Ch.11 Penodongan Big Cobra

1560 Words
Seumur hidup, baru kali ini Tuan Besar Lycus ditodong pistol persis di kejantanannya. Dua bola yang menggelantung itu jelas-jelas merasakan ada benda tumpul mendorong, mendesak hingga terasa mundur ke belakang. Ia tak percaya! Sungguh tak percaya! Tak percaya ada seorang wanita bisa melakukan itu! Lebih tak percaya pada dirinya sendiri yang tidak awas pada bahaya mengancam dari ... Lion Cub yang manis. “You ffucking biitch!” geramnya dengan d**a kembang kempis. Tak mau kalah, ia pun mengokang senjatanya hingga kini mereka berdua sama-sama menodongkan senjata. Bedanya, Sean menodongkan ke kening Zefanya, sementara sang istri menodongkan ke arah Big Cobra. Keduanya saling tatap dengan mata tajam. Napas mereka memburu seiringan, seakan sedang saling berbalapan. “Berani-beraninya kamu mengangkat pistolmu kepadaku, Sialan! Sialan! Kamu sialaaaan!” maki Sean makin membabi buta. Gemeretak rahangnya terdengar jelas di antara gigi yang mencicit penuh amarah. Suara berdesis setengah bergetar keluar dari bibir Zefanya. “Kamu tahu? Dulu, saat ayahku bersedih akibat meninggalnya kedua kakak lelakiku, dia sering mabuk. Dan saat dia mabuk, dia suka menyeretku di lantai, melayangkan tamparan ke wajahku.” “Kadang ... kadang bibirku sampai terluka akibat terkena cincinnya yang besar dan keras itu. Meski aku menjerit kesakitan, Ayahku tetap melakukannya hingga terakhir ... dia menodongku seperti yang kamu lakukan sekarang.” Getaran di suara sang wanita bukanlah getar ketakutan, melainkan getaran pilu akan masa kecil yang menyedihkan. “Ayahku sering berkata, dia berharap aku saja yang mati di kecelakaan itu, dan bukan kedua kakakku. Dan percayalah, saat bersamanya, tinggal di rumah itu ... aku memang mati. Di dalam hati, aku mati.” “Saat itu aku masih berusia 10 tahun, tak bisa melawan. Tapi kini? You see, aku besar dalam dunia hitam, sama sepertimu, Sean. Aku tahu betapa berbahayanya hidup kita. Dan Glock 42 ini adalah teman terbaikku untuk mengamankan diri,” senyumnya lirih. “Baik dari musuh di luar ... maupun musuh di dalam.” “Kini, aku tak akan membiarkan siapa pun mengancamku lagi seperti Ayah dulu mengancamku terus menerus. Kini ... aku bisa membela diriku sendiri. Kamu ingin meledakkan kepalaku? Silakan, kita mati bersama," seringainya terengah dengan d**a kembang kempis. Sean tertegun mendengar cerita menyesakkan itu. Ia menatap lekat pada mata Zefanya dan bisa melihat kegetiran di sorot sendu sang istri. Tak menyangka, di balik kecantikan yang nyaris sempurna ada kepahitan ... kesedihan, kemalangan yang tak bisa dilukis dengan kata-kata. “Nah, sekarang turunkan Revolver-mu, dan akan kuturunkan Glock-ku. Kamu bisa saja memecahkan kepalaku. Oke, aku mati tak merasakan apa-apa. Tapi, kalau pistolku meledak, maka kamu terancam impot3n seumur hidup,” kekeh Zefanya memandang dengan senyum pahit dan mata berkaca-kaca. Sean mengembus kasar, ia mengalah. “Ffuck it! Fine! Kita turunkan senjata bersama-sama!” Untuk pertama kalinya pula dalam sejarah, ia tidak meledakkan kepala orang yang berani menodongnya dengan senjata. Napas mafia itu terengah, memasang kembali pengaman di senjatanya. Zefanya juga melakukan hal yang serupa dan mereka sama-sama memasukkan pistol ke dalam tempatnya masing-masing. Wanita itu mengembus panjang penuh kelegaan. “Wow, tadi itu sungguh intens!” Mendadak, Sean mencengkeram leher Zefanya dan kembali mendorongnya ke kaca jendela. Bunyi kaca ditubruk benda tumpul terdengar nyaring. “Sekali lagi kamu berani menodongkan pistolmu ke kelam!nku, aku bersumpah akan melemparmu ke kandang cobra. Aku akan menikmati setiap teriakanmu saat mereka menancapkan taringnya!” Zefanya tak bisa bernapas, ia benar-benar tercekik! Namun, sang suami kemudian melepas cengkeramannya dan mundur satu langkah. Bibir merah ranumnya sontak menghirup udara sebanyak mungkin sembari mengusap leher yang cukup nyeri. Lalu, mata cokelat indahnya menatap lelaki di hadapan dan mulai berucap dengan suara sedikit parau. “Aku tidak mau bergantung pada lelaki mana pun, Sean. Aku tidak mau menyerahkan kendali hidupku padamu, atau pada siapa saja. Aku yang akan mengontrol diriku sendiri. Semoga kamu bisa pahami ini,” Menatap istrinya dengan sangat tajam dan lekat, ia merasa tak ada pilihan. ‘Dia keras kepala seperti batu karang! Ffucking shhit!’ Dalam hati, Sean terus memaki sang wanita. ‘Biitch, dia baru saja menodong kemaluanku! Dia sudah gila! Sungguh gila!’ “Aku pergi ke kantor dulu. Apakah masalah kita sudah selesai sampai di sini?” tanya Zefanya sekali lagi karena suaminya tak terlihat hendak memperpanjang percakapan. Sean mengangguk, lalu tersenyum dingin. “Aku tidak mau ada skandal. Kalau sampai kamu ada skandal di kantor, aku tidak ragu untuk menyeretmu dari kantor dan mengurungmu di gudang bawah tanahku!” “Kamu akan berangkat kerja diantar oleh Claudio. Untuk masalah ini, aku tak mau didebat! Paham?” tegasnya. “Apa kata orang kalau tahu istri seorang Sean Lycus naik taksi online ke kantor? Shoit! Mau taruh di mana mukaku ini, sial4n!” “Deal, suamiku tersayang! Aku akan membiarkan Claudio mengantarku,” senyum Zefanya mengedipkan mata dengan genit, sengaja menggoda Sean dengan memanggil suamiku tersayang, padahal pernikahan mereka hanya sandiwara. Memandangi Zefanya berjalan meninggalkan ruangan, mata Sean terpaku pada b****g sintal dan bulat yang dibalu rok span sepanjang lutut berwarna merah tua. Mengenakan high heels, penampilan Zefanya selalu cantik memesona. Membuatnya susah berkedip, bahkan sejak pertama bertemu di klub malam tempo hari. Namun, kenangan buruk tentang wanita langsung membuatnya tersadar. ‘No, Sean! Tiduri saja dia kalau kamu mau! Tapi, jangan pernah jatuh cinta padanya!’ 'Ya, tiduri saja! Kamu berhak melakukan itu, bukan? Kamu suaminya!' *** Menaiki Rolls Royce mewah milik sang suami, Zefanya memutar otak bagaimana caranya ia tidak turun di depan kantor. Bisa dibayangkan bagaimana jika ada yang melihatnya turun dari mobil semewah ini. Gosip akan bermunculan, dan dia akan dijadikan bahan perbincangan semua orang. Seiring waktu terus berjalan, ia sudah menemukan solusinya. “Kantorku di ruko itu, Claudio! Turunkan aku di depannya!” ucap Zefanya menunjuk sebuah pertokoan. Bodyguard kepercayaan Sean menoleh ke belakang, “Nyonya bekerja di toko kecil begitu?” tanyanya tak percaya. “Ah, iya, hahaha! Aku bekerja di sana. Yah, bagaimana lagi? Seorang wanita harus mencari nafkah untuk dirinya sendiri, bukan?” tawa Zefanya menahan engah. “Sudah, aku turun di sini.” Rolls Royce berhenti dan Claudio keluar dari pintu depan. Ia membukakan pintu untuk Zefanya kemudian menunduk hormat, “Selamat bekerja, Nyonya Besar Lycus.” “Terima kasih, Claudio! Sudah, kamu sekarang bisa pergi,” angguk Zefanya terus tersenyum menahan gugup. Mengangguk, bodyguard tinggi besar itu masuk kembali ke dalam mobil. Seiring kendaraan mewah tersebut menjauh, Zefanya berjalan menuju arah pintu masuk sebuah ruko sambil sesekali memperhatikan sudah sampai di mana posisi pengawal sang suami. Melirik ke jam di tangan, ‘Sial! Sudah jam 7.50!’ pekiknya panik. Memandang sekali lagi pada mobil Rolls Royce, yakin dia tak lagi bisa dilihat oleh kaca spion karena jarak yang cukup jauh, barulah ia menggerakkan kaki dengan cepat. ‘Sial! Sial! Aku pasti terlambat kalau begini caranya!’ jerit Nyonya Besar Lycus dalam hati. Berlari menggunakan high heels bukan sesuatu yang mudah. Apalagi, jarak ke kantornya masih sekitar 600-700 meter lagi. Iya, dia tidak berhenti di depan kantornya karena takut menjadi gosip datang pagi hari dengan mobil mewah. Ia berhenti di ruko sebelum kantor, berbohong pada Claudio kalau itu adalah kantornya, dan ia sekarang berlari sekencang mungkin agar tidak terlambat! “Sial! Sudah jam 8.00!” engahnya terus berlari sembari mengusap peluh. “Mulai besok aku harus berangkat lebih pagi! Atau, aku minta bawa mobil sendiri saja! Tapi aku tidak punya mobil? Aku harus meminjam mobilnya si Pemarah Tua itu? Grumpy Hot Stuff? Mana mungkin dia mau meminjamkan!” “Sial! Sial! Hari ini ada perkenalan manajer baru dan aku terlambat!” kesal Zefanya saat bangunan kantornya mulai terlihat. “Oke, oke, sekarang sudah pukul 08.10. Tidak apa, belum terlalu terlambat!” “Dia juga tidak mungkin begitu datang langsung memperkenalkan diri, bukan? Lari yang kencang, Zefaaa!” pekiknya pada diri sendiri. *** Dengan muka pucat dan ngos-ngosan, akhirnya sampai juga Nyonya Besar Lycus di kantor. Cepat menekan tombol absensi, berlari ke lift, lalu menekan angka 3. “Cepat, cepat! Damn! Kenapa lama sekali!” gugupnya terus menggerakkan kaki dan tangan. Begitu lift terbuka, ia melompat masuk. Menggunakan kaca di dinding ruang kotak tersebut untuk memperbaiki make up yang sudah terbasuh keringat akibat berlari cukup jauh. “Tidak apalah, bedakku masih nampak bagus,” engahnya merasa tenggorokan kering, haus. Begitu lift terbuka, kembali berlari kencang. Melempar tasnya di atas meja kerja, mengambil satu gelas air putih, menenggaknya sampai habis, dan berlari lagi menuju ruang rapat. Suasana lantai 3 sudah sepi, pertanda semua sudah ada di meeting room. ‘Sial! Manajer baru itu ternyata on time sekali datangnya!’ gerutu pemilik bibir merah menggoda. Sampai di depan ruang rapat, ia merapikan kembali pakaian, terutama rok span yang sedikit terlipat ke atas akibat terus berlari. “Oke, aku akan membuka pintu pelan-pelan, meminta maaf atas keterlambatanku, dan menyambut hangat kedatangannya.” Dengan satu tarikan napas panjang, ia melakukannya, membuka pintu ruang rapat perlahan dan melangkahkan kaki masuk. Semua menyorot kepadanya dengan pandang tak percaya sang wanita datang terlambat di acara sepenting ini. Tersenyum salah tingkah, Zefanya berucap lirih, “Maafkan atas kedatangan saya, Tuan Manajer. Tadi, pintu rumah saya rusak. Jadi, harus menunggu tukang kunci untuk da—“ Zefanya tak bisa menyelesaikan kalimatnya saat manajer baru yang akan menjadi atasannya memutar tubuh, lalu menatapnya dengan terkejut. Ia pun terkejut! Lebih dari terkejut! Ia ingin pingsan saja rasanya! Di situ, di tengah anggota rapat, ada lelaki yang dulu menjadi kekasihnya. Lelaki yang dulu berbisnis dengannya. Lelaki yang dulu .... ‘Fieso Mayaxla ... b******n brengsak yang sudah membawa kabur uang rumahku ... dia ... dia adalah manajer baruku?’
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD