Wanita Simpanan Dan Di Tinggalkan.
"Akh...."
Percintaan malam ini bukanlah yang pertama. Sudah tiga tahun berlalu sejak peristiwa itu, saat Maudy mendatangi Romeo dan menyerahkan dirinya demi menyelamatkan sebuah nyawa.
"Apa yang kamu pikirkan, Maudy?" suara lembut Romeo memecah kesunyian, usapan lembut di wajah Maudy setelah percintaan mereka.
Maudy terdiam sejenak, menatap bulan yang masih setia bersinar. "Enggak, ini sudah hampir tiga tahun," jawabnya dengan suara bergetar, penuh keraguan dan keputusasaan.
"Aku tahu," kata Romeo lembut, "tapi bukankah aku pernah bilang bahwa aku enggak akan pernah mengakhiri pernikahan ini?" kata Romeo dengan tenang.
Malam semakin larut, tapi perasaan Maudy tetap kacau. Setiap kali berada di pelukan Romeo, hatinya semakin tersayat. Cinta ini, yang terbungkus dalam dosa, terus mengekang kebebasannya.
“Jangan pikirkan apapun sayang. Sekarang kita tidur.” Romeo mengusap wajah jelita yang menawan itu dengan lembut, dan tatapan dalam penuh hasrat.
Meski hubungan pernikahan kontrak mereka sudah tiga tahun entah kenapa Romeo sama sekali tidak mau mengakhiri pernikahan ini.
Namun sebentar lagi tunangannya akan kembali dari luar negri. Itu artinya mau tidak mau Romeo harus mengakhiri pernikahannya dengan Maudy. Tapi bagaimana caranya, Romeo sungguh sulit memikirkannya.
“Romeo … aku ingin mengatakan sesuatu. Apakah pada tanggal 15juli nanti pernikahan kita akan selesai?” tanya Maudy dengan pelan.
Romeo mengangguk pelan. “Benar, maudy. “ jawab Romeo dengan nada mengambang.
“Baiklah. Aku mengerti.”
Jujur saja maudy merasa sangat sedih dengan keadaan ini. Selama tiga tahun ini maudy melayani Romeo dengan sepenuh hati, bukan hanya sekadar wanita simpanan saja.
“Kenapa? apa kamu masih ingin bersama ku?” Romeo menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
“Mmm … aku tidak berani. “ jawab Maudy patuh.
Romeo tersenyum menawan. “Bagaimana jika kita meneruskan pernikahan ini saja, sayang?” tanya nya.
Maudy menatap Romeo dengan alis yang bertaut. “Maksudnya?”
“Meski tunangan ku sudah kembali. Kita tetap bisa bertemu diam diam kan sayang?” tanya nya.
Deg!
Hati Maudy terasa sesak. Ia pikir Romeo akan mengajaknya menikah sungguhan dan secara terang terangan. Tidak bersembunyi seperti saat ini. Namun semua harapan itu hanyalah sebuah mimpi bagi Maudy. Ia tidak boleh berharap banyak padanya.
“Kenapa diam? apa kamu tidak mau bertemu dengan ku diam diam?” Romeo terdengar kecewa.
Maudy memaksakan diri menatap wajah tampannya Romeo. Mengusap rahang yang tegas ditumbuhi oleh bulu bulu halus itu. sepasang bibir seksi yang lima menit yang lalu telah menjamah seluruh tubuhnya, mungkin nanti setelah tanggal lima belas akan menjadi milik perempuan lain.
“Mmm … saya akan kembali ke apartemen lama saya.” jawab Maudy dengan lemah.
“Jadi kamu menolak saya, sayang. Kamu ingin mengakhiri pernikahan ini begitu saja?”
Maudy terdiam. Memangnya apa yang harus ia katakan. Ia hanya seorang perempuan miskin yang menemui seorang lelaki kaya raya seperti Romeo untuk sejumlah uang. Maudy menyerahkan dirinya demi uang itu. Dan mungkin dimata Romeo Syadiran, Maudy Angelika hanya seorang wanita matre yang rela menjual tubuhnya yang suci demi sejumlah uang.
“Apa ada laki laki lain yang menarik perhatian mu? apakah laki laki itu memiliki uang yang lebih banyak dari pada aku?”
Pertanyaan Romeo membuat hatinya Maudy semakin tersayat. Bagaimana mungkin Maudy menyukai laki laki lain disaat tubuhnya setiap hari di jamah oleh laki laki itu.
“Aku tidak berani.” jawab Maudy lembut. Hal itu membuat Romeo senang. Ia meraih dagunya Maudy dan menciumnya dalam sekali. “Good Girl.
____________________
“Antonio …”
“Kamu baik baik saja …”
Gadis itu bergerak gelisah di dalam tidurnya, membuat Romeo marah. Kenapa gadis itu memanggil laki laki lain disaat setengah jam yang lalu mereka sudah berbagi kehangatan.
Romeo mendekat dengan helaan nafas dalam. Rasanya hatinya tidak dapat menerima ini. Apakah Antonio itu adalah lelaki lain di dalam kehidupannya Maudy. Bagaimana bisa gadis itu melakukan itu padanya.
“Dia telah menghianatiku!” gumam Romeo pelan. Laki laki itu pun segera berpakaian dan meninggalkan kamar mewah itu.
Pagi hari, Maudy terbangun dan tidak menemukan Romeo. Biasanya laki laki itu akan memeluknya sampai pagi.
Setelah mandi Maudy duduk di meja rias. “Mungkin setelah pernikahan ini berakhir. Aku enggak akan mampu membeli skin care ini lagi …” gumamnya dengan lirih seraya meraih ponselnya dan menemukan kabar dari google tentang pengusaha Romeo Syadiran yang menjemput tunangannya di bandara. Mereka berpelukan dan romantis.
“Dia sudah datang …”
Maudy mengerjapkan mata, agar air matanya tidak tumpah. ketika ketukan di pintu mengagetkannya.
“Selamat pagi, Nona Maudy.” sapa perempuan itu. Dia pelayan mansion itu.
“Pagi karlota.” jawab Maudy dengan suara lembut mencoba tersenyum meski dadanya sedang terasa sesak pagi ini.
“Ini surat dari Tuan.” Karlota menyerahkan dokumen berwarna coklat itu.
“I-iya, Karlota, terima kasih.” tangan Maudy terasa gemetar. Bahkan tanpa menunggu tanggal 15, Romeo sudah mengakhiri pernikahan kontrak mereka.
“Sarapan anda sudah saya siapkan seperti biasa. Ada yang bisa saya bantu lagi, nona?” tanya Karlota lagi.
“Tidak ada karlota. Terima kasih sekali.” ujar Maudy.
“Baiklah, Nona. Kalau begitu saya permisi dulu.”
“Baiklah.” Maudy menutup pintu dan ia duduk di atas ranjang itu.
semuanya indah bersama Romeo. Dia memanjakannya, memberikan dunia dan kemewahannya. Maudy pikir laki laki itu benar benar mencintainya.
Namun pagi ini …
Maudy membuka amplop buram itu dengan tangan gemetar dan senyuman samar bersamaan dengan kedua matanya yang memanas. Dan isinya memang persis seperti dugaannya.
Surat perjanjian berakhir pernikahan kontrak mereka. Dan Romeo sudah menandatanganinya.