusan panas nafas segar Tuan Malik masuk dengan mulus ke dalam mulutnya, dengan wajah pucat pasih, kedua bibir bergetar hebat karena takut... Ela reflek memejamkan kedua matanya kuat karena wajahnya dengan wajah Tuan Malik yang semakin menunduk hampir menempel saat ini.
Tapi, kedua mata Ela reflek terbuka dengan kasar dan cepat di saat Tuan Malik....
"Kenapa wajahmu sangat mirip dengan.... , ah sialan!"Ucap Tuan Malik dengan geraman tertahannnya.
Ela?
"Mirip? Saya mirip siapa?"Ela reflek bertanya, dan pertanyaan Ela membuat Tuan Malik terlihat tersentak kaget. Bahkan sangat kaget.
Bahkan wajah laki-laki itu terlihat pucat pasih, melangkah mundur menjauhi Ela sambil mengusap wajahnya kasar....
Sial! Aku keceplosan. Sial! Umpat hati Malik geram dan marah pada dirinya sendiri yang sudah keceplosan barusan....
Tbc