Meski emosi berkobar di dalam hatinya, Romeo tetap berusaha menahannya, menjaga wibawa yang menjadi ciri khasnya. Tak seharusnya ia menunjukkan kelemahan atau rasa cemburu di hadapan klien besar seperti Pak Laksmana, namun setiap perhatian yang ditujukan kepada Maudy membuat amarahnya seperti api yang tak padam. Di bawah meja, tangannya terkepal erat, urat-uratnya menegang hingga telapak tangannya terasa sakit. Pak Laksmana, yang tak menyadari gelombang emosi yang menggulung di d**a Romeo, tersenyum ramah dan memandang Maudy dengan kekaguman. "Saya sangat tertarik dengan apa yang disampaikan oleh Nona Maudy," ujarnya setelah pertemuan hampir selesai. "Dan saya yakin kerja sama kita ini akan sangat sukses." "Terima kasih, Pak Laksmana," jawab Maudy dengan sopan, senyumnya hangat namun tet