"Begini, Nona Maudy. Saya ingin melamar kamu untuk Gavin!" Deg! Kata-kata Abraham terasa bagaikan sebuah bom yang meledak dalam sunyi. Sejenak, ruangan itu menjadi sangat sunyi; hanya denting halus dari jam dinding yang seolah menghitung detik-detik menegangkan yang mengikutinya. Wajah Maudy yang pucat berubah semakin pias, sementara Romeo mengepalkan kedua tangannya begitu keras hingga jemarinya memutih. Tiba-tiba udara di sekitarnya terasa berat, menekan seperti beban yang tak terlihat. Jika hanya Gavin, mungkin Romeo bisa bertahan, membiarkan kata-kata itu meluncur lewat telinga tanpa bermakna. Namun, ini adalah Abraham—sang ayah, pria yang memiliki kekuasaan penuh atas kehidupan mereka, yang mampu meruntuhkan setiap perlawanan dengan satu tatapan. Romeo tahu dirinya tak berkutik, te